Nilai bagus, segudang kegiatan ekstrakurikuler, popularitas, dan koneksi adalah empat aset yang dikejar oleh pelajar dan mahasiswa demi meraih kesuksesan karir. Rumah, apartemen, logam mulia, saham, obligasi, deposito, dan mobil, adalah tujuh aset yang dikejar oleh orang dewasa sebagai tolak ukur kesejahteraan. Tenaga dan pikiran dikerahkan dari pagi ke pagi demi aset yang memang bernilai.
Dengan waktu dan kocek terbatas, makan asal kenyang, tidur asal ada, dan olahraga minim. Ketidakseimbangan hidup seperti ini secara perlahan merusak aset yang justru sudah dimiliki dan paling berharga dalam hidup, yaitu kesehatan. Penyakit mengganggu produktivitas, kebahagiaan, isi dompet, dan belum tentu bisa disembuhkan.
Bagi saya pribadi, bekerja melampaui batas sulit dijauhi mengingat persaingan zaman sekarang yang sedemikian ketat dan tingginya kebutuhan kompetensi dalam merintis jalan menjadi aktuaris. Usaha menjadi lebih baik bahkan yang terbaik dilakukan selagi masih muda. Sesekali, badan pun tumbang dan konsekuensinya beragam.Â
Datang ke kampus dalam keadaan sakit, tidak fokus belajar dan mengerjakan ujian, tidak bisa hadir di kelas, sampai dirawat inap di rumah sakit menjadi pengalaman tak mengenakkan. Untuk itu, saya selalu berusaha menjaga kesehatan dengan cara berikut.
Memerhatikan kondisi psikologis dan mental
Kita pasti mengenal peribahasa "men sana in corpore sano", alias dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kekuatan jiwa memampukan kita untuk menghadapi perjalanan kehidupan selama tekanan hidup masih berada dalam batas toleransi. Ketika kondisi psikologis dan mental menurun, tidak hanya perilaku dan produktivitas yang terganggu tetapi bisa merembet ke masalah kesehatan fisik.
Mengingat kondisi lingkungan tak bisa diubah, diri sendirilah yang harus beradaptasi dan tetap bahagia dengan keadaan yang ada. Cita-cita boleh setinggi langit, tetapi usahanya jangan terlalu dipaksakan sampai melampaui potensi diri, mengabikan keseimbangan hidup, dan melupakan hiburan berupa hal-hal yang disukai. Dengan kesibukan dan target saya yang tinggi, saya sebisa mungkin tetap mengendalikan waktu istirahat dan hiburan, termasuk di antaranya "mencuci mata" di pusat perbelanjaan, menjelajah dunia maya, dan menulis artikel blog.
Bersosialisasi itu penting, baik dengan keluarga, teman belajar, rekan kerja, maupun masyarakat sekitar, tetapi jangan sampai melupakan waktu untuk memenuhi kebutuhan intrapersonal. Bertukar pikiran dengan teman-teman itu penting, melakukan refleksi dan instropeksi diri itu penting, tetapi yang paling paling penting adalah memperkuat keimanan, mendekatkan relasi dengan Tuhan, senantiasa bersyukur, dan berpikir positif.
Memiliki gaya hidup sehat
Tuhan menganugerahkan tubuh yang sehat kepada kita ketika lahir, tetapi kesehatan tersebut harus kita jaga dan itu tidak mudah. Salah satu faktor dominan penentu derajat kesehatan adalah gaya hidup sehat. Meskipun jiwanya kuat dan sehat, kondisi fisik tetap memegang peranan penting untuk memampukan kita beraktivitas.
Hal yang wajib dilakukan adalah memerhatikan asupan gizi seimbang alias tak kurang dan tak lebih serta diolah dengan cara yang benar dan higienis. Bila perlu dan mampu, tambahan asupan suplemen kesehatan bisa dipertimbangkan.Â
Makan dilakukan secara teratur, demikian pula dengan aktivitas fisik minimal setengah jam dalam sehari. Terakhir, tentu durasi istirahat yang memadai dan bekerja sesuai potensi diri, bukan memaksakan sampai melebihi kemampuan.Â
Menjauhi hal-hal yang kontraproduktif terhadap pengendalian kesehatan adalah mutlak, misalnya konsumsi minuman beralkohol dan merokok.
Pengalaman pribadi saya dihuni oleh masa kecil yang sangat menggemari makanan dan minuman tidak sehat, termasuk soft drink yang manis dan fast food seperti fried chicken, burger, serta pizza sehingga berat badan melonjak sampai 85 kg ketika tinggi badan masih sekitar 140 cm alias pendek. Mobilitas pun lebih banyak menggunakan mobil pribadi dan taksi sehingga minim gerak dan olahraga.
Sekarang ini, saya memilih untuk membawa bekal dari rumah dengan gizi seimbang antara sayur dan lauk-pauk, menjauhi produk fast food, dan menggunakan transportasi umum dalam mobilitas harian sehingga lebih banyak berjalan kaki. Sesekali, saya menyempatkan diri untuk berolahraga.
Berguru dan memeriksakan diri kepada ahlinya
Menjaga kesehatan tidaklah mudah karena banyak aspek harus diperhatikan. Kita baru memahami sedikit di antaranya dan itu pun terus berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan sehingga edukasi kesehatan secara berkelanjutan harus kita lakukan.Â
Kegiatan membaca mandiri menjadi sarana terbaik dan gunakan referensi terpercaya, khususnya tulisan praktisi dan institusi kesehatan agar tidak tersesat oleh hoaks.
Ketika penyakit datang, jangan menganggapnya enteng dan periksakan diri kepada dokter. Meniru kebiasaan dengan berkonsultasi kepada apoteker tidak tepat karena kompetensinya sebatas peracikan obat, bukan diagnosis penyakit dan penentuan obat.Â
Terlebih lagi mencari tahu sendiri di internet, ingatlah bahwa satu jenis gejala bisa mewakili banyak penyakit, mulai dari yang ringan sampai yang mematikan.
Terkait poin ini, saya masih banyak belajar untuk berani memeriksakan diri ke dokter. Agar penyakit yang dimiliki bisa sembuh dengan tuntas, saya lebih memilih dokter dengan spesialisasi yang sesuai terhadap penyakit saya dan memiliki jam terbang serta reputasi akademik mumpuni dibandingkan dokter umum di dekat rumah.Â
Tidak masalah jaraknya cukup jauh, antreannya panjang, dan biayanya sedikit lebih mahal, asalkan pemeriksaan dilakukan secara teliti dan menyeluruh serta dokter berbicara dengan nyaman.
Dulu semasa kecil, saya selalu mencari Paramex setiap kali merasa sakit kepala. Ketika berobat ke dokter umum, saran yang diberikan hanya sebatas beristirahat dengan cukup.Â
Mendengar suara nafas saya yang cukup aneh, seorang teman menyarankan saya berkunjung ke rumah sakit THT dan tanpa sarannya mungkin hingga hari ini saya tidak tahu bahwa masalah sebenarnya adalah struktur hidung yang abnormal sehingga memang ada penyempitan rongga pernapasan dan memerlukan bantuan dalam pembuangan kotoran di dalamnya agar tak tersumbat.
Mengasuransikan kesehatan diri dan tidak perlu takut berobat
Mengenang kembali kematian Alm. Olga Syahputra beberapa waktu lalu, kita perlu belajar bahwa jangan takut untuk berobat. Dengan alasan malas menunggu antrean, biaya pengobatan mahal, pekerjaan terganggu jika harus dirawat inap, sampai tak siap menghadapi kenyataan, banyak orang lebih memilih untuk berobat ketika sudah terlambat. Buang uang, buang waktu, harapan untuk sembuh dan melanjutkan hidup pun sirna karena penyakit sudah terlanjur berat, hal inilah yang harus kita perangi.
Soal biaya, berobat memang tak murah dan setiap tahunnya inflasi medis tergolong tinggi. Biaya rawat inap, tindakan medis, dan obat-obatan terus meningkat menuju taraf yang tak lagi terjangkau, terlebih lagi jika penyakit yang diderita tergolong berat seperti kanker.Â
Tabungan bukan merupakan persiapan yang baik karena daya belinya takkan pernah cukup, terus menyusut, dan hampir pasti habis. Maka, solusi terbaik adalah mengasuransikan kesehatan diri pada perusahaan asuransi yang cukup besar, keuangannya sehat, rekanannya luas di dalam maupun luar negeri, prosedur klaimnya mudah dan cepat, serta memiliki batas manfaat yang mampu memenuhi kebutuhan di masa depan.
Sun Life hadir dengan Sun Medical Platinum, asuransi kesehatan yang siap membayar biaya rawat inap dan rawat jalan yang terkait serta perawatan terkait kanker dan hemodialisa sesuai tagihan.Â
Nasabah tidak diberikan batasan harga kamar per malam dan dijamin mendapatkan ruangan dengan satu tempat tidur sehingga kenyamanan dan ketenangan dalam mempercepat kesembuhan bisa dimaksimalkan.Â
Tersedia tiga plan berdasarkan wilayah cakupan proteksi, yaitu plan Indonesia dan Malaysia dengan maksimum pertanggungan sebesar Rp3 milyar per tahun, plan Asia dengan maksimum pertanggungan sebesar Rp5 milyar per tahun, dan plan Worldwide dengan maksimum pertanggungan sebesar Rp7,5 milyar, sehingga Anda tidak perlu takut ketika dirujuk ke luar negeri dan malah mengkhawatirkan batas klaim.
Hal di atas sangat membantu terutama bagi orang-orang seperti saya yang masih terpaku pada asuransi kesehatan konvensional. Beberapa tahun lalu, plan dengan batasan harga kamar setara VIP dipilih agar bisa menjalani penyembuhan secara maksimal ketika penyakit datang.Â
Kini, saya pun harus menambah sejumlah uang untuk menggunakan kamar dengan dua pasien dan siap-siap menghadapi ketidaknyamanan ketika teman sekamar memiliki kebiasaan yang tidak bisa saya terima. Terlebih lagi, saya pernah merasakan menderitanya dirawat bersama pasien lain yang tiba-tiba dengan beraninya merokok di malam hari dan di dalam ruang perawatan, duh.
Pertanggungan ini bisa dimiliki sebagai rider dari produk unit-link Sun Life Financial dengan usia masuk tertanggung sejak tiga bulan hingga tujuh puluh tahun dan dapat diproteksi hingga usia 88 tahun.Â
Masa tunggu sampai diterimanya klaim hanya berjangka tiga puluh hari sejak tanggal berlakunya asuransi (selain karena kecelakaan) dan proteksi masih bisa diperluas untuk manfaat tambahan rawat jalan, perawatan gigi, serta melahirkan (dengan ketentuan khusus).
 Ketika kebutuhan rawat inap tiba, keluarga tidak perlu khawatir kamar rumah sakit inap karena administrator layanan medis 24 jam akan membantu mencarikan ketersediannya dan melakukan registrasi.Â
Uang muka pun tak perlu dipersiapkan karena sudah menggunakan sistem cashless dan pembayaran biaya perawatan langsung dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pihak rumah sakit.Â
Jangan sampai pengalaman saya terulang, ketika dirawat inap keluarga harus mencari-cari uang tunai dan kartu kredit yang bisa dijadikan jaminan serta menalangi biaya pengobatan terlebih dulu sampai digantikan oleh perusahaan asuransi sekitar sebulan kemudian.
Ingat, sehat itu aset paling berharga dalam kehidupan kita dan harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Pencegahan datangnya penyakit dengan menerapkan gaya hidup sehat tetap menjadi solusi terbaik, tetapi kita tidak boleh abai terhadap persiapan menghadapi penyakit yang tidak bisa kita cegah. Karena sehat itu aset, jangan berhemat soal pengobatan dan persiapkan dananya sejak dini dengan mengasuransikan kesehatan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H