Budaya bersih itu mudah, murah senyum itu mudah. Budaya bersih itu penting, murah senyum itu penting. Budaya bersih itu gratis, murah senyum itu gratis.
Budaya bersih itu susah, murah senyum itu susah. Budaya bersih itu tidak penting, murah senyum itu sepele. Budaya bersih itu mahal, murah senyum apalagi.
Dua paragraf pendek di atas sungguh berkebalikan dan mereka bukanlah kisah fiksi. Mereka adalah sungguhan dan hidup bersama dengan kita dalam bingkai realita kehidupan zaman modern. Paragraf pertama menyatakan apa yang seharusnya terjadi ketika paragraf kedua menceritakan apa yang kenyataannya terjadi sekarang ini. Miris, sungguh miris. Padahal, keduanya penting untuk menciptakan hidup masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Keduanya juga merupakan kegiatan yang penting untuk menciptakan kesan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang baik di mata dunia.
Bersih
Bersih adalah awal dari kesehatan seseorang. Hidup yang tidak bersih secara fisik akan mengundang datangnya berbagai penyakit dan ketidaknyamanan lainnya bagi orang itu sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Menciptakan kebutuhan budaya bersih dari diri sendiri
Tidak ada yang bisa membuat orang bisa hidup bersih jika tidak bermula dari kesadaran orang itu sendiri. Orang itu harus memiliki tekad untuk konsisten berbudaya bersih dengan tiga alasan berikut.
- Hidup bersih membuat dia menjadi sehat.
- Hidup bersih membuat dia menjadi tenang.
- Hidup bersih membuat dia tampak sebagai pribadi yang positif di lingkungannya.
Hal-hal yang harus dibiasakan antara lain : membersihkan tubuh sendiri dengan baik dan teratur, membuang sampah di tempat sampah, memegang sampahnya terlebih dahulu jika belum menemukan tempat sampah, dan tidak membuang sampah di tempat umum. Individu juga harus menyadari dampak dari mengabaikan budaya bersih.
- Bau yang tidak sedap, penampakan yang tidak mengenakkan, dan banyaknya serangga karena sampah yang menumpuk.
- Pandangan orang lain yang melihatnya dan menjadikannya sebagai orang yang hidup kotor.
- Berbagai penyakit yang bisa menghinggapi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya, termasuk di antaranya diare, disentri, infeksi pernapasan, dan juga penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.
Menciptakan kebutuhan budaya bersih dari keluarga
Seorang individu akan mengalami proses pendidikan dari keluarganya, termasuk pendidikan bagaimana hidup dengan budaya bersih. Untuk itu, keluarga haruslah memberikan teladan yang baik kepada individu dengan senantiasa memperhatikan kebersihan dan juga mengajarkan secara langsung kepada individu bagaimana cara hidup bersih.
- Memperhatikan kebersihan tubuh mereka masing-masing dan juga kebersihan rumah mereka. Setelah bangun pagi, mereka mandi, bukan hanya mencuci wajah. Setelah bangun pagi, pergilah untuk mandi, bukan hanya mencuci wajah. Kebiasaan hanya mencuci wajah karena malas bangun lebih pagi biasanya akan terbawa sampai dewasa.
- Membuang sampah di tempat sampah, bukan secara sembarangan sesuai keinginannya sendiri. Umumnya anak-anak membuang sampah tanpa rasa bersalah karena meniru perilaku anggota keluarga lainnya yang lebih dewasa.
- Menyediakan tempat sampah di rumah dan di mobil mