Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lima Jurus Mengurangi Risiko Penularan Covid-19

26 Februari 2022   13:00 Diperbarui: 26 Februari 2022   13:09 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life hack. Sumber ilustrasi: PEXELS/SeaReeds

Mereka berani menghabiskan waktu lebih lama di luar rumah sekalipun tidak diperlukan. Pulang kerja masih menyempatkan diri untuk duduk-duduk di kafe, lampu di rumah mati tetapi ke mall sekalian lihat-lihat baju, sesampainya di rumah santai-santai langsung beraktivitas tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Ujung-ujungnya, sekalipun mereka adalah gelombang awal penerima vaksin booster, tidak terhindarkan pula dari infeksi COVID-19.

Dari sini, kita belajar untuk tidak berlama-lama di luar rumah dan seperlunya saja, apalagi kalau sudah berurusan dengan keramaian. Kita tidak perlu memiliki ketakutan yang berlebihan selama tetap menaati protokol kesehatan, senantiasa menjaga jarak, menggunakan masker, dan membawa hand sanitizer untuk membersihkan tangan setelah menyentuh barang yang bukan milik sendiri. Jika terpaksa makan di luar, habiskan dengan cepat, bukan santai-santai sambil mengobrol dengan melepas masker, dan sebenarnya akan lebih baik jika bisa delivery atau take away. Setelah pulang ke rumah, langsung bersihkan diri dan ganti pakaian.

Oh iya, hal ini juga berlaku ya untuk urusan berlibur ke luar kota dan luar negeri, tidak usah dulu dilakukan. Jangan mudah kepincut dengan tarif perjalanan dan penginapan yang lebih murah dibandingkan terhadap masa sebelum pandemi khususnya soal liburan ke luar negeri, ingatlah biaya yang harus dikeluarkan untuk karantina setelah pulang ke Tanah Air. Yang pasti, jangan sampai kita menjadi pembawa masuk virus dari tempat lain ke lingkungan di sekitar kita.

Bukannya sombong, tetapi silaturahmi fisik dengan keluarga dan teman-teman itu bisa dihindari dulu

Pengalaman menunjukkan bahwa kasus baru COVID-19 melonjak seiring momen yang identik dengan silaturahmi fisik, misalnya Tahun Baru Imlek dan Lebaran. Menjaga jarak sudah sulit dilakukan ketika sebuah keluarga besar berkumpul di rumah salah satu anggotanya, apalagi jika rumah tersebut ukurannya tidak terlalu besar. Risiko terbesar datang saat makan bersama karena tentunya kita akan melepas masker dan biasanya disertai dengan ngobrol santai.

Tidak harus menunggu momen besar seperti itu, silaturahmi fisik bisa terjadi ketika kita merindukan rekan kerja yang sudah lama tidak ditemui akibat WFH atau teman-teman seperjuangan selama menempuh pendidikan. Makan bersama sambil ngobrol sudah pasti terjadi, ditambah lagi dengan berfoto bersama sambil melepas masker. Apa yang hendak difoto kalau pada menggunakan masker?

Bayangkan jika suatu kelompok menjadi klaster penularan COVID, siapa yang hendak disalahkan sebagai biang keladi? Ditambah lagi, mereka yang menurut salah satu metode pengujian negatif COVID-19 sebenarnya bisa jadi positif karena kejadian false negative. Daripada jadi repot dengan harus menyerahkan hasil tes antigen dan PCR terlebih dahulu sebelum ikut silaturahmi fisik, juga menimbulkan rasa tidak enak ketika kita mengingatkan mereka yang kurang menaati protokol kesehatan, pindah dulu saja deh ke silaturahmi virtual via Zoom.

Hidup semandiri mungkin

Jika ingin benar-benar mengurangi risiko diri dari penularan virus COVID-19, tentu akan lebih baik jika kita hidup semandiri mungkin dan sebisa mungkin mengerjakan semuanya sendiri di rumah tanpa perlu meminta bantuan orang lain datang ke rumah, datang ke tempat lain, atau menerima barang jadinya secara fisik. Hal ini tentu menyedihkan ketika dalam perekonomian, tiga kegiatan tersebut mendatangkan pendapatan bagi banyak orang.

Jika kita tidak menuntut rumah kita sangat bersih dan sesekali bolong dalam membersihkannya pun tidak masalah selama tidak keluar rumah, mengurangi kebutuhan atas asisten rumah tangga bisa dilakukan. Ketika kita tetap membutuhkan jasa mereka dan ruang di rumah tersedia secara layak, mengajak mereka untuk tinggal bersama kita bisa dipertimbangkan untuk mengurangi risiko penularan jika dibandingkan terhadap membiarkan mereka pulang dan datang setiap harinya.

Para siswa tidak perlu menuntut nilai pelajaran yang tinggi selama masih berada di atas KKM dan intisari pelajaran masih terpahami dengan mengikuti kursus tatap muka. Tingkat pemahaman pembelajaran daring yang berada di bawah PTM sangat bisa terpahami dan teman-teman diharapkan bisa mengurangi gap tersebut dengan memberikan effort ekstra dalam meningkatkan intensitas belajar baik mandiri maupun berkelompok.

Sekian lima jurus yang terdengar sederhana tetapi sesungguhnya cukup ampuh dalam mengurangi risiko diri terinfeksi COVID-19. Selain itu, mempraktekkan gaya hidup sehat dan sesegera mungkin memperoleh dosis vaksin booster setelah diperbolehkan tentunya juga penting untuk dilakukan. Tidak perlu terlalu cemas melihat kurva kasus baru yang terus meningkat, kita bisa mengurangi risiko selama mematuhi protokol kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun