Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Bermodal Rp 2 Juta, Cari HP Keluaran Baru atau Produk Lama? (Part 2)

7 April 2019   14:52 Diperbarui: 7 April 2019   14:53 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Melanjutkan bahasan dari bagian pertama, penulis terlihat belum benar-benar puas dengan tiga pilihan yang disodorkan. Penulis tidak puas sama sekali terhadap Galaxy 

Redmi Note 7

Varian ponsel pertama yang dijual oleh Redmi pasca melepaskan diri dari Xiaomi adalah Redmi Note 7. Penampilannya yang jauh lebih mewah dengan warna gradasi dan material kaca membuatnya jauh di atas pendahulunya sesama Redmi Note. Ada beberapa hal yang layak dilirik dari ponsel ini.

Pertama, prosesornya sangat menakjubkan untuk segmen harga Rp2 jutaan, yaitu Qualcomm Snapdragon 660. Dengan tiga kombinasi RAM dan ROM yaitu 3GB/32GB, 4GB/64GB, dan 6GB/64GB, ponsel ini bisa memproduksi skor Antutu hingga 144.000 alias setara dengan Snapdragon 821. Satu lagi, prosesor ini terkenal hemat daya dan tidak panas sehingga layak dipertimbangkan untuk daily driver maupun gaming di layarnya yang sudah 1080p itu. Kekurangannya, dia masih belum didukung secara umum oleh Fortnite selain untuk Samsung Galaxy A9 (2018).

Kedua, resolusi kameranya terdengar luar biasa yaitu 48MP dengan sensor Samsung GM1. Akan tetapi, seperti banyak dibicarakan, jangan harap kualitasnya jauh lebih luar biasa dibandingkan smartphone flagship karena sejujurnya sensor ini memiliki ukuran piksel yang kecil untuk selanjutnya disatukan melalui teknologi pixel binning menjadi resolusi 12MP, default milik aplikasi kamera. Jika ingin resolusi aslinya alias 48M, Anda harus menggunakan mode Pro. Satu hal, selama saya menggunakan Redmi 4X dan teman-teman saya menggunakan seri Redmi lain, kami merasa kualitas fotonya kurang maksimal dan untunglah ponsel ini mendukung Camera2API tanpa harus melakukan rooting. Disebutkan juga bahwa Xiaomi Redmi Note 7 bisa merekam video hingga 120 fps untuk resolusi 1080p, luar biasa memang tetapi apa daya jika tidak bisa merekam 4K? Jadi hambar.

Ketiga, ketersediaan teknologi Quick Charge 4.0 untuk daya pengecasan 18W. Hal ini bahkan lebih menakjubkan dibandingkan Samsung Galaxy S10 yang masih menggunakan charger 15W dan melengkapi baterai 4000mAh milik Redmi Note 7 yang tahan lama. Sahabat mobilitas? Oke banget! Baterai besar, pengecasan cepat. Eits, charger cepatnya beli terpisah ya karena Anda hanya akan mendapatkan charger Redmi standar berdaya 10W. Uang lagi, duh.

Keempat, garansi delapan belas bulan. Tidak usah dikatakan apa-apa lagi, Redmi benar-benar menjual komitmen atas kualitas barangnya yang tahan lama dan durasi garansi ini tak tertandingi. Saya piker langkah keberanian Redmi ini mengikuti saudara sekampungnya, DFSK, yang juga memberikan garansi lebih panjang untuk mobil Glory 580-nya. Di Indonesia, kita baru menerima dua varian yaitu 3GB/32GB seharga Rp2 juta dan 4GB/64GB seharga Rp2,6 juta. Jadi, dengan modal Rp2 juta, Anda hanya bisa membawa pulang varian terendah tanpa bisa memanfaatkan fitur quick charging. Satu lagi, port charging sudah Type-C ya, kece sih tapi jadi susah pinjam-meminjam charger.

Redmi 7

Setelah lepas dari Xiaomi dan memperkenalkan dua produk Redmi Note 7, diluncurkanlah seri yang lebih kecil dan terjangkau yaitu Redmi 7. Bodinya kurang lebih mirip dengan Redmi Note 7 dan Realme 3, tidak istimewa tetapi setidaknya tidak murahan juga. Urusan proteksi fisik, Redmi 7 paling unggul dengan P2i Nano Hydrophobic Coating sebagai water repellant dan Corning Gorilla Glass 5.

Beralih ke sektor lainnya, saya merasa senjata ponsel ini sangat mirip dengan Asus Zenfone Max M2 yang tidak terlalu hype di pasaran. Dapur pacunya mengandalkan Qualcomm Snapdragon 632 dengan skor potensial AnTuTu sekitar 100000an, tidak impresif untuk gaming. Tersedia tiga kombinasi RAM dan ROM, yaitu 2GB+16GB, 3GB+32GB, dan 4GB+64GB. Memori masih bisa ditambah melalui dedicated slot MicroSD hingga 512GB.

Konfigurasi kamera belakangnyanya mirip dengan Realme 3, tepatnya beresolusi 12MP + 2MP. Meski beresolusi sedikit lebih rendah, ukuran pikselnya lebih besar sehingga bisa menangkap detil cahaya dan warna lebih baik ditambah ukuran gambar maksimal tanpa pecah yang lebih besar dibandingkan Realme 3 dan Galaxy M10. Untuk kamera depan, cukup 8MP saja. Resolusi videonya juga mentok di 1080p, tetapi framerate lebih unggul hingga 60fps.

