Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek Sebelum dan Selama Pandemi, Sajian Tak Boleh Absen!

8 Februari 2022   22:34 Diperbarui: 8 Februari 2022   22:41 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Tahun Baru Imlek 2022 ini, saya memilih untuk membeli polo shirt yang stoknya tipis. Foto: dokpri, juga diunggah di Opensea sebagai CIP #69.

Tahun baru Imlek salah satu menjadi perayaan yang membahagiakan bagi masyarakat etnis Tionghoa, khususnya sebelum pandemi COVID-19 melanda. Intinya tentu terletak pada semangat dan harapan untuk hidup yang lebih baik diperbarui kembali, terdengar sama saja dengan tahun baru Gregorian yang kita rayakan setiap tanggal 1 Januari. Akan tetapi, budaya terkait cara merayakannya itulah yang membuatnya terasa lebih seru.

Merayakan Imlek sebelum kedatangan pandemi COVID-19

Satu hal yang sangat erat dengan perayaan tahun baru Imlek adalah silaturahmi keluarga. Sesibuk apapun rutinitas sehari-hari dan sejauh apapun tempat tinggalnya dari keluarga lainnya, selagi bisa tentu waktu akan diluangkan untuk berkumpul bersama dalam suasana bahagia. Tempat berkumpulnya pada umumnya adalah rumah di mana orang tua tinggal, atau jika keduanya sudah meninggal biasanya digantikan oleh rumah tempat tinggal kakak tertua.

Jika rumah tersebut kurang memadai, umum juga digantikan oleh rumah anggota keluarga yang lebih mampu dan lebih luas. Mereka ini open house tidak hanya untuk kumpul keluarga, tetapi jika teman, rekan bisnis, dan pegawai mau datang tentu disambut dengan senang hati. Berbagi kebahagiaan dan rezeki seperti ini tentunya menjadi suatu hal yang baik ya.

Memberikan angpao itu ada seninya lho, yaitu bagaimana cara memilih amplop yang berbeda dengan pemberi lain. Foto: dokpri.
Memberikan angpao itu ada seninya lho, yaitu bagaimana cara memilih amplop yang berbeda dengan pemberi lain. Foto: dokpri.

Sebelum hari Imlek tiba, baju baru menjadi barang yang pasti dicari oleh semua yang merayakannya. Tampil dalam kondisi terbaik di hari-H tentu jadi tujuan, tetapi mereka yang mempercayai ramalan shio akan memiliki kriteria lebih spesifik terkait pemilihan warna untuk mendukung keberuntungan. 

Mereka yang sudah menikah juga akan mencari kertas angpao plus tukaran uang baru pecahan kecil untuk dibagikan kepada anak-anak. Rumah-rumah didekorasi dengan pernak-pernik khas Imlek dan salah satu yang umum digunakan tentu saja lampion.

Imlek tidak lepas dari "ritual" makan enak, sehingga kelengkapan sajian tidak boleh dilupakan. Sekalipun di hari-H akan datang berkumpul ke rumah anggota lain alias tidak menerima tamu, yang namanya sajian khas Imlek beserta kue dan buah-buahan itu tidak boleh absen. 

Keluarga kecil yang tidak open house umumnya lebih memilih untuk membelinya dari para penjual sehingga tidak perlu repot, toh menyantapnya juga sedikit dan selebihnya dilakukan di rumah saudara. 

Lain halnya dengan mereka yang open house, capek dan repot membuat semuanya sendiri tentu worth it demi memastikan rasa yang lezat, kecukupan porsi, dan mengendalikan pengeluaran.

Kiwi, buah elit yang jarang disajikan dan jika ada pun stoknya terbatas. Foto: Sunpride
Kiwi, buah elit yang jarang disajikan dan jika ada pun stoknya terbatas. Foto: Sunpride

Sajian yang umum disajikan di keluarga besar saya adalah mie goreng dan babi hong dengan pelengkap wajib antara lain kue lapis legit, kue keranjang, nastar, dan dua jenis buah yaitu jeruk dan anggur. 

Seiring masuknya anggota keluarga yang berusaha mengurangi konsumsi gorengan dan daging babi, bahkan ada pula yang vegetarian, tuan rumah open house juga perlu menyiapkan kuah bakso ikan dan gado-gado. 

Sajian lain yang pernah dihidangkan antara lain kari ayam jamur, sate babi, cakien babi goreng, dan ikan gurame goreng asam manis. Akan tetapi, itu semua kalah pamor jika tersedia kiwi Zespri yang didistribusikan oleh Sunpride karena buah ini akan langsung habis dalam sekejap ketika biasanya sajian-sajian tersebut masih bersisa dan ujung-ujungnya tuan rumah membagikannya untuk dibawa pulang.

Untuk mempersiapkan itu semua, tuan rumah berborong ke pasar atau supermarket sejak beberapa hari sebelum hari-H Imlek. Tidaklah mengherankan jika selama dua pekan sebelum hari-H Imlek, kawasan yang banyak dihuni oleh masyarakat peranakan rawan dilanda kemacetan parah dan contohnya di ibu kota meliputi Sunter, Kelapa Gading, atau Muara Karang. 

Hal-hal tertentu bisa dicicil terlebih dahulu agar tidak perlu bangun terlalu pagi untuk memasak, misalnya jika hendak membuat bakso tahu ya adonan bakso bisa dibuat terlebih dahulu dan ditempelkan ke tahu sehingga tinggal direbus di hari-H.

Di antara sekian banyak sajian Imlek, sajian favorit yang membuat saya senang untuk turut ikut dalam pembuatannya adalah kue nastar. Setelah buah nanas selesai disulap menjadi selai dan adonan kulitnya sudah jadi, saatnya membentuk nastar satu demi satu. Kesukaan saya adalah mengkreasikan berbagai bentuk nastar selain bulat dan mereka yang beruntung akan mendapatkannya nanti di hari-H Imlek untuk dijadikan objek foto di media sosial.

Alasan keluarga kami membuat kue nastar sendiri ada dua. Pertama, memastikan selai nanasnya cukup terasa dan bukan malah kulitnya yang dominan. Kedua, selai nanas dipastikan berasal dari buah asli yang berkualitas dan aman dikonsumsi. 

Selama ini, kami memilih nanas dari satu-satunya pemegang sertifikat GAP untuk memastikannya memiliki kualitas terbaik tanpa melibatkan proses rekayasa genetik dan tindakan yang merugikan lingkungan, tenaga kerja, serta masyarakat di sekitar perkebunannya.

Beberapa hari sebelum hari-H, sembahyang dilakukan untuk mendoakan arwah keluarga yang telah berpulang lebih dulu. Selain disajikan makanan yang disukainya semasa hidup, ada juga replika beberapa barang yang terbuat dari kertas. Sekilas, hal ini mirip dengan tradisi Chengbeng hanya saja tidak perlu dilakukan langsung di makam.

Datang berkunjung ke rumah kerabat, diajak berfoto dengan dua buah jeruk bali miliknya. Foto: dokpri
Datang berkunjung ke rumah kerabat, diajak berfoto dengan dua buah jeruk bali miliknya. Foto: dokpri

Hari-H tiba. Saatnya mengucapkan Gong Xi Fa Chai dengan dua tangan seperti mengepal di dada terutama kepada orang yang lebih tua. Anak-anak dengan riang gembira berburu angpao, ketika orang tua sedih mengeluarkan uang khususnya jika jumlah anaknya lebih sedikit dibandingkan jumlah anak rata-rata di keluarga itu. Bagaimana dengan orang tua saya yang memiliki anak tunggal? Tekor bandar pisan.

Kegiatan favorit yang dilakukan oleh peserta dewasa tentunya bermain kartu atau sekadar mengobrol santai. Sebelum kehadiran smartphone, anak-anak juga mengobrol santai atau memainkan mainan sesuai karakter masing-masing. Anak perempuan akan memilih untuk memainkan boneka dan rumah Barbie, ketika anak laki-laki memilih robot atau mobil-mobilan, ya intinya rumah menjadi kapal pecah. Kehadiran smartphone membuat pekerjaan tuan rumah untuk rapi-rapi berkurang karena kini anak-anak betah menonton film bersama atau paling jauh ya joget Tiktok. Ini semua berlangsung dari pagi hingga sore hari dan bagi saya cukup menjenuhkan.

Supaya tidak jenuh, saya yang hobi kulineran ini lebih baik stay di meja makan saja. Ketika pada belum makan, makan dulu sedikit sambil menunggu mereka semua kenyang dan menyisakan makanan-makanan favorit saya untuk disikat. Selesai makan, soft drink, buah jeruk, dan buah anggur pun ditawarkan. Soft drink berusaha saya hindari karena mengetahuinya bukan merupakan minuman sehat, demikian pula dengan buah jeruk karena saya cukup sensitif terhadap makanan yang asam dan itu sudah cukup untuk merangsang asam lambung plus radang tenggorokan.

Pear singo andalan Ibu untuk mencegah panas dalam akibat kebanyakan mengonsumsi sajian Imlek. Foto: Sunpride
Pear singo andalan Ibu untuk mencegah panas dalam akibat kebanyakan mengonsumsi sajian Imlek. Foto: Sunpride

Karena biasanya kalap mengonsumsi daging dan gorengan dalam jumlah yang banyak, ibu langsung menyiapkan buah pir di rumah. Menurunkan panas dalam, diabetes, dan kolesterol menjadi alasan mengapa buah ini dipilih dibandingkan terhadap buah lain.

Nah, jika kita pergi ke pusat perbelanjaan, umumnya kita akan disambut oleh lagu-lagu Imlek berbahasa Mandarin dan pertunjukan barongsai. Semasa kecil, saya menikmatinya sebagai hal yang menyenangkan. Ketika beranjak dewasa, lagi-lagi saya menjadi bosan karena ya itu-itu saja.

Perayaan Imlek sesungguhnya tidak hanya dilakukan di hari-H. Mereka yang memiliki waktu luang bisa saja melanjutkannya di hari kedua mengingat beberapa usaha dan sekolah baru memulai aktivitasnya kembali di hari ketiga, bahkan ada yang menunggu sampai hari kelimabelas alias Cap Go Meh. Saya sih tidak, dari sekolah dulu sampai sekarang bekerja, hari kedua langsung beraktivitas jika itu adalah hari kerja.

Hanya saja, semasa sekolah, aktivitas di hari Imlek hanya dibatasi untuk beberapa pelajaran saja. Sisanya diisi oleh kegiatan class meeting di mana siswa boleh menggunakan baju bebas selama berwarna merah. Pakai baju bebas itu menyenangkan apalagi jika boleh menggunakan T-shirt, tetapi karena pagi harinya masih harus menggunakan seragam tentu ibu akan menjerit untuk mencuci dua pakaian berbeda dalam satu hari yang sama.

Akhirnya sampailah kita di hari kelimabelas. Lagi-lagi saya tidak memiliki perayaan yang istimewa selain menyantap hidangan lontong Cap Go Meh yang sangat lezat. Itu pun, sejak kehadiran berbagai restoran khas Nusantara di pusat perbelanjaan, sesungguhnya hidangan ini bisa saya santap kapanpun saya mau.

Merayakan Imlek dalam masa pandemi COVID-19

Semua yang diceritakan di atas adalah cerita sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Seiring terjadinya pembatasan sosial, silaturahmi fisik tidak lagi dilakukan. Mereka yang lebih muda akan menghubungi anggota keluarganya yang lebih tua dan orang-orang lain yang dihormati untuk memberikan ucapan, setelah itu jika dikehendaki bisa diadakan silaturahmi bersama secara virtual seperti melalui Zoom. Poin positifnya adalah kini tidak terasa perbedaan antara saudara yang tinggal dekat dan jauh, semuanya sama-sama tampil di layar. Poin negatifnya jelas terletak pada durasi silaturahmi yang lebih pendek mengingat keterbatasan kegiatan yang bisa dilakukan.

