Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Belajar dari Rumitnya Hubungan Tanpa Status di Masa Pubertas

21 Agustus 2021   20:05 Diperbarui: 22 Agustus 2021   20:44 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaannya soal apakah saya sudah mengalami suatu hal yang terjadi pada anak pria yang pubertas, terdiri dari dua kata dengan huruf pertama "M" dan Anda bisa tahu sendiri kelanjutannya, membuat saya tidak nyaman. Kedua, pendapatnya soal gaya fashion saya yang lebih mirip David GadgetIn, kaus dengan celana pendek, yang seharusnya dibuat lebih modis dengan menggunakan tambahan kemeja tanpa dikancing dan celana jeans. Saya cueki, karena memang saya tidak nyaman.

Tamat. Pertemanan kami hancur juga, saling berbicara pasti berujung pertengkaran. Bahkan, kerja kelompok bersama pun ogah kecuali dipaksa. Beberapa hari kemudian, teman saya bilang via chat Facebook bahwa mereka kesal karena saya tidak peka dan mereka sekarang sedang mencari tambatan hati baru. Mau dapat adik kelas, kakak kelas, teman seangkatan, teman satu sekolah, teman lain sekolah, kan bukan urusan saya?

Terjebak lagi di bangku sekolah menengah pertama

Di bangku sekolah menengah pertama, saya berteman baik dengan sebuah geng berisi sekumpulan anak perempuan yang sudah berteman sejak sekolah dasar, kebetulan asal sekolah kami berbeda. 

Kami semua sama-sama berambisi menjadi juara kelas dan kebetulan geng teman-teman saya ini bersaing juga dengan geng anak perempuan dari sekolah lain lagi yang juga ingin menjadi juara kelas. Dua kubu ini sepakat untuk kerja sama setiap kali ada tugas berkelompok, demikian pula akan belajar bersama untuk menghadapi ujian.

Nah, dari sini kisahnya bermula. Dengan gaya David GadgetIn itu, saya datang ke rumah salah satu anggota geng ini untuk bekerja kelompok bersama. Anehnya, meskipun saat itu saya bersikap agak keras dan cuek, justru malah mengundang kisahnya dimulai. Dia bisa mengimbangi saya, punya selera musik klasik yang sama, dan sering ngobrol via BBM.

Lama-lama, dia mengajak saya jalan-jalan. Saya bilang silakan, tapi kalau mau bersama keluarga saya yang lain boleh? Lah, kan bukan pacaran, pergi tidak harus berdua dong? Dia juga sering meledeki saya kalau saya terlihat dekat dengan teman perempuan yang lain.

Seperti di cerita pertama, ada lagi yang mengingatkan saya potensi kecemburuan dan konflik akibat pertemanan yang menjurus ke hubungan tanpa status itu. Ada pula teman pria lain yang ternyata menaksir dia dan marah ke saya karena menghalangi dia, lah saya bilang kan tidak ada hubungan apa-apa dan kalau mau dekati saja, kalau perlu ditembak supaya statusnya jelas. 

Mereka berdua memang berteman baik, tapi yang perempuan tidak menaksir si laki-laki. Ketahuanlah itu ulah saya, akhirnya hubungan tanpa statusnya bubar, pertemanannya hancur, dan malah jadi saling melempar celaan.

Dua pengalaman di atas membantu saya menghadapi persahabatan yang perlahan menjurus ke hubungan tanpa status setelah melewati usia pubertas. Ketika saya harus menghadapi teman perempuan berikutnya yang mulai mengirimkan timed message alias chat berbatas waktu di LINE, menjaga jarak dengan teman perempuan yang lain, memprioritaskan waktu untuk mendengarkan dia curhat sekalipun sedang ada kesibukan, hobi yang mau dijalani, atau berkumpul bersama keluarga, sampai meminta saya untuk menjaga ketat ponsel pribadi agar pesan darinya tidak terbaca anggota keluarga yang lain, langsung cut dan kembalikan lagi ke jalan pertemanan yang benar. Apalagi kode-kode minta waktu jalan berdua, semakin waspada.

Tidak perlu ada hubungan tanpa status

Hubungan tanpa status sejatinya bisa membawa dampak yang baik jika pasangan menjalaninya dengan saling memotivasi untuk menjalani rutinitas masing-masing dan memberikan yang terbaik. Hubungan ini juga baik jika pasangan bisa saling memberikan pendapat untuk memperbaiki diri satu sama lain, tetapi bukan memaksakan satu pihak untuk berkarakter seperti yang diinginkan oleh pihak lain. Mereka yang berpacaran atau bahkan sudah menikah saja tidak boleh melakukan hal itu, apalagi pelaku hubungan tanpa status.

Hubungan tanpa status bisa menambah koneksi juga. Ya, seperti pacaran atau menikah, ketika Anda memiliki pasangan maka Anda akan mengenal juga rekan-rekan dari pasangan Anda yang sebelumnya belum pernah Anda kenali. Orang-orang baru ini bisa menjadi koneksi yang berharga, yang tentunya lebih sulit Anda dapatkan tanpa peran si pasangan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun