Padahal, jika kalian duduknya di kelas ekonomi, cerita tidak akan jauh berbeda. Kursi kalian tidak menjadi lebih besar dan lapang ketika duduk di armada A330 atau B777 milik Garuda dibandingkan terhadap armada B737-nya, kelas bisnis sih lain cerita ya. Sekalipun bisa menjajal kursi yang bisa direbahkan menjadi kasur itu, tidur selama kurang dari dua jam juga terasa kurang nyaman bagi orang-orang yang sejak kecil tidak terbiasa tidur siang (seperti saya) apalagi jika waktu penerbangannya juga tidak tepat. Sayang uanglah, segalanya masih tidak pasti terlebih harga barang kebutuhan juga sebagian besar naik di mana-mana.
Ditambah lagi, kapasitas pesawat ini lebih banyak dan jika penuh bisa dibayangkan berapa penumpang yang ada di dalamnya, lebih dari tiga ratus orang. Ketika kursi yang didapat terletak di baris paling belakang dan kita harus masuk dari pintu depan, kita perlu menempuh jarak sampai lebih dari lima puluh baris kursi kelas ekonomi maskapai budget. Bisa dibayangkan risiko penularan yang tentu lebih tinggi jika naik pesawat seperti ini.
#3 Jangan membawa bagasi terdaftar, kalau bisa
Pada masa sebelum pandemi, mereka yang pergi hanya dalam satu atau dua hari dengan barang bawaan yang sedikit umumnya memasukkannya ke tas punggung alias backpack dan membawanya ke dalam kabin. Tujuannya jelas, tidak perlu menunggu lama sampai bagasi terdaftar keluar dari pesawat dan dibagikan di terminal. Demikian pula ketika kita hendak berangkat, bisa memanfaatkan fitur web check-in karena tidak perlu mendaftarkan bagasi di konter.
Hal ini jelas berlaku di masa pandemi, sangat disarankan malah. Mengurangi waktu yang dihabiskan di terminal bandara tentu mengurangi risiko penularan virus, bukan?
#4 Jadilah kaum mepeters
Umumnya, sebelum pandemi kita memilih untuk datang jauh lebih awal ke bandara demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama proses check-in. Jika kita akan berangkat sekitar jam makan siang atau makan malam, kita akan berusaha untuk menyelesaikan proses check-in itu dan kemudian makan seadanya di bandara asal tidak tertinggal pesawat. Sekarang, prosedurnya bertambah pula dengan kebutuhan untuk menunjukkan hasil tes COVID, sekalipun sudah vaksin dosis lengkap pun tetap perlu antigen.
Pertama, jika destinasi yang Anda tuju dijangkau oleh sedikit penerbangan dan cuaca di sana terkenal kurang menentu, lebih baik antigen mepet waktu selama memungkinkan. Misalnya, antigen di pagi hari ketika kita akan berangkat di sore harinya dibandingkan terhadap antigen semalam sebelumnya. Seorang rekan belum lama ini menghadapi kondisi seperti ini di mana destinasi yang dituju hanya dijangkau oleh satu penerbangan per hari. Beliau sudah terlanjur antigen ketika beberapa jam kemudian maskapai mengumumkan bahwa penerbangan ditunda satu hari akibat cuaca buruk. Maskapai pun menolak untuk memberikan kompensasi biaya antigen dan tetap mengharuskan tes tersebut diulang.
Kedua, makanlah dengan kenyang sebelum datang ke bandara. Sekalipun kita makan di luar, kita tentu bisa memilih tempat makan yang lebih sepi dibandingkan terhadap sebuah bandara. Demikian pula kita tidak perlu menikmati fasilitas lounge yang disediakan, sekalipun fasilitas tersebut tersedia dan gratis. Ini membuat kita tidak perlu datang terlalu awal kan?
Ketiga, berusahalah untuk masuk terakhir dan keluar pertama dari pesawat. Baik menggunakan garbarata maupun tangga konvensional, penumpang di baris yang lebih depan selalu memiliki kesempatan untuk masuk terakhir dan keluar lebih awal. Ini mengurangi waktu yang dihabiskan di dalam pesawat. Nah, agar selama penerbangan tidak terus dilewati mereka yang hendak pergi ke kamar kecil, dapatkanlah kursi di samping jendela alias window seat.
#5 Minimalkan penggunaan barang di pesawat
Pesawat Garuda atau pesawat mewah sejenisnya umumnya menyediakan inflight entertainment. Untuk menggunakannya, tentu kita perlu menyentuh layar yang ada dan menggunakan headset pinjaman (jika tidak membawanya sendiri). Saran saya sih, supaya tidak repot mencuci tangan sehabis menyentuh layar, bukankah lebih baik kita tidak usah pakai IFE tersebut? Beristirahat menjadi pilihan terbaik atau gunakan perangkat milik sendiri yang sudah diunduhkan film, games, atau musik untuk hiburan, asalkan jangan sampai baterainya habis ya.
Sekian tips yang saya bagikan kali ini. Saran saya, tidak perlu terbang-terbang jika tidak mendesak. Tunda liburan jauh kita dan lebih baik bahagia di rumah saja atau mengunjungi tempat-tempat yang dekat untuk mencegah penularan virus. Akan tetapi, jika harus terbang, terbang aman dan cerdas penting untuk mengurangi risiko. Ya kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H