Pandemi COVID-19 dan pembatasan sosial adalah pukulan telak bagi semua pihak, termasuk para pekerja. Koneksi internetnya Indonesia yang cepat, stabil, luas, dan terjangkau memungkinkan sebagian pekerja di back office yang sehari-hari cenderung berhadapan dengan komputer menerapkan cara kerja dari rumah. Setelah melewati masa adaptasi yang cukup berat, cara kerja ini mulai menunjukkan manfaatnya termasuk dalam meningkatkan profesionalisme.
Menambah waktu untuk bekerja dan beristirahat
Poin dasar yang paling banyak diakui adalah hilangnya kebutuhan waktu untuk berkomuter. Saya sendiri merasakan bahwa waktu paling tidak dua jam dalam sehari bisa digunakan untuk beristirahat sedikit lebih lama dan tetap meluangkan waktu lebih banyak dalam bekerja.Â
Pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam dua hari berbeda bisa diselesaikan dalam satu hari dan lembur pun kini tak lagi dihantui risiko terkait transportasi karena pulang malam.Â
Kusuma dan Oktora (2019) menemukan bahwa sesungguhnya jarak, waktu tempuh, moda transportasi, tingkat stres, dan tingkat kemacetan berpengaruh terhadap tingkat keluhan terkait kesehatan pada karyawan yang berkomuter di wilayah Bodetabek.Â
Jadi, dengan hilangnya kebutuhan untuk berkomuter ini bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik terkait durasi istirahat, melainkan juga berkurangnya stres terkait transportasi. Apalagi dalam kondisi pandemi yang kembali melonjak seperti sekarang ini, kita tidak perlu mengkhawatirkan kesehatan diri.
Waktu untuk mencari makan juga bisa dihemat. Mengantre di tempat makan atau turun ke resepsionis kantor tidak perlu lagi dilakukan. Sebagai gantinya, kita bisa memasak sendiri atau akan lebih menyenangkan jika ada anggota rumah lain yang memasak sehingga cukup menikmatinya saja.Â
Memasak sendiri membuat kita dapat mengendalikan tingkat kebersihan dan kesehatan dari sajian yang dikonsumsi. Alhasil, muncul dua pilihan untuk menikmati istirahat siang lebih lama atau menyelesaikan pekerjaan dengan waktu tersebut untuk "tutup laptop" lebih awal. Saya tidak memiliki pilihan secara spesifik, tergantung pada kondisi saat kesempatan ini datang.
Bekerja dari rumah memang mengurangi interaksi fisik dengan rekan kerja. Akan tetapi, komunikasi yang baik dan kesediaan untuk berdiskusi secara lisan serta membagikan layar komputer sejauh ini tidak mengganggu dan tidak mengurangi kualitas dari pekerjaan.Â
Ditambah lagi, fokus terasa lebih baik dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lebih minimnya distraksi sehingga akhirnya tercipta waktu senggang yang dapat dikhususkan untuk merekatkan hubungan antarrekan kerja tanpa beban.Â
Waktu kebersamaan ini bisa diwujudkan baik dalam bentuk makan siang atau makan malam bersama secara virtual maupun acara lainnya yang dapat membuat kita lebih mengenal satu dengan yang lain. Tidak muncul rasa kesepian di dalam lingkungan kerja dan pengalaman juga meningkatkan kemampuan dalam mengelola pekerjaan secara mandiri (Galanti et al., 2021).
Semuanya terjadi sebagai manfaat Internet. Kerja dari rumah dapat meningkatkan profesionalisme selama kita mampu memisahkan antara urusan pekerjaan dan urusan rumah dengan mengerjakan hal yang tepat di waktu yang tepat.Â
Selama pandai-pandai mengatur waktu, kita tetap bisa berpartisipasi terkait pekerjaan rumah tangga, bahkan mencari pendapatan tambahan dengan produktivitas di tempat kerja yang tetap maksimal.Â
Tidak sampai di situ, kita juga dapat berkontribusi dalam memberikan inovasi terkait peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja dengan waktu tambahan yang dimiliki.
Meningkatkan partisipasi dalam pendidikan berkelanjutan
Akan tetapi, ada hal lain yang lebih penting terkait profesionalisme itu sendiri yaitu bagaimana kita menempuh pendidikan secara berkelanjutan.Â
Mengembangkan diri menjadi hal penting agar pengetahuan dan kemampuan kita dapat mengikuti perkembangan zaman. Sebelum pandemi datang, beberapa seminar menarik diadakan secara tatap muka sehingga tidak memungkinkan untuk diikuti ketika banyak pekerjaan menanti, khususnya jika dilakukan di luar kota atau di luar negeri.
Dengan dukungan internet, seminar ini tetap bisa diadakan di tengah pandemi secara daring dan tidak sedikit lembaga membebankan biaya yang lebih terjangkau atau bahkan gratis.Â
Jika harus menyaksikan secara langsung di jam kerja, hal tersebut dapat dilakukan selama tidak ada pekerjaan yang bersifat urgen dan membutuhkan fokus penuh dalam menyelesaikannya. Keadaan menjadi lebih baik ketika penyelenggara memberikan video rekaman yang bisa disaksikan dalam waktu tertentu.Â
Artinya, kita bisa belajar dengan fokus setelah jam kerja berakhir atau mengisi akhir pekan untuk menimba ilmu. Saya sendiri pernah melakukan keduanya dan cukup menikmatinya, terlebih ketika usia masih muda dan belum banyak memiliki beban terkait keluarga. Demi investasi tak ternilai di masa yang akan datang kan?
Selain seminar, beberapa perusahaan juga menawarkan katalog pembelajaran baik internal maupun eksternal yang bisa dimanfaatkan secara gratis.Â
Kita dapat mengikutinya di kala senggang baik di dalam maupun di luar jam kerja berbekal koneksi internet. Materi tersedia baik dalam bentuk buku elektronik, audio, maupun video dan tidak jarang audio serta video dilengkapi dengan transkrip sehingga lebih mudah dipahami.
Tidak sedikit pula rekan-rekan yang memang serius menempuh pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi melalui jalur riset atau jalur pembelajaran yang berlangsung sepenuhnya secara daring, baik dengan dukungan finansial dari perusahaan maupun investasi mandiri.Â
Saat ini saya belum melakukannya juga karena sedang berusaha memahami banyak topik praktis untuk meningkatkan pengetahuan saya dalam bekerja dan memudahkan kolaborasi dengan rekan kerja yang lain.Â
Apapun yang dilakukan, meskipun tidak bertemu langsung dengan instruktur dan selama ini lebih terbiasa dengan pembelajaran tatap muka, tetapi jika dipelajari dengan baik maka pembelajaran daring ini tetap tepat dan meningkatkan kesempatan belajar dengan perbedaan yang tidak signifikan terhadap metode pembelajaran konvensional (Donavant, 2009).
Berpartisipasi lebih lanjut dalam mendukung pendidikan berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan bisa berlangsung karena peran akademisi dan pelaku profesi dalam mengembangkan dan membagikan ilmu. Pelaku profesi membagikan pengalaman, kebutuhan, dan keterbatasan yang dihadapi dalam bekerja untuk kemudian para akademisi menelitinya sebagai suatu masalah yang hendak dicari solusinya.Â
Proses penelitian dapat melibatkan pelaku profesi atau dilakukan secara mandiri oleh akademisi untuk selanjutnya dibagikan hasilnya baik dalam bentuk seminar, jurnal ilmiah, buku, artikel di media massa, maupun bentuk lainnya. Pelaku profesi selanjutnya meninjau hasil penelitian ini untuk kemudian diterapkan sesuai kebutuhan dalam pekerjaan sehari-hari.
Beberapa profesi mendorong pelakunya untuk turut terlibat dalam meneliti dan membagikan hasil dengan mengakui partisipasinya dalam perhitungan kecukupan pendidikan berkelanjutan.Â
Hal ini penting agar pelaku profesi tertantang untuk berinovasi dalam menyelesaikan masalah, memberikan nilai tambah terhadap tempat kerja dan konsumen, serta mempersiapkan generasi penerusnya untuk bekerja dengan baik.Â
Dengan adanya internet, kegiatan ini bisa berlangsung dengan baik sekalipun membutuhkan kerja sama antarpelaku profesi dan juga dengan akademisi melalui aplikasi video conference dan document sharing.Â
Keterbatasan sumber daya komputasi tidak menjadi masalah dengan adanya sistem cloud computing yang bisa diakses secara gratis seperti Google Colab, di mana hal ini juga merangsang kita untuk belajar berpacu dengan zaman modern yang banyak berurusan dengan analisis big data.
Beberapa senior kini membagikan ilmu dan hasil penelitiannya tanpa tergantung pada seminar yang diadakan oleh asosiasi profesi dan lembaga pendidikan, baik mengadakannya secara mandiri maupun difasilitasi oleh tempat kerja melalui aplikasi video conference.Â
Hasil penelitian secara tertulis bisa dibagikan melalui jurnal ilmiah jika sifatnya lebih ditujukan untuk pemanfaatan jangka panjang dan tidak cepat "basi" karena perlu melalui proses peer review, sedangkan yang bersifat urgen bisa dibagikan melalui blog, preprint, atau media sosial.Â
Hal ini tidak hanya menguntungkan bagi profesi dan dunia akademik terkait, tetapi bagi negeri secara keseluruhan dengan raihan keluaran akademik yang lebih banyak dan menaikkan peringkat kita terkait produktivitas penelitian.
Akan tetapi, tantangan untuk menemukan topik dan bahan pendukung yang bisa menghasilkan ilmu baru yang akurat dan signifikan tidaklah mudah dan cepat. Saya sendiri berusaha untuk melakukannya dengan mengembangkan, menyelesaikan, dan menyempurnakan ide-ide penelitian semasa kuliah agar bisa terpublikasikan dengan baik dan bermanfaat.
Demikian cerita saya yang juga kurang lebihnya telah dirasakan oleh rekan-rekan yang lain terkait fleksibilitas bekerja di mana saja. Bahkan, mereka sempat merasakan indah dan bahagianya benar-benar bekerja di rumah, yaitu rumah di kampung halaman.
Hal ini bisa terwujud karena Telkom Indonesia memiliki jangkauan yang luas di berbagai provinsi di Tanah Air untuk produk internet IndiHome.Â
Tanpa ada batasan besar data yang bisa diakses, IndiHome tidak hanya membantu para pekerja untuk meningkatkan profesionalismenya dalam bekerja tetapi juga mendukung pendidikan dan hiburan keluarga dengan biaya yang terjangkau untuk satu rumah. Sudah internetnya terjangkau, kita menghemat biaya transportasi dan makan di luar sehari-hari yang bisa dialokasikan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
Referensi
Donavant, B. W. (2009). The new, modern practice of adult education: Online instruction in a continuing professional education setting. Adult Education Quarterly, 59(3), 227-245.
Galanti, T., Guidetti, G., Mazzei, E., Zappalà , S., & Toscano, F. (2021). Work from home during the COVID-19 outbreak: The impact on employees’ remote work productivity, engagement, and stress. Journal of occupational and environmental medicine, 63(7), e426.
Kusuma, I. W. B. O., & Oktora, S. I. (2019). Determinants of health complaints of Bodetabek commuter workers using Bayesian multilevel logistic regression. In Empowering Science and Mathematics for Global Competitiveness (pp. 386-394). CRC Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H