Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Penggolongan Surat Izin Mengemudi untuk Motor, Bagus Kalau Ditiru oleh Mobil?

15 Maret 2022   22:09 Diperbarui: 16 Maret 2022   18:20 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan Polri memberlakukan syarat tambahan untuk bisa mengendarai motor dengan mesin 250 cc ke atas patut diapresiasi. 

Syarat usia yang lebih tinggi, adanya minimum pengalaman, dan kenaikan yang berjenjang untuk bisa mengemudikan motor 500 cc ke atas secara legal tentu diharapkan bisa mengurangi tingkat kecelakaan akibat penggunaan motor sport. Lalu bagaimana dengan mobil?

Seiring persyaratan kredit mobil pribadi yang cenderung melunak seiring waktu, khususnya soal besaran uang muka yang harus dibayarkan, kini banyak anak muda yang bermobilitas dengan mobilnya sendiri sekalipun bukan dari kalangan orang kaya. 

Apalagi yang datang dari kalangan the have, mahasiswa sekalipun bisa saja sudah dipercayakan oleh orang tuanya untuk membawa mobil sekelas BMW, panah perak (Mercedes), Jeep, sampai kuda jingkrak (Ferrari). 

Karena kurangnya pengalaman dan kematangan psikologis, beberapa di antara mereka harus menghadapi kecelakaan yang tidak diinginkan. Contohnya banyak dan bisa kita cari di internet jika mau.

Pengemudi mobil secara logika memiliki tanggung jawab yang lebih berat dibandingkan terhadap sepeda motor. Dimensinya yang lebih besar tentu bisa membahayakan lebih banyak orang ketika terjadi kecelakaan di jalan, belum lagi tenaga mesinnya yang juga cenderung lebih besar. 

Sekalipun tidak memakan korban, tetap saja kerugian finansial yang muncul cukup besar apalagi kalau merusak fasilitas milik orang lain atau Pemerintah. 

Jika ada teman-teman Kompasianers yang pernah menjadi korban kecelakaan akibat kelalaian pengendara mobil dan ingin berbagi cerita, boleh sharing di kolom komentar artikel ini.

Hal lain yang patut diperhatikan adalah tidak ada pembeda untuk SIM antara mereka yang mengemudikan mobil milik sendiri untuk kepentingan pribadi dengan taksi online, juga mereka yang menjadi asisten pengemudi untuk mobil pribadi pihak lain atau mobil barang. 

Merugikan diri sendiri akibat kelalaian pribadi sih silakan, tetapi jangan bawa mereka yang tidak bersalah untuk ikut diseret celaka. 

Oleh karena itu, saya berpikir jika Pemerintah bisa mempertimbangkan penggolongan SIM untuk mobil pribadi juga.

1. Bagaimana cara membagi kendaraan ke dalam golongan yang lebih spesifik?

Saat ini, SIM A berlaku untuk seluruh mobil penumpang dan mobil barang perseorangan dengan bobot kurang dari 3500 kg. Belum ada pengaturan berdasarkan kapasitas mesin dari kendaraan yang dibawa dan ini memang tergolong tricky untuk mobil karena ada dua jenis bahan bakar yang sama-sama banyak penggunanya, yaitu bensin dan diesel. 

Kita tahu bahwa untuk menghasilkan tenaga yang sama besar, mobil diesel membutuhkan kapasitas mesin lebih besar dan umumnya paling tidak 2500cc.

Ada mobil diesel yang lebih kecil dan di bawah 2000cc, tetapi setahu saya terbatas pada Chevrolet Spin dan Suzuki Ertiga. 

Saya sendiri pun belum pernah merasakan apakah Spin dan Ertiga diesel ini cukup bertenaga dibandingkan terhadap varian bensinnya, teman-teman yang pernah minta tolong jika berkenan berbagi di kolom komentar. 

Dengan memperhatikan mereka yang mungkin beraktivitas dengan Toyota Kijang, Mitsubishi Kuda, atau Isuzu Panther diesel, baiklah batas untuk golongan bawah diusulkan di 2500cc. 

Sekalipun batas itu sudah tergolong tinggi untuk mobil bensin, setidaknya ini sudah cukup membantu untuk mengendalikan siapa saja yang boleh memboyong mobil sport mewah berharga milyaran Rupiah itu.

Kriteria lain yang dapat dipertimbangkan tentu mengikuti kriteria saat ini yaitu bobot mobil. Untuk memastikan bahwa mereka yang membeli mobil berdimensi lebih besar sudah lebih matang dalam berkendara, misalnya Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Fortuner, atau Nissan Terra, kita bisa membagi penggolongan saat ini menjadi 0 - 1750 kg dan 1751 - 3500 kg. 

Ini tidak menghalangi mereka yang hendak memulai perjalanan mencari nafkah dengan menjadi asisten pengemudi mobil perorangan atau pickup dengan barang bawaan yang tidak terlalu banyak. 

Jika ada teman-teman yang mau mengusulkan batasnya jangan di 1750 kg, boleh usul di kolom komentar.

2. Siapa saja yang boleh mendapatkan SIM di golongan atas?

Di poin sebelumnya, muncul dua golongan hasil pemecahan. Kita sebut saja golongan bawahnya sebagai SIM A dengan maksimum kapasitas mesin 2500cc dan maksimum bobot 1750 kg.

Sedangkan SIM A I mencakup tambahan lingkup berupa segala mobil penumpang dan barang perseorangan berbobot di bawah 3500 kg yang tidak memenuhi syarat untuk SIM A. Sekarang, apa syarat untuk mendapatkan SIM A I?

Pertama tentu saja pengalaman membawa mobil dan kita bisa meniru syarat untuk mendapatkan SIM C I, yaitu paling tidak satu tahun. 

Sulit untuk mempertimbangkan apakah durasi ini sudah cukup atau belum, karena ada orang yang belum mengemudi lama tetapi sudah cukup makan asam garam di berbagai situasi dan medan ketika ada orang yang lebih berpengalaman tetapi rutenya hanya yang dekat-dekat saja. 

Syarat kedua yang menurut saya lebih relevan adalah memastikan ketika pemilik SIM A hendak upgrade ke SIM A I, dia bersih dari sanksi tilang misalnya paling tidak tiga bulan terakhir.

3. Adakah syarat tambahan yang harus dipenuhi untuk mendaftarkan atau memperpanjang SIM golongan atas?

Ke depannya, kepesertaan BPJS Kesehatan akan diwajibkan dalam mengurus semua golongan SIM. Jika usulan saya ini dibaca dan dianggap menarik oleh Pemerintah.

Saya mau mengusulkan untuk SIM A I nantinya mendapatkan syarat tambahan berupa kepesertaan Jaminan Kematian dari BPJS Ketenagakerjaan atau asuransi jiwa swasta yang ekuivalen. 

Ini ditujukan untuk teman-teman kita yang sehari-hari membawa "mobil besar" dalam mencari nafkah agar perlindungan diri terjamin ketika menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Untuk biaya registrasi dan perpanjangan SIM, sebaiknya disamakan saja agar tidak memperberat mereka yang kelak memiliki SIM A I terkait pekerjaan.

4. Manfaat penggolongan SIM selain untuk lalu lintas yang lebih aman

Kriteria yang saya usulkan ini memang memiliki tujuan utama berupa lalu lintas masa depan yang lebih aman. Akan tetapi, setelah dipikirkan lebih lanjut, ternyata ada manfaat lain yang bisa diperoleh dengan skema penggolongan seperti ini.

Pertama, skema ini berpotensi mengurangi polusi udara. Mereka yang baru akan memiliki SIM dan ingin langsung membeli mobil berdimensi besar atau bertenaga besar akan dihadapkan pada pilihan untuk memilih kapasitas mesin yang lebih kecil tetapi dipersenjatai turbocharger atau teknologi hybrid, bisa juga memilih mobil listrik murni. 

Kapasitas mesin yang lebih kecil pada umumnya mengonsumsi bahan bakar lebih irit. Mobil listrik murni ke depannya juga akan menghasilkan polusi udara lebih kecil ketika pembangkit listrik sudah beralih ke energi terbarukan.

Kedua, mengurangi konsumsi yang tidak perlu. Masih berhubungan dengan poin pertama, mobil-mobil ini umumnya lebih mahal dibandingkan mobil yang sama tetapi dengan mesin naturally-aspirated (yang konsekuensinya adalah kapasitas mesin lebih besar). 

Nah, ini memberikan kesempatan sekali lagi untuk berpikir jika ternyata sebenarnya mobil dengan dimensi lebih kecil dan tenaga mesin lebih kecil sudah mencukupi kebutuhan.

Harga lebih murah berarti mengurangi konsumsi yang tidak perlu dan uangnya bisa dialihkan untuk hal lain yang lebih berguna, misalnya membeli rumah. 

Tidak hanya konsumen, Pemerintah dan pengembang properti juga bisa mengurangi kebutuhan lahan terkait penyediaan ruas jalan, tempat parkir, sampai garasi rumah.

Sekian ide saya mengenai penggolongan SIM untuk mobil. Kondisinya memang tricky jika dibandingkan terhadap motor karena berkaitan dengan mata pencaharian sebagai pengemudi, tetapi lalu lintas yang lebih aman tentu perlu diwujudkan. 

Jika motor digolongkan, alangkah baiknya mobil juga digolongkan biar adil bukan? Setuju atau tidaknya teman-teman semua, mari kita berdiskusi di kolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun