Modernisasi membawa kemudahan dalam berbisnis. Kemajuan transportasi memfasilitasi pengiriman barang antardaerah dalam hitungan hari. Industri logistik mengumpulkan paket dari berbagai pengirim dan mengandalkan transportasi darat, laut, serta udara untuk menyampaikannya kepada penerima dengan biaya terjangkau.
Industri 4.0 memperluas implementasi teknologi ke berbagai bidang, termasuk bisnis online. Penjual berdagang tanpa toko fisik dan pembeli berbelanja tanpa keluar rumah dengan ponsel pintar. Uang berpindah secara elektronik dan barang dikirim melalui jasa logistik.
Jika masih mengandalkan toko dan pelayan untuk berjualan, biaya yang ditanggung sangat besar dan cakupan pasar sangat sempit. Cakupan tetap sempit meski sudah berusaha menggunakan media sosial karena banyak orang takut untuk langsung mengirimkan uang ke penjual ketika barang belum tiba dan tidak ada pihak yang mampu membantu jika ada masalah. Jika masih berbelanja konvensional, siap-siap membuang waktu dan harganya pun bisa jadi lebih mahal. Partisipasi dalam dunia bisnis online baik sebagai pembeli maupun penjual tidak bisa dihindari, khususnya terkait platform e-commerce.
Keinginan konsumen dan kesulitan penjual untuk memenuhinya
Konsumen mengharapkan pengiriman yang cepat meskipun memesan di sore atau malam hari. Sedangkan, penjual memiliki keterbatasan tenaga dan banyak gerai logistik tutup sebelum waktu makan malam sehingga harus mengakhiri hari lebih dulu dan pesanan setelahnya masuk jadwal pengiriman esok hari.
Kondisi ini memperburuk catatan waktu pengiriman oleh penjual dan bisa jadi memicu ketidakpuasan pelanggan. Beberapa wilayah memiliki gerai logistik yang tutup di malam hari sehingga penjual tak perlu menunda pengiriman dan berjualan dengan maksimal. Akan tetapi, penjemputan paket dari gerai dan proses pengantaran tetap dimulai keesokan harinya alias sama juga bohong.
Solusi lain bisa diterapkan, yaitu mempekerjakan tenaga tambahan khusus untuk bolak-balik kurir dan tentunya harus menambah beban gaji serta biaya kendaraan. Padahal, persaingan harga sangat ketat di bisnis online dan marjin keuntungan pun sangatlah tipis. Alih-alih usaha kompetitif, penjual malah berisiko gulung tikar. Pendapatannya pun tak pasti dan saya pernah merasakannya ketika membantu keluarga berjualan online.
Kisah menyedihkan berjualan online
Demi modal rendah dan harga kompetitif, persediaan barang dibeli secara grosir. Etalase dibuka di berbagai platform e-commerce dan promosi dilakukan melalui media sosial, bukan iklan di aplikasi. Paket data dipilih dengan harga murah dan kuota besar. Ribuan peminat melihat produk per bulannya dan pertanyaan mereka pun direspon dengan cepat, tetapi belum tentu ada penjualan setiap bulannya.
Pesanan dikirim dengan berjalan kaki ke gerai logistik segera setelah pembeli membayarnya. Alih-alih menghemat biaya transportasi, kaki malah singgah di tempat jajanan dengan harga yang lebih mahal. Belum lagi, risiko masuk angin dan jatuh sakit jika terpapar angin kencang dan hujan deras selama berada dalam perjalanan. Penilaian terbaik memang didapat, tetapi tidak dengan pendapatan. Stok berakhir kadaluarsa dan bisnis tidak dilanjutkan.
Tetap berusaha menghemat pengeluaran dan memeroleh pendapatan
Cukup mengajukan permintaan melalui mobile apps atau call center, sprinter akan datang ke lokasi dengan membawa timbangan portabel dan resi. Jam kerja mereka terbilang panjang, rekor terpagi paket saya pernah dijemput sebelum jam tujuh pagi dan rekor termalam paket saya pernah dijemput sekitar jam sebelas malam.
Hal ini menguntungkan bagi mereka yang berjualan sendirian tanpa pegawai atau sambil melakukan pekerjaan lain karena mereka tidak perlu menghentikan kegiatan demi ke gerai logistik dan tinggal duduk manis menunggu penjemputan. Hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya.
Ketika pembeli hendak melakukan retur, mereka juga tidak dirugikan karena harus menalangi apalagi menanggung biaya pengiriman karena adanya fitur cashless ini.
Seiring berjalannya waktu, fitur bisa dinikmati tanpa perlu mencetak kode QR, cukup menulis nomor resi yang telah ditetapkan oleh sistem pada kemasan paket. Bayangkan jika pembeli harus menanggung biaya retur, sudah barang tak sesuai, rugi waktu, rugi biaya pula.
Bahkan, layanan perusahaan menjadi pilihan bagi platform e-commerce yang mengadakan program belanja gratis ongkir. Meskipun banyaknya paket yang harus dikirim otomatis meningkat, petugas bekerja keras tanpa hari libur sehingga tetap tersampaikan dengan tepat waktu bahkan cukup cepat. Pembeli senang karena barangnya bisa segera digunakan, penjual senang karena uangnya bisa cepat cair.
Mengulas layanan J&T Express sejak pertama kali saya menggunakannya
Di awal operasionalnya, J&T Express menggunakan call center bebas pulsa. Imbasnya, banyaknya sprinter yang dipekerjakan tergolong minim dan seringkali gagal menjemput paket dalam hari yang sama. Perusahaan pun terpaksa menggunakan layanan call center berbayar demi ketersediaan sprinter yang lebih memadai.
Ketika langsung datang ke gerai, kita juga disambut hangat oleh petugas. Bersama para sprinter yang tidak sedang keluar, mereka bersedia membantu pengemasan paket sampai siap dikirim tanpa biaya sama sekali sehingga antrean tidak menumpuk. Perusahaan logistik lain memang mewajibkan setiap gerai memiliki minimal dua petugas, tetapi hal tersebut hanya bisa terjamin untuk gerai cabang yang dimiliki oleh perusahaan sendiri. Bisa saja agen mengirimkan dua orang untuk dilatih, tetapi yang dipekerjakan hanya satu orang dan berbeda dengan mereka yang dilatih. Semua yang bekerja di gerai adalah pegawai perusahaan dengan keramahan, kecepatan kerja, dan penjelasan yang seragam dan memuaskan antargerai.
Satu hal yang patut diapresiasi adalah kemampuan perusahaan menghadirkan lebih dari dua ribu drop point di seluruh Indonesia dengan keseragaman standar pelayanan. Perusahaan mendirikannya sendiri tanpa mitra waralaba alias agen sehingga mudah mengendalikan operasionalnya, termasuk ketika terjadi masalah.
Berbeda dengan perusahaan logistik yang mengandalkan agen, bahkan jam kerja pun tidak seragam karena menyesuaikan dengan kemampuan agen. Ketika terjadi masalah, mereka kepusingan menanganinya karena melibatkan paling tidak tiga pihak, yaitu agen tempat pengirim menyerahkan barang, departemen pengiriman di perusahaan, dan agen tempat penerima mendapatkan barang. Hanya saja, sekali lagi tim investigasi untuk layanan pelanggan perlu diperbesar dengan rentang waktu kerja yang lebih lebar.
Bayangkan saja, J&T Express memang unggul soal jadwal pengantaran barang yang bisa berkali-kali dalam sehari dengan mengombinasikan penggunaan banyak mobil pickup dan jasa para sprinter, berbeda dengan logistik lain yang mengumpulkan banyak paket dalam hanya satu mobil pickup untuk dikirimkan dua kali per hari.
Mayoritas drop point J&T Express mempekerjakan lebih dari satu sprinter yang khusus mengurus pengiriman barang, ketika banyak agen dari perusahaan logistik lain hanya mempekerjakan satu orang yang merangkap baik sebagai pengantar barang maupun pelayan pelanggan di gerai.
Hal ini baik untuk mempercepat proses penyampaian barang kepada penerima. Berbeda dengan petugas perusahaan logistik lain yang terkadang meninggalkan barang di lokasi yang tak aman, dilempar sampai melewati pagar, menitipkan ke tetangga tanpa izin penerima, atau pengiriman jadi tidak tepat waktu akibat penundaan.
Akan tetapi, prosedur ini tentu menyisakan celah di kalangan para sprinter ketika mereka mengirimkan ke gedung. Saya pernah menghadapi ulah seorang sprinter yang mengaku telah menyampaikan barang padahal barang tersebut tidak ada. Setelah resepsionis yang ditulis telah menerima barang mengaku tidak tahu menahu dan menghubungi drop point tempat sang sprinter bekerja, tindak lanjutnya cukup cepat. Sang sprinter dituntut untuk memberikan ganti rugi sesuai harga barang yang dikirim dan dirumahkan oleh pihak J&T Express. Saya sendiri juga tidak tega ketika mengetahuinya, tetapi ini menunjukkan bahwa perusahaan bertindak tegas dan penyelewengan oleh pegawai adalah hal yang sama sekali tidak dapat ditoleransi.
Sejak Desember 2018, perusahaan telah menggunakan mesin sortir otomatis berdasarkan destinasi di fasilitas mereka di Rawa Bokor, Tangerang. Dengan demikian, efisiensi kerja berupa kecepatan akan meningkat dan human error berkurang. Semua kecanggihan pelayanan ini bisa kita rasakan dengan biaya yang kompetitif terhadap perusahaan logistik lainnya.
Biarkata ditawarkan biaya yang lebih murah, saya sulit beralih dari J&T Express. Dari sisi permodalan, keseragaman standar pelayanan, implementasi teknologi, sampai kualitas pengantaran, J&T Express memberikan segala yang terbaik dan teruji. Saya selalu merekomendasikannya kepada keluarga dan rekan-rekan saya, khususnya mereka yang berbisnis online karena J&T Express Your Online Business.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H