Menjaga kesehatan tidaklah mudah karena banyak aspek harus diperhatikan. Kita baru memahami sedikit di antaranya dan itu pun terus berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan sehingga edukasi kesehatan secara berkelanjutan harus kita lakukan.Â
Kegiatan membaca mandiri menjadi sarana terbaik dan gunakan referensi terpercaya, khususnya tulisan praktisi dan institusi kesehatan agar tidak tersesat oleh hoaks.
Ketika penyakit datang, jangan menganggapnya enteng dan periksakan diri kepada dokter. Meniru kebiasaan dengan berkonsultasi kepada apoteker tidak tepat karena kompetensinya sebatas peracikan obat, bukan diagnosis penyakit dan penentuan obat.Â
Terlebih lagi mencari tahu sendiri di internet, ingatlah bahwa satu jenis gejala bisa mewakili banyak penyakit, mulai dari yang ringan sampai yang mematikan.
Terkait poin ini, saya masih banyak belajar untuk berani memeriksakan diri ke dokter. Agar penyakit yang dimiliki bisa sembuh dengan tuntas, saya lebih memilih dokter dengan spesialisasi yang sesuai terhadap penyakit saya dan memiliki jam terbang serta reputasi akademik mumpuni dibandingkan dokter umum di dekat rumah.Â
Tidak masalah jaraknya cukup jauh, antreannya panjang, dan biayanya sedikit lebih mahal, asalkan pemeriksaan dilakukan secara teliti dan menyeluruh serta dokter berbicara dengan nyaman.
Dulu semasa kecil, saya selalu mencari Paramex setiap kali merasa sakit kepala. Ketika berobat ke dokter umum, saran yang diberikan hanya sebatas beristirahat dengan cukup.Â
Mendengar suara nafas saya yang cukup aneh, seorang teman menyarankan saya berkunjung ke rumah sakit THT dan tanpa sarannya mungkin hingga hari ini saya tidak tahu bahwa masalah sebenarnya adalah struktur hidung yang abnormal sehingga memang ada penyempitan rongga pernapasan dan memerlukan bantuan dalam pembuangan kotoran di dalamnya agar tak tersumbat.
Mengasuransikan kesehatan diri dan tidak perlu takut berobat
Mengenang kembali kematian Alm. Olga Syahputra beberapa waktu lalu, kita perlu belajar bahwa jangan takut untuk berobat. Dengan alasan malas menunggu antrean, biaya pengobatan mahal, pekerjaan terganggu jika harus dirawat inap, sampai tak siap menghadapi kenyataan, banyak orang lebih memilih untuk berobat ketika sudah terlambat. Buang uang, buang waktu, harapan untuk sembuh dan melanjutkan hidup pun sirna karena penyakit sudah terlanjur berat, hal inilah yang harus kita perangi.
Soal biaya, berobat memang tak murah dan setiap tahunnya inflasi medis tergolong tinggi. Biaya rawat inap, tindakan medis, dan obat-obatan terus meningkat menuju taraf yang tak lagi terjangkau, terlebih lagi jika penyakit yang diderita tergolong berat seperti kanker.Â