[caption caption="Potret ruang publik Jakarta yang sudah dan akan terus dibangun, merupakan kolase gambar dari Berita Jakarta."][/caption]#BangunJakarta
Kehidupan itu butuh banyak faktor agar bisa berjalan dengan baik. Ada faktor yang bisa diupayakan hanya oleh si individu itu sendiri, yaitu fisik, intelektual, dan spiritual. Siapa yang bisa membuat individu berkembang dengan baik dan sehat secara fisik jika individu tersebut tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat? Siapa yang bisa membuat individu tersebut lebih cerdas dan beriman kalau bukan karena tekad dan kerja keras individu itu sendiri? Permasalahannya, kehidupan juga membutuhkan faktor yang harus dibangun oleh interaksi antar individu. Orang tahu mana yang pantas dan yang tidak, yang boleh dan yang tidak, yang sopan dan yang tidak, setelah berinteraksi dengan orang lain. Orang tahu bagaimana harus berekspresi setelah berinteraksi dengan orang lain.
Interaksi sosial itu sendiri ada yang tatap muka dan ada yang tidak tatap muka. Tatap muka memerlukan pertemuan antar individu yang terlibat, dan berlaku sebaliknya. Tidak semua interaksi bisa berjalan tatap muka karena permasalahan jarak dan waktu, hal ini sudah dibantu dengan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi. Permasalahannya, kini orang lebih senang berinteraksi melalui media digital dibandingkan tatap muka.
Dalam usaha kembali ke bentuk tatap muka, kita harus menyediakan tempat yang enak untuk melakukannya. Pusat perbelanjaan memang enak, tetapi cenderung berisi barang-barang belanjaan yang menguras kantong. Perlu waktu dan dana yang disisihkan untuk membuat interaksi di pusat perbelanjaan menjadi hal menyenangkan. Permasalahan berikutnya, bukankah Jakarta kekurangan lahan terbuka dan fasilitas yang nyaman untuk menampung interaksi-interaksi ini?
Memang, lahan di Jakarta terbatas. Kalau dulunya saja ruang terbuka hijau dan tempat publik tergolong tidak banyak dan sulit untuk dibangun yang baru, bagaimana dengan sekarang? Apakah Jakarta sanggup membangun di tengah kondisi yang seperti sekarang? Dulu dan sekarang, Jakarta sukses membangun dan akan terus membangun, termasuk soal ruang-ruang publik yang memungkinkan intensifnya interaksi antar warga secara tatap muka.
Pertama, trotoar. Trotoar yang dibangun bukan sekadar trotoar, tetapi trotoar yang rapi dan ramah disabilitas. Berjalan kaki membuat kita berolahraga dan tubuh menjadi sehat, terlebih lagi ketika kita bertemu dengan orang lain yang belum kita kenal dan kita berkenalan dengan mereka untuk menambah relasi.
Kedua, taman kota. Kehadiran taman kota menambah luas ruang terbuka hijau yang tersedia di Jakarta untuk menambah pasokan oksigen hasil fotosintesis tanaman. Pemandangan tanaman yang indah membuat kita senang menghabiskan waktu di taman kota dan pertemuan dengan banyak orang memberi kesempatan kepada kita untuk berinteraksi.
Ketiga, ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Jika pernah melihat RPTRA Kalijodo, Anda akan menemukan tempat bermain anak-anak yang nyaman dan fasilitas untuk bermain skateboard. Anak-anak tentu akan senang diajak bermain, terlebih ketika mereka bisa berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan bukan berhadapan dengan produk teknologi. Orang tua dan pendamping mereka bisa saling berinteraksi untuk menambah pengetahuan mengenai mendidik anak. Bagaimana dengan fasilitas khusus kegiatan tertentu? Bisa melahirkan komunitas baru yang mampu menyalurkan hobi dan kemampuan mereka dengan baik. Fasilitas seperti ini juga dibangun di kawasan lain, seperti dua RPTRA yang ada di Kelapa Gading. Berapa anggaran yang dianggarkan? Luar biasa. Untuk pembangunan lima RPTRA di Kepulauan Seribu saja, Pemkab menganggarkan hingga Rp8,2 miliar dan bersumber dari APBD. RPTRA yang sudah ada dikelola, dirawat, dan diperbaiki apabila terjadi kerusakan.
Keempat, pasar rakyat. Pasar seperti ini banyak menjual produk-produk yang beragam, melahirkan para wirausahawan yang membangun usahanya sendiri, dan menyerap tenaga kerja di berbagai kegiatan terkait. Di pasar rakyat, pembeli dapat berinteraksi dengan penjual untuk menawar harga dan berinteraksi dengan sesama pembeli untuk bertukar pikiran mengenai barang yang ingin mereka beli. Tak hanya itu, dimungkinkan pula kita bertemu dengan orang yang kita kenal dan sudah lama tak berjumpa. Pasar-pasar baru dirawat dan dikelola dengan baik ketika Pemprov melakukan revitalisasi terhadap pasar-pasar lama demi menjaga kenyamanan pembeli.
Kelima, coworking space. Direncanakan dibangun di kawasan Waduk Melati dengan menyediakan fasilitas komputer dan printer tiga dimensi, coworking space ini bagus untuk mereka yang bekerja di luar kantor khususnya yang bergerak di bidang kreatif. Meskipun bukan konsep baru, kehadiran coworking space baru masih dibutuhkan dan bisa menambah relasi bagi mereka yang aktif menggunakannya. Relasi ini bagus untuk mendukung kinerja mereka di bidang masing-masing.
Keenam, Lenggang Jakarta Kemayoran sebagai pusat kuliner. Pedagang UMKM di bidang kuliner dikumpulkan dan ditempatkan untuk berjualan di sini. Makan enak di ruang terbuka sambil menghabiskan waktu luang bersama keluarga dan teman-teman, tentu mengasyikkan. Rencananya, nanti kios non kuliner juga akan dibangun untuk melengkapi apa yang sudah ada.
Pemerintah sudah dan akan terus menyediakan tempat bagi kita untuk bertatap muka dan berinteraksi dengan sesama warga Jakarta. Fasilitas yang diberikan sangat memadai dan semuanya bisa digunakan secara gratis. Khususnya yang berbentuk ruang terbuka, fasilitas-fasilitas tersebut baik untuk kesehatan kita. Apakah kita mau menggunakannya?