Ide Pemerintah untuk mengenakan cukai pada produk minuman manis demi menambah pendapatan negara sekaligus mengendalikan pola makan yang kurang sehat mendapatkan pro dan kontra di masyarakat.Â
Seandainya nanti gagal, Pemerintah bisa melirik untuk membuka kembali peluang memberlakukan PPNBM ke ponsel pintar berspesifikasi tinggi dan diperluas ke gadget lainnya yang sesuai.Â
Tujuannya juga bagus, mengurangi intensitas gaming dan hal-hal online lainnya yang kurang baik untuk kesehatan mata dan sosial serta menjaga dompet mereka yang berjiwa BPJS (budget pas-pasan jiwa sosialita) supaya sekalian menjauhi gadget ini.
Kemungkinan termudah jelas dikenakan terlebih dahulu untuk smartphone. Meskipun bisa saja benda ini juga digunakan untuk membuat konten dan mencari uang, menurut saya Anda tidak harus membeli ponsel flagship dengan penampilan mewah juga kan?Â
Misalnya, kini sudah tersedia beberapa tipe ponsel dengan Qualcomm Snapdragon 888 yang dihargai di bawah Rp10 juta. Artinya, untuk mendapatkan ponsel berperforma terbaik, rasanya Anda tidak perlu membeli ponsel dengan harga sampai Rp30 jutaan seperti iPhone 13 Pro Max.
Penetapan standar mungkin lebih sulit untuk komputer tablet, laptop, apalagi desktop yang bisa saja dibeli bagian perbagian untuk dirakit.Â
Perangkat berspesifikasi tinggi bisa saja memang benar-benar diperlukan baik untuk penggunaan industri maupun pendidikan sehingga jangan sampai batas ditetapkan terlalu rendah dan membatasi kemajuan IPTEK.Â
Akan tetapi, jangan sampai batasnya juga terlalu tinggi sehingga kita gagal mengendalikan peningkatan konsumsi listrik demi mining uang kripto.
Ya, jika Pemerintah tertarik dengan ide ini, baiknya dibentuk komite independen berisi orang-orang yang memang berkompeten untuk menilai kecukupan performa gadget.Â
Pemerintah tidak perlu terlalu khawatir bahwa akan ada penyelundupan gadget karena ponsel dan tablet ilegal pastinya akan terhalang untuk terhubung dengan koneksi seluler secara langsung, sedangkan komputer ilegal yang harganya mahal dan tidak memiliki garansi resmi tentu jadi kurang menarik bagi banyak pelanggan.Â
Mau tidak mau akan muncul dampak bagi industri perakitan dan distribusi ponsel dalam negeri, tetapi tetap saja dampak yang lebih besar akan dirasakan oleh produsen gadget kelas atas yang bukan berasal dari dalam negeri.Â