Renungan hati
Saya akan mengajak masyarakat baik secara pribadi maupun melalui para pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk merenungkan dan memahami pernyataan berikut. Sang Pencipta membentuk dunia ini dengan manusia yang begitu beragam dan keberagaman itu diciptakan untuk memperkaya kebaikan dalam hidup manusia itu sendiri sehingga pada hakekatnya harus dipandang baik adanya.Â
Termasuk pula dengan agama, semua agama yang ada dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan kebaikan universal, bukannya sibuk memperjuangkan kehidupannya masing-masing. Perilaku seseorang atau sekelompok orang beragama tertentu yang salah adalah kesalahan pribadi mereka, bukan kesalahan yang ada pada seluruh umat beragama tersebut.Â
Manusia yang beragam ini tentunya saling membutuhkan sehingga sudah seharusnya mereka hidup dengan rukun tanpa perlu saling membedakan dan memermasalahkan perbedaan di antara mereka.Â
Sebagai makhluk yang berakal budi, sudah seharusnya manusia menggunakan pikirannya dengan baik dan jujur untuk menyebarkan berita baik, bukan malah membuat dan/atau menyebarkan hoaks yang sama saja negatifnya dengan fitnah. Ketika kita membuat dan/atau menyebarkan hoaks, kita telah berbuat dosa, paling tidak berupa melancarkan fitnah sekaligus menghancurkan kehidupan sasarannya.Â
Tidakkah kita kasihan dengan sesama kita? Jika kita memiliki masalah dengan dia atau mereka, selesaikan baik-baik dan jangan simpan rasa benci. Jika sasaran kita memiliki kesalahan, fokuslah pada kesalahannya dan bukan menghancurkan reputasinya melalui hoaks dengan mendistribusikan ujaran kebencian atau informasi yang tidak benar tentang dirinya.Â
Menyebarkan hoaks dan/atau ujaran kebencian berarti kita telah menggunakan hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta dengan cara yang salah dan sesungguhnya kita memiliki penyakit dalam pikiran kita.
Permasalahannya, bagaimana dengan menyebarkan berita hoaks ketika pelakunya seringkali tidak menyadari? Memang perilaku tersebut tidak disengaja, tetapi jika bisa dihindari, mengapa tidak?
Literasi media