Sepak bola adalah salah satu olahraga yang paling diminati di seluruh dunia. Strategi dan gaya para pemain mengolah si kulit bundar dalam mencetak kemenangan serta bursa transfer yang selalu membuat penasaran mengenai kekuatan skuad setiap tim dari satu masa ke masa berikutnya membuat sepak bola menjadi begitu terkenal, mahal, dan prestisius.
Tahun ini, pesta sepak bola paling prestisius di dunia kembali mengulang siklus empat tahunannya. Piala Dunia 2018 hadir dengan permainan 32 tim dari lima konfederasi yang berkumpul di Rusia untuk memanjakan para pecinta sepak bola yang haus akan laga berkelas dan seperti ajang sebelumnya, kita di Indonesia tergolong beruntung karena bisa menyaksikannya secara langsung dan gratis di stasiun televisi free-to-air tepatnya di Trans TV. Pada 14 Juni kemarin, kita telah menyaksikan upacara pembukaannya yang tergolong singkat tetapi tetap mewah dan meriah sekaligus laga pembukaan antara tim tuan rumah melawan tim Arab Saudi yang dimenangkan oleh tim Rusia.
Publik pun dibuat penasaran siapa yang bisa melenggang ke babak final dan memegang trofi bergengsi itu. Prediksi pun tersebar, salah satunya dari Goldman Sachs yang memanfaatkan kecerdasan artifisial dan meramalkan Brazil akan keluar sebagai juaranya.
Saya pun memiliki tim yang saya unggulkan, tetapi bukan tim yang diperkuat oleh dua pemain utama yaitu tim nasional Argentina bersama Lionel Messi atau Portugal bersama Christiano Ronaldo. Tim tersebut juga bukan tim Panser alias Jerman yang saat ini menempati peringkat satu dunia versi FIFA dan merupakan juara bertahan, tetapi justru tim nasional Spanyol.
Tim yang terkenal dengan taktik tiki-taka dan sukses mengandalkan kekompakan pemain ini memang "hanya" menempati peringkat ke-10 versi FIFA per tanggal 7 Juni 2018. Akan tetapi, skuad yang mereka bawa ke Rusia tergolong paling menjanjikan di antara kontingen lainnya mengingat banyaknya pemain top dengan jam terbang tinggi.
- Empat belas dari 23 pemain dinobatkan sebagai seratus pemain terbaik pada 2017 versi The Guardian : sang kapten Sergio Ramos (11), sang kiper David De Gea (23), Andres Iniesta (29), David Silva (38), Marco Asensio (42), Sergio Busquets (46), Thiago Alcantara (49), Cesar Azpilicueta (52), Gerard Pique (58), Diego Costa (68), Saul (80), Dani Carvajal (86), Koke (88), dan Jordi Alba (89), sehingga bisa dikatakan bahwa performa mereka cukup berimbang dan tidak bertumpu pada satu atau dua pemain.
- Sehari-hari mereka berlaga di empat liga berbeda di Eropa bersama tim papan atas sehingga tentunya mampu memberikan performa terbaik. Liga Spanyol menjadi tempat berlaga terbanyak dari pemain tim ini (tujuh belas pemain) dan disusul oleh Liga Inggris (empat pemain), Liga Jerman (satu pemain), dan Liga Italia (satu pemain).
- Real Madrid menjadi klub penyumbang pemain terbanyak di tim ini yaitu sebanyak enam pemain, mengalahkan Barcelona yang hanya menyumbangkan empat pemain.
- Pepe Reina menjadi pemain paling senior dengan usia 35 tahun dan Marco Asensio menjadi pemain paling junior dengan usia 22 tahun. Meskipun demikian, semua pemain tergolong dalam usia yang matang dan ideal untuk berlaga.
- Sang kapten, Sergio Ramos, membukukan penampilan terbanyak bersama tim Spanyol yaitu 152 kali ketika David Silva menyumbangkan gol terbanyak sejumlah 35 gol.
Mereka pun sempat dilatih oleh Julan Lopetegui yang kini membina skuad Real Madrid dan digantikan oleh Fernando Hierro. Tentunya ini semua membuktikan bahwa tim ini tak main-main dan melibatkan insan-insan yang memiliki kompetensi dalam upaya meraih titel juara untuk kedua kalinya.Â
Secara statistik, kemampuan Spanyol patut diperhitungkan dan tak dapat diremehkan begitu saja. Tim ini pernah tampil lima belas kali di Piala Dunia dan menjadi juara pada tahun 2010, meraih medali emas Olimpiade Musim Panas pada tahun 1992, tiga kali menjuarai Piala Eropa dengan yang terakhir pada tahun 2012, dan peringkat kedua Piala Konfederasi pada tahun 2013.
Sejak Juni 2014, tim ini membukukan delapan kemenangan, tiga kali seri, dan dua kali kalah dengan kemenangan terbesar 6-1 ketika melawan Argentina dan kekalahan terbesar 1-5 ketika harus ditekuk oleh Belanda.
Pada laga perdananya di grup B, tim berjulukan Matador ini tampil dengan formasi 4-2-3-1 dan harus rela hanya membawa pulang satu poin setelah ditahan imbang oleh Portugal dengan skor 3-3 hasil hattrick Christiano Ronaldo.
Akan tetapi, saya cukup yakin bahwa itu barulah pemanasan, tidak perlu dikhawatirkan, dan seterusnya mereka akan menang dimulai dari laga melawan Iran yang akan dilangsungkan pada 20 Juni pukul 01.00 WIB di Kazan Arena.
Tentunya tim ini akan berjuang habis-habisan supaya tak lagi mengulang catatan kelamnya dengan menangkat koper di fase grup seperti pada Piala Dunia 2014 dan mari kita lihat bersama-sama, apakah Spanyol mampu kembali mengangkat trofi bergengsi atau justru harus merelakannya kepada tim lain?
Jika Anda mendukung tim ini, tak ada salahnya untuk memiliki jersey merah dan celana biru seperti yang dikenakan oleh para pemain untuk dikenakan ketika menyaksikan tim kesayangan berlaga di televisi.
Kita tak boleh terbawa dalam euforia berlarut-larut ketika jagoan kita menang, tak boleh jatuh dalam kesedihan dan menghujat tim lain ketika jagoan kita kalah, serta jangan sampai jatuh sakit dan pekerjaan jadi berantakan karena memaksakan diri tidur larut malam untuk melihat detik demi detik jagoan kita berlaga.
Nonton bareng (nobar), baik di kafe, hotel, pusat perbelanjaan, maupun di balai warga, tentunya lebih seru ketika kita bertemu dengan sesama pecinta sepak bola, tetapi menonton sendiri tentu tak jadi masalah jika tidak memungkinkan bagi kita untuk mengikuti acara nobar asalkan kita mampu menikmatinya.
Satu hal yang penting, bagaimanapun cara kita menonton dan bersama siapa melakukannya, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Saya sendiri lebih menyukai kacang kulit Biga, bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H