Tulisan ini pernah saya ajukan kepada Mojok.co sebulan lalu tetapi sepertinya mereka lebih tertarik ponsel baru sehingga gagal naik tayang. Daripada sia-sia, lebih baik saya bagikan kepada Anda dan semoga bermanfaat.
***
Tahun 2019 sepertinya masih akan dihuni oleh tren yang sama seperti tahun 2018. Di tengah kesibukan para politisi yang sibuk berkampanye untuk menang di Pemilu, tetap saja anak-anak muda akan lebih fokus berkompetisi menjadi yang terbaik dalam urusan mobile gaming. Seiring game yang semakin berat, bagaimana cara tetap bertahan dengan modal kere hore?
Pasar menyediakan berbagai pilihan dengan berbagai rentang harga pula untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya yang berbeda-beda, mulai dari kelas low-end sampai flagship ada semua.Â
Peruntukannya pun beragam, mulai dari sekadar berkomunikasi, ponsel fotografi dan selfie, sampai ponsel gaming. Jika menginginkan ponsel yang mumpuni untuk mobile gaming, pastilah ada harga yang harus dibayar. Jika tak punya uang dan memaksakan diri, ponsel seken boleh jadi pilihan.
Salah satu ponsel seken yang boleh dilirik untuk andalan mobile gaming di tahun 2019 adalah Samsung Galaxy S7 Flat. Di antara jajaran ponsel dengan kemampuan memainkan game elit sekelas Fortnite, ponsel ini hadir secara resmi dengan harga termurah, produsennya masih laku berjualan di sini, sekaligus layanan purnajual yang boleh dibilang sampai saat ini menjadi yang terbaik.Â
Meluncur sejak pertengahan 2016, ponsel kini bisa dimiliki bermodal Rp2,6 jutaan untuk unit resmi ex-SEIN, pastinya aman dari pemblokiran jika Pemerintah benar-benar memberlakukan verifikasi IMEI untuk menghindari peredaran ponsel black market dari luar negeri. Jaga-jaga saja, jauhi smartphone tidak resmi atau menyesal di kemudian hari meski spesifikasinya lebih mumpuni dan harganya lebih miring.
Di balik kemasannya, jika masih fullset, kalian akan menemukan SIM ejector, headset, adaptive fast charger (15W) lengkap dengan kabel USB, USB OTG connector, dan kitab-kitab standar. Hal ini tentu lebih baik dibandingkan ponsel baru dengan harga setara yang biasanya dijual tanpa headset, tanpa USB OTG connector, dan masih dibekali dengan standard fast charger (10W). Maklum saja, di masanya, ponsel ini menjadi salah satu flagship termahal dan harganya lebih dari cukup untuk mengantar seseorang mengikuti paket tur tiga negara, Singapura-Malaysia-Thailand.
Dapur pacu untuk versi SEIN ini adalah chipset besutan Samsung sendiri yaitu Exynos 8890, terdiri dari delapan inti (empat inti berkecepatan 2.3GHz dan sisanya berkecepatan 1.6GHz), diproduksi dengan fabrikasi 14nm, dan dipadukan dengan kartu grafis 12 inti yaitu ARM Mali-T880. Dipadukan dengan RAM 4GB, ponsel ini masih sangat mumpuni untuk melibas game-game yang biasanya dimainkan seperti PUBG, Mobile Legends, dan AoV. Bahkan, game berat sekelas F1 Mobile Racing dan Fortnite pun masih kompatibel dan cukup nyaman dimainkan.Â
Berdasarkan benchmark Antutu versi 6, secara keseluruhan ponsel ini masih unggul sekitar 10% dibandingkan ponsel baru berbasis Snapdragon 660 yang hampir semuanya belum didukung oleh Fortnite (kecuali Samsung Galaxy A9 edisi 2018). Satu-satunya kelemahan yang pernah saya rasakan adalah kekalahannya dalam multi-tabbed browsing yang hanya sanggup membuka sebelas tab sekaligus tanpa reload, tiga tab lebih sedikit dibandingkan Galaxy C9 Pro dengan Snapdragon 652, meskipun memang RAM-nya lebih besar yaitu 6GB.
Ketika jeroannya terlihat masih sanggup diajak bertempur setidaknya satu sampai dua tahun ke depan, hal berbeda datang dari memori internal yang hanya sebesar 32GB. Hal ini cukup buruk karena semakin hari ukuran data dan game semakin besar. Ukuran 32GB saat ini sudah terasa standar, mungkin sebentar lagi terasa kekecilan dan sesak.Â
Untunglah, kita bisa menggunakan kartu MicroSD berkapasitas hingga 256GB meskipun harus kehilangan satu slot kartu SIM karena ponsel ini masih menerapkan sistem hibrida. Jika memiliki flash disk atau HDD eksternal, tinggal colokkan konektor USB OTG bawaan dan hubungkan dengan perangkat untuk memindahkan data.
Ponsel ini awalnya dibekali dengan sistem operasi Android 6.0.1 Marshmallow dan setahu saya sudah ditingkatkan ke Android 8.0.0 Oreo dengan Samsung Experience 9.0. Pihak SEIN menyatakan bahwa ada pembaruan yang lebih terkini, tetapi saya memutuskan untuk belum menerapkannya di perangkat saya karena dengan versi yang sekarang saja saya harus menunggu hingga tiga bulan untuk mendapatkan komponen sistem yang pas.Â
Selama masa itu, GMail, Google Maps, aplikasi SMS, dan OVO tidak bisa berfungsi sama sekali sehingga saya cukup kerepotan untuk menggunakan aplikasi alternatif. Pembaruan pun terpaksa dilakukan karena di versi sebelumnya tiba-tiba foto saya hilang begitu saja tanpa bisa dikembalikan dan tidak tahu ke mana perginya.Â
Dengan sistem operasi yang lebih baru, tentu umur ponsel akan lebih panjang karena dukungan aplikasi baru masih bisa didapat. Belum lagi, komunitas pengembang custom ROM masih banyak berseliweran di XDA Developers untuk menyediakan pembaruan mandiri dalam jangka menengah-panjang setelah ditinggal oleh produsen. Tahan lama kan, bosque?
Kameranya pun masih terbilang sangat mumpuni di 2019 ini. Meski hanya memiliki satu lensa di bagian belakang, resolusinya cukup tinggi yaitu 12MP dengan bukaan f/1.7 untuk foto low light dan ukuran piksel yang lebih besar berskala Dual Pixel untuk detil yang lebih akurat. Modenya pun beragam, mulai dari auto, pro, panorama, selective focus, slow motion, food, hyperlapse, virtual shot, dan masih bisa ditambah dengan mode unduhan dari Samsung Apps (misalnya Animated GIF dan Dual Camera).Â
Begitu juga dengan kamera depan yang mumpuni untuk foto low light dengan bukaan f/1.7, meski resolusinya hanya 5MP. Urusan videografi, kamera belakang masih sanggup memproduksi video 4K UHD dan kamera depan dengan resolusi QHD. Oleh karena itu, DXOMark memberikan skor 89 yang masih lebih tinggi dibandingkan beberapa ponsel flagship lebih baru dari produsen lain yang sudah dibekali dengan dua lensa kamera belakang dan kamera depan beresolusi lebih tinggi. Berharap lebih? Duh, kamu keluar modal berapa, Ferguso?
Dengan harga semurah ini, kalian sudah bisa mendapatkan fitur always on display, dual messenger, NFC (buat yang suka mengecek dan mengisi saldo kartu e-money langsung dari ponsel masing-masing), dan adaptive fast charging berdaya 15W (tak lagi istimewa memang, sudah banyak standar yang lebih cepat tetapi di rentang harga ini masih mengandalkan standard fast charging berdaya 10W).Â
Kelemahan yang bisa jadi menyebalkan adalah tidak adanya MHL untuk menghubungkan ponsel dengan televisi dan tidak ada IR blaster untuk menjadikan ponsel sebagai remote TV atau AC. Ponsel canggih harga murah banyak berharap? Sama saja dengan menganggap bahwa Ferguso dan Fernando adalah kata yang sama.
Kembali ke performa gaming, ponsel ini didukung oleh konektivitas 4G+ LTE-Advanced dari semua operator di Indonesia, kalau tidak salah sudah sampai Cat12 (smartphone baru seharga ini masih banyak yang mentok di Cat 9). Ditambah lagi dengan layar beresolusi QHD dan jeroan yang canggih, perangkat lunaknya disempurnakan oleh kehadiran Game Launcher dan Game Tools untuk mengatur banyak hal, meliputi : game sound, game performance (bisa dibedakan untuk setiap game atau dipukul rata secara umum, antara fokus ke konsumsi daya, performa, atau seimbang untuk keduanya), screen touch lock untuk mencegah ada orang iseng ketika game di-pause dan ditinggalkan, screenshot dan screen recording untuk kalian yang berniat menjadi YouTuber urusan mobile gaming, no alert untuk menghilangkan notifikasi yang mengganggu (termasuk dari bucin mungkin), lock recent key dan back key untuk mencegah keluar dari game yang tidak diinginkan, serta auto brightness lock untuk menjaga kecerahan layar yang stabil selama bermain. Hanya saja, kapasitas baterainya kecil yaitu hanya 3000mAh dan itu pun pasti sudah drop seiring pemakaian dari pengguna sebelumnya.Â
Saat ini, dengan aktivasi power saving, pengurangan kecerahan 10%, fitur AOD dimatikan, resolusi layar diturunkan ke HD, dan diberlakukannya speed limiter, ponsel ini hanya mampu bertahan sekitar 4,5 jam dengan penggunaan hanya sebatas YouTube, Instagram, dan WhatsApp. Waduh, kalau diajak mobile gaming di luar rumah tanpa stopkontak dan powerbank, apa kabar? Untunglah sekalinya bertemu stopkontak, ponsel ini bisa mengisi daya dengan cepat sambil digunakan, yaitu 15% dalam 22 menit dengan dua kartu SIM, mobile data aktif dalam jaringan 4G+, dan intens digunakan untuk streaming YouTube, chatting via WhatsApp, serta memainkan game InstLife.
Terakhir, sebenarnya ponsel ini dilengkapi dengan fitur water resistance yang kalau tidak salah berstandar IP68. Akan tetapi, jangan berharap banyak karena bisa jadi kemampuannya sudah hilang seiring berjalannya waktu. Don't take risk dengan merendamnya atau mengajak berenang, oke?
In the end, ponsel ini bukan hanya cocok untuk para pemain Fortnite bermodal kere-hore, melainkan seluruh mobile gamers secara umum. Performa dan desain mewahnya masih sulit ditandingi oleh smartphone baru di rentang harga serupa.Â
Jika kalian bermodal kere-hore dan tidak bermasalah dengan memori internal yang kecil, ketahanan baterai yang kurang mumpuni, serta ketiadaan fitur IR blaster, ponsel ini bisa dilirik untuk teman mobile gaming di tahun 2019 ini.Â
Satu hal yang perlu dicatat, jangan merusaknya karena skor kemudahan reparasinya agak buruk (iFixit memberikan nilai 3 dari 10) sehingga biayanya pasti mahal. Yuhu. Berharap lebih? Naikkan dulu budget-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H