Produk laptop dari dua brand smartphone yang sukanya merusak pasar, yaitu RedmiBook 15 dan Infinix InBook X1 (i3), menawarkan prosesor Intel Core i3 dengan harga perkenalan. Sayangnya, ketika masa perkenalan tersebut usai, harga kedua produk akan naik sampai mendekati Rp7 juta.
RedmiBook 15 memang memiliki harga ritel normal yang disarankan di Rp7 juta dan tanpa disertai lisensi Office Home and Student (OHS) gratis, meskipun sampai saat ini Xiaomi Indonesia masih terus menunda kapan harga normal ini akan diberlakukan dan memberlakukan harga perkenalan di Rp6 juta. Di sisi lawan, Infinix InBook X1 akhirnya mulai dijual secara luas dengan Office Home and Student (OHS) 2019 gratis, tetapi harganya naik setiap kali flash sale dari Rp6,2 juta, ke Rp6,5 juta, dan sekarang telah menyentuh Rp6,9 juta.
Saat ini, antusiasme pasar terhadap harga perkenalan RedmiBook 15 masih cukup positif. Akan tetapi, jika nantinya harus membayar dengan harga normal, Redmi mengalami persaingan yang cukup keras karena harga lisensi OHS saat ini adalah Rp1,9 juta dan itu setara dengan selisih harga Rp2 juta terhadap Infinix bagi kita yang sangat tergantung pada Microsoft Office (tidak bisa beralih ke OpenOffice, WPS Office, atau sejenisnya). Apakah ini membuat Redmi menjadi tidak worth, atau bahkan sebenarnya Infinix juga tidak worth di harga normalnya? Selanjutnya, pembahasan saya lakukan dengan melihat masing-masing produk di harga normalnya ya. Sekalipun RedmiBook 15 saat ini masih dijual dengan harga perkenalan, harga tersebut hanya bisa diperoleh melalui mekanisme flash sale dan pembelian instan melalui marketplace merogoh kocek mendekati harga normalnya.
Dapur pacu Infinix InBook X1 terbaik di kelasnya, sayangnya tidak dengan RedmiBook 15
InBook X1 (i3) dipersenjatai dengan Intel Core i3-1005G1, sedangkan RedmiBook 15 selangkah di depan dengan Intel Core i3-1115G4. Keduanya sama-sama mengandalkan grafis terintegrasi dari Intel, alias membatasi kemampuan gaming dan content creation dengan nyaman. Baiknya, cukup untuk bekerja atau kuliah sambil menonton streaming dan blogging saja.
Kedua laptop sama-sama dipersenjatai dengan RAM 8GB yang sayangnya tidak bisa ditingkatkan atau ditambah alias solder onboard, cukup untuk menjalankan Windows 10 dan bahkan Windows 11 nantinya. Akan tetapi, jika diajak bekerja dengan Microsoft Teams, screen sharing, dan browsing dengan lebih dari delapan tab, tentu dia tidak akan nyaman karena kebutuhan RAM untuk skenario ini bisa menembus 11GB. Andaikan saja ada satu slot kosong, tentu lebih memadai jika ke depannya kita bisa menambah kapasitas RAM dan mengaktifkan dual channel. Soal penyimpanan, keduanya sama-sama menggunakan SSD M.2 dengan kapasitas 256GB dan menambah kapasitas hanya bisa dilakukan dengan mengganti, tetapi Redmi masih mengandalkan SATA yang kecepatannya sepertiga milik InBook X1 yang sudah mengandalkan PCIe NVMe. InBook juga tidak mengandalkan SSD yang paling kencang di pasaran sih, yang bisa dua kali lebih kencang dari miliknya.
Jika kita membandingkan InBook X1 dengan saudara seharganya yang sama-sama sudah mendapatkan lisensi OHS gratis, tentu dia cenderung lebih canggih. Sebagian besar saudaranya masih mengandalkan AMD Athlon Gold 3150U dan Intel Pentium Gold 6405U demi mendapatkan RAM dan memori internal yang sama, atau bisa juga mendapatkan Intel Core i3-1005G1 tetapi RAM turun ke 4GB atau memori internal berjenis HDD dengan kapasitas 1TB. Athlon Gold 3150U masih lumayan mumpuni di era saat ini, tetapi tidak yakin dengan si Pentium. Satu lagi, semuanya mengandalkan grafis terintegrasi, jadi Infinix berhasil menduduki posisi killer di kelasnya.
Bagaimana dengan RedmiBook 15? Jika tidak masalah untuk turun ukuran layar ke 14" dan mau menambah budget sebesar Rp500 ribu dari harga Redmi tanpa OHS, Anda bisa membawa pulang Lenovo V14 dengan prosesor Intel Core i3-1005G1, RAM 8GB, SSD NVMe 256GB, NVIDIA GeForce MX330, dan lisensi OHS 2019 gratis. Selisih performa prosesor antargenerasi Intel Core i3 memang mencapai 20 persen menurut skor multi-core Geekbench 5, tetapi generasi kesepuluh pun sudah cukup bagi saya. Dibandingkan Core i5-8250U yang ada di laptop saya saat ini, si Core i3 termasuk lebih canggih. Jadi, RedmiBook 15 sudah terbilang tidak wow.
Jika Anda berniat memasang OHS di RedmiBook 15, lupakanlah dia. Acer Aspire 5 A515 dengan layar berukuran sama sudah mampu memberikan AMD Ryzen 5 4500U, SSD NVMe berkapasitas 512GB, dan lisensi OHS juga di harga Rp8,8 juta. Turun resolusi layar dari Redmi dengan 1080p ke Acer di 768p tidak masalah bagi saya, tetapi jika Anda rewel masih bisa memertimbangkan Lenovo Slim 5i. Prosesor AMD Ryzen 3 4300U yang tetap lebih canggih dari Intel Core i3-1115G4, SSD NVMe 512GB, layar 15.6" FHD IPS, dan lisensi OHS di harga Rp8,7 juta. Harus Intel? Turunlah ke layar 14", Infinix siap menjemput dengan Core i5-1035G1, RAM 8GB, SSD NVMe 512GB, dan lisensi OHS di Rp8,4 juta.
Desain Infinix InBook X1 memukau, RedmiBook 15 biasa saja
Melihat penampilan Infinix InBook X1 dari luar, sekilas tampil mirip dengan Lenovo ThinkBook. Pilihan warnanya ada dua saat ini, yaitu merah dan hitam, pas untuk mengekspresikan diri. Bodi metal, bezel layar tipis, ada keyboard backlit jika Anda mengetik di kondisi minim cahaya, dan layar IPS dengan akurasi warna 97% sRGB menurut DK ID (sedikit meleset dari iklan Infinix di 100%), luar biasa memukau. Dengan ketebalan 1,63 cm, bobotnya mencapai 1,48 kg.
Apa kabar dengan RedmiBook 15? Ketebalan 1,99 cm dan bobot 1,8 kg, cukup tipis dan ringan untuk laptop berukuran layar 15.6". Ukuran layar ini menjadi pas ketika kita belajar dan bekerja di rumah seperti sekarang ini dengan sepenuhnya mengandalkan laptop, karena layar 14" HD atau FHD di laptop lebih kecil dari layar tabung 14" sebagai teman desktop jadul, apalagi LCD 15.6" yang biasa dipakai di kantor dan sekolah. Sayang, pilihan warnanya hanya satu yaitu abu-abu gelap dengan bodi polikarbonat. Meskipun Xiaomi mengatakan bahwa ada nuansa metalik di sana, tetapi saya melihatnya tak lebih dari laptop polos tanpa kemewahan sama sekali. Bezel layar juga tipis, tetapi layarnya yang beresolusi Full HD itu hanya mengandalkan panel TN-TFT dan cakupan warnanya standar saja di 45% NTSC alias 72% sRGB. Ditambah lagi dengan keyboard tanpa backlit, juga numpad sebagai suatu fitur yang cukup umum untuk layar sebesar itu, Redmi ini biasa saja, tidak menawarkan sesuatu yang lebih di segmen harganya.
Fitur lainnya? Infinix tetap lebih oke
Infinix InBook X1 dibekali dengan charger USB Type-C berdaya 65W untuk mengisi baterai berkapasitas 50Wh, jauh lebih besar dibandingkan saudara seukuran layar dan sekelas harga yang sebagian besar memiliki kapasitas baterai di bawah 40Wh. Selebihnya, dia punya dua port USB 3, satu port USB 2, HDMI, MicroSD slot, 3.5mm jack audio, dan Kensington lock, cukup lengkap untuk konektivitas kabel era modern. WiFi dan Bluetooth? Tentu ada. Tombol camera switch untuk mematikan dan menyalakan webcam? Ada.
Bagaimana dengan Redmi? Charger 65W juga, tetapi masih mengandalkan port DC-in. USB Type-C tidak ada dan digantikan dengan port Ethernet, berguna jika koneksi internet Anda masih mengandalkan kabel. Mungkin terdengar aneh karena sebagian besar dari kita sudah menggunakan modem WiFi, tetapi memang pada kenyataannya mereka yang tinggal di indekos masih ada yang membutuhkan port ini untuk bisa menggunakan fasilitas internet di sana. Dengan layar yang lebih besar dari InBook, Redmi hanya dibekali dengan baterai berkapasitas 46Wh. Dari pengujian beberapa reviewer, laptop ini memang mampu bertahan di atas enam jam untuk nantinya diisi kembali sampai penuh dalam waktu sekitar dua jam. Dibandingkan Aspire 5 (Ryzen 5) yang saya jadikan alternatif di atas, daya charging-nya memang hampir setengah lebih tinggi karena Acer membatasi di 45W. Akan tetapi, dari IdeaPad Slim 5i yang juga saya jadikan alternatif lain, daya charger sama dan kapasitas baterai Lenovo mencapai 57Wh! Ditambah lagi, fitur webcam privacy juga absen di Redmi. Lagi-lagi biasa saja, tidak killer.
Menutup pembahasan di poin ini, paling tidak kedua laptop masih mengandalkan webcam beresolusi 720p dengan kualitas gambar yang lumayan bagus. Hal ini lebih baik dari laptop saya saat ini yang mengandalkan resolusi VGA dan kualitas gambarnya juga tidak jelas, anehnya masih dipertahankan ASUS di seri VivoBook 15 terbarunya sekalipun untuk varian tertinggi.
Kesimpulannya, dari dua laptop besutan brand produsen smartphone killer ini, hanya Infinix InBook X1 yang menurut saya sukses menjadi laptop killer dengan catatan harganya jangan naik lagi. Jika Anda tidak butuh kemampuan content creation dan gaming, laptop tersebut sudah sangat bagus untuk bekerja, belajar, sekaligus menghibur diri Anda dengan ketahanan baterai yang memukau di kelasnya. Kecuali jika ternyata Anda butuh kartu grafis dedicated, ya perlu upgrade ke Lenovo V14 dengan tambahan dana Rp1,3 juta dan minus kapasitas baterai ke 30Wh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H