Resolusi 32MP? Jika kameranya bagus, 12MP sudah sangat cukup dan tidak pecah sekalipun dicetak, tetap menawan. Bagaimana dengan tiga kamera? Eksperimen saya dengan A7 memang memberikan hasil yang baik untuk semua mode dan lensa di mana foto yang dihasilkan tidak pecah sekalipun di-zoom sampai 2,1 kali, lebih unggul dibandingkan Realme 2 Pro dengan capaian 1,8 kali.Â
Akan tetapi, saya tidak memandang hal ini penting untuk konsumen kita yang sebagian besar awam soal pengaturan kamera dan lebih menggunakannya untuk foto pemandangan, selfie, serta catatan dan dokumen. Jika butuh hasil yang lebih bagus, Alfonso dan Ferguso pun tahu jawaranya tentu saja kamera mirrorless atau DSLR.Â
Satu lagi, Samsung dengan skuad R&D-nya yang besar itu sepertinya lupa bahwa kamera banyak belum tentu menjamin kualitas. Lawan mereka, Google Pixel 3 dan Apple iPhone XR, sanggup meraih skor di atas 100 dari DXOMark dan teruji di penggunaan sehari-hari berhasil melibas ponsel berkamera ganda bahkan lebih, termasuk di antaranya Galaxy A9 (2018) dengan empat kamera tetapi hasilnya justru mengecewakan. Belajar, Sung.
Tak sampai di situ, Samsung pun membekali SoC-nya ini dengan dukungan untuk merekam dan memutar video beresolusi FHD hingga 120 fps dan UHD hingga 30 fps.Â
Hal ini harus dilakukan Samsung untuk mengimbangi performa lawannya, tetapi saya rasa tidak terlalu diperlukan oleh pengguna. Untuk menonton offline, layar komputer dan televisi sebagian besar masih mentok di FHD, sedangkan untuk streaming masih mentok di HD mengingat kecepatan internet yang tidak kencang-kencang amat.
Melupakan kebutuhan masyarakat untuk gaming
Imbasnya tentu besar. Demi mempertahankan harga murah, sektor lain pun disunat bahkan sampai-sampai sedikit di bawah Exynos 7885 yang bahkan secara penomoran harusnya lebih cupu. Ketika konsumen mulai mencari smartphone dengan fabrikasi 10 sampai 12 nm, Samsung masih setia dengan 14 nm yang pastinya memproduksi panas dan mengonsumsi daya sedikit lebih boros.Â
Arsitektur terbaru dari Qualcomm atau otak superior Mongoose buatan Samsung? Bye-bye karena Cortex A73 dan A53 masih tetap jadi andalan, lebih parahnya lagi bukan konfigurasi 4+4 inti seperti di SD660 tetapi 2+6 inti seperti di E7885 bahkan kini dengan clock speed yang lebih rendah, 2.2 GHz untuk high performance cores di E7885 versus 1.8 GHz di E7904.
Apalagi kartu grafis, masih setia dengan konfigurasi dua inti dari ARM Mali-G71 MP2 tanpa optimasi perangkat lunak semacam GPU Turbo milik Huawei sehingga bisa dipastikan kalah dari Snapdragon 660, bahkan Mali-G51 MP4 di Kirin 710 pun tak bisa dilewati.Â
Pengujian kartu grafis ini di Exynos 7885 oleh NotebookCheck menunjukkan bahwa game sekelas PUBGM dan Asphalt 8 sulit menembus 30 fps bahkan untuk kategori high sekalipun. Apalagi ini, lupakan saja dan katakan sayonara kepada F1 Mobile Racing atau Fortnite, game-game hanya untuk HP dengan spesifikasi ala Sultan. Ingat, Sung, konsumen itu lebih mengincar smartphone untuk gaming, bukan foto-foto.
Ikut-ikutan tren waterdrop notch dan gagal jadi diri sendiri