Ciri khas Redmi terdahulu masih terbawa. Bagusnya, baterai cukup besar berkapasitas 4000mAh dengan maksimum daya pengisian 10W melalui port microUSB, daya tahan menjanjikan tetapi perkembangannya masih stagnan dibandingkan Redmi 4X milik saya saat ini. Satu lagi, infrared port untuk menjadi remote TV atau AC yang jarang dimiliki ponsel lainnya.

Minusnya, tentu masih membawa-bawa MIUI yang terkenal dengan segudang iklan dan konsumsi data yang boros meski produsen berjanji akan menguranginya seiring keluhan pelanggan yang semakin hari semakin menjadi. Entahlah. Melihat harga kakaknya, Redmi Note 7, saya memprediksi Redmi 7 akan dijual seharga Rp1,4 juta (varian 2GB/16GB), Rp1,6 juta (varian 3GB/32GB), dan Rp2 juta (varian 4GB/64GB). Semuanya dijual di bawah Rp2 juta dan terlihat lebih hemat sekitar Rp500 ribu dibandingkan si Zenfone Max M2 yang tentunya harus dikompensasi dengan apa? Iklan.

Asus Zenfone Max Pro M1

Produk keluaran Mei 2018 yang bahkan sekarang sudah ada penerusnya dari keluarga M2, mengapa saya harus memertimbangkannya? Stoknya sudah sedikit, susah mencarinya, apa keunggulan yang membuat dia layak dicari?

Pertama, ponsel ini menawarkan tampilan yang benar-benar penuh tanpa gangguan poni meski memang bezel-nya menjadi sedikit lebih tebal. Layarnya berukuran 6 inci dengan resolusi 1080p sehingga bisa menonton konten Full HD ketika Samsung Galaxy M10, Realme 3, dan Xiaomi Redmi 7 mentok di HD biasa alias 720p. Gaming dan browsing pun menjadi lebih menyenangkan, ya kan?

Kedua, ponsel ini juga lebih menarik untuk para YouTubers dan videografer indie karena resolusi video yang dihasilkan bisa mencapai 2160p alias 4K, unggul dari empat smartphone sebelumnya yang mentok di 1080p alias Full HD. Meski, saya yakin masih banyak perangkat pemutar yang tidak mendukung resolusi 4K.

Ketiga, kapasitas baterai yang ditawarkan menjadi pilihan terbesar di kelasnya yaitu 5000mAh sehingga ketahanan dalam sekali pengisian penuhnya tentu unggul dibandingkan tiga produk sebelumnya. Dengan demikian, Anda tidak perlu khawatir baterai habis dan lupa membawa power bank. Anda khawatir dengan daya pengecasannya yang mentok di 10W? Kalau baterai sudah sebesar ini, tidak seharusnya kita kehabisan baterai di jalan. Mengecasnya pun mungkin bisa dilakukan sambil tidur dan besok pagi fix penuh tanpa takut kebablasan.

Keempat, prosesor yang digunakan adalah Qualcomm Snapdragon 636. Performanya memang setara dengan Helio P60 dan fabrikasinya sedikit kalah, tetapi Snapdragon lebih ramah untuk para pengoprek dibandingkan Mediatek dan basis penggunanya juga jauh lebih banyak. Urusan porting aplikasi dan custom ROM lebih memudahkan untuk Zenfone Max Pro M1 dibandingkan Realme 3, terlebih lagi basis penggunanya sudah sedemikian besar ketika Realme 3 masih baru di pasaran.

Ditambah lagi dengan penggunaan stock Android, selamat merasakan performa maksimal dengan konsumsi RAM dan memori yang relatif hemat tanpa user interface di atasnya. Lah, kita masih kalah dengan Snapdragon 660 milik Redmi Note 7? Tidak signifikan, toh sama-sama tidak bisa main Fortnite juga.

Dua hal yang cukup menyebalkan dari ponsel ini adalah ketersediaan dan pembaruan sistem operasi. Mengingat seri sudah lama dan ada penerusnya, sulit sekali menemukan stok tersisa dari ponsel ini dalam kondisi baru di pasaran. Pembaruan sistem operasi ke Android 9.0 (Pie) pun juga terus diundur dengan informasi terbaru mengatakan peluncurannya akan dilakukan di bulan April.

Berdasarkan informasi dari Instagram, per 25 Maret ini, harganya banyak terkoreksi menjadi Rp1,6 juta (3GB/32GB), Rp2 juta (4GB/64GB), dan Rp2,4 juta (6GB/64GB). Dengan modal Rp2 juta, saya masih bisa membawa pulang varian tengah.

Akhirnya, keputusan saya kembalikan kepada Kompasianers dan selamat memilih. Kalau saya sih, saya akan memilih ponsel yang full package dan segala fiturnya bisa dimanfaatkan secara maksimal tanpa perlu menambah uang. Siapa dia? Si anti-poni lah, Asus Zenfone Max Pro M1 (4GB/64GB).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun