Sekitar satu bulan ke depan, Indonesia dengan bangga akan melaksanakan tugasnya sebagai tuan rumah ajang olahraga terbesar di Asia, yaitu Asian Games ke-18. Ditunjuk secara resmi pada September 2014, negara kita dipercaya kedua kalinya setelah pernah menyelenggarakan acara serupa yaitu Asian Games ke-4 pada 1962 di masa pemerintahan Ir. Soekarno dan itu pastinya berarti kualitas penyelenggaraan kita sebelumnya sangat baik sehingga ekspektasi terhadap keberhasilan kita kali ini lebih besar lagi.Â
Dengan semangat Energy of Asia, empat provinsi (DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Banten) akan menyediakan total delapan puluh arena kompetisi dan latihan untuk memberikan pengalaman bertanding terbaik bagi 45 negara di Asia selama 18 Agustus sampai 2 September 2018. Menurut Wikipedia, kita menjadi penyelenggara pertama yang mengadakan perhelatan ini di dua kota.
Masyarakat Indonesia pun sangat antusias dalam menyambut dan menyukseskan acara ini. Puluhan ribu orang dengan pendidikan terakhir minimal SMA/SMK secara sukarela dan begitu bersemangat (termasuk rekan saya sendiri) melibatkan diri dengan menjadi protocol assistant, NOC assistant, dan liaison officer.Â
Per 30 Mei 2018, terdaftar tujuh belas perusahaan dan UMKM dalam negeri yang memegang lisensi dan memproduksi merchandise resmi Asian Games. Salah satu gerai penjualannya pernah saya temukan di pusat perbelanjaan Gandaria City dengan produk yang begitu berkualitas dan sangat menunjukkan kualitas Indonesia sebagai tuan rumah yang pantas.Â
Para atlet kebanggaan bangsa berlatih dengan sekuat tenaga untuk memboyong medali emas kepada tanah airnya sendiri. Akan tetapi, hal terpenting yang harus kita perhatikan terkhusus sebagai tuan rumah adalah kita siap menyediakan infrastruktur terbaik berkelas Asia, lebih baik dari tuan rumah di perhelatan sebelumnya, dan layak untuk digunakan oleh para atlet.
Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi salah satu bukti yang paling utama. Tempat penyelenggaraan upacara pembukaan dan penutupan Asian Games ini sudah mengalami renovasi sehingga mampu menyediakan pengalaman yang nyaman untuk 76.127 penonton.Â
Keamanan mereka pun terjamin dengan adanya sistem pemindai wajah untuk mencegah datangnya serangan teror. Tak hanya Stadion Utama, total empat belas venue dibangun dan direnovasi di luar penataan dan penciptaan kembali ruang terbuka hijau publik di kawasan tersebut. Tujuan semua ini jelas, infrastruktur yang ada tidak mangkrak setelah Asian Games, bisa digunakan untuk berbagai kegiatan multifungsi, dan pastinya berwawasan lingkungan.
Tak jauh dari situ, kita memiliki fasilitas pacuan kuda Pulomas yang dibangun di atas lahan seluas 35 hektar dengan modal sekitar USD 30.8 juta dan mampu menampung 1000 orang penonton biasa, 500 orang penonton VIP, 156 kandang kuda di sisi utara, serta 91 unit penginapan perawatan kuda. Di luar fasilitas permanen, kita juga memiliki fasilitas sementara yang menggunakan gedung Jakarta Convention Center dan JIEXPO.
Setelah diinspeksi oleh Presiden kita Bapak Joko Widodo pada akhir Februari lalu, akomodasi yang menelan biaya pembangunan sekitar Rp3,4 triliun ini sudah siap digunakan dengan fasilitas berupa dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, kamar mandi, penyejuk ruangan, tempat tidur, sofa, pemanas air, dan lemari pakaian.Â
Di luar kamar, tersedia kafe, minimarket, jogging track, ruang pertemuan, pusat kebugaran, warung makan, dan taman bermain sehingga bisa dipastikan para pihak terkait merasa nyaman selama tinggal di kawasan ini. Tiga lantai paling bawah setiap menara dilengkapi parkir kendaraan sehingga total tersedia 35.598 meter persegi lahan parkir yang mampu ditempati oleh 219 unit bus, 298 unit mobil, dan 33 unit minibus.Â