Bagi-bagi angpao tetap berjalan seperti biasa mengingat pada umumnya anak-anak zaman sekarang telah memiliki rekening bank atau paling tidak akun e-wallet. Masalah menjadi rumit ketika anak tersebut tidak memiliki keduanya dan orang tuanya juga tidak memilikinya, biasa terjadi pada saudara yang masih tinggal di kampung halaman dan solusinya adalah mencari saudara lain di sana yang sudah punya rekening untuk bisa menitipkan uang tersebut. Khusus bagi mereka yang masih menganggap bahwa angpao itu harus diberikan dalam amplop merah, mereka akan kepusingan sendiri untuk mengatur distribusinya dan akhirnya merogoh kocek cukup besar untuk membayar kurir logistik.

Di Tahun Baru Imlek 2022 ini, saya memilih untuk membeli polo shirt yang stoknya tipis. Foto: dokpri, juga diunggah di Opensea sebagai CIP #69.
Di Tahun Baru Imlek 2022 ini, saya memilih untuk membeli polo shirt yang stoknya tipis. Foto: dokpri, juga diunggah di Opensea sebagai CIP #69.

Membeli baju baru pun tetap dilakukan tetapi tidak lagi diprioritaskan untuk tampil kece di hari-H Imlek. Jika sebelumnya baju tersebut dicari di pusat perbelanjaan untuk dilihat dan dicoba secara langsung, kini pilihan dijatuhkan pada brand-brand tertentu saja yang sudah biasa digunakan sehari-hari, ukurannya sudah dipahami dengan baik, nantinya bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari termasuk bekerja, dan tersedia melalui toko online.

Sajian keluarga kami di hari-H Imlek 2022 ini. Foto merupakan dokumen pribadi.
Sajian keluarga kami di hari-H Imlek 2022 ini. Foto merupakan dokumen pribadi.

Sajian khas Imlek juga tetap dihidangkan di rumah-rumah, hanya saja pembelian dari luar berusaha dihindari untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 alias jadinya memasak sendiri. Beberapa di antara nereka yang sebelumnya menjadi tuan rumah open house tetap memasak dalam jumlah banyak untuk dikirimkan kepada saudara-saudara terdekat. Keberadaan kue (khususnya kue kering) dan gorengan dikurangi untuk mencegah radang tenggorokan karena ini dapat menurunkan imunitas tubuh dan jadi sulit dibedakan dengan salah satu gejala COVID-19 khususnya bagi mereka yang sampai saat ini terpaksa masih harus WFO.

Untuk meningkatkan imunitas tubuh, keberadaan buah diperbanyak. Jeruk yang dikenal kaya akan vitamin C menjadi pilihan yang pas bagi mereka yang tidak terlalu sensitif terhadap asam seperti saya, hanya saja memilih jeruk berkualitas baik dengan cara memilihnya secara langsung di pasar atau supermarket menjadi berisiko. Ketika diputuskan untuk membeli buah secara delivery, mau tidak mau kita hanya bisa memilih jenisnya secara umum dan tentunya kita tidak mau mencari risiko dengan hanya menjatuhkan pilihan tepercaya pada brand yang sudah teruji. Ya, siapa lagi kalau bukan Sunpride.

Entah sampai kapan pandemi COVID-19 dan pembatasan sosial ini terus berlangsung. Perayaan Imlek dan keseruan bersilaturahmi fisik tentunya sangat dirindukan, pengganti virtualnya sama sekali tidak asyik dan kami berharap jangan sampai malah di masa depan ini berlangsung di metaverse. Sebelum terlambat, Gong Xi Fa Chai, Xin Nian Kuai Le!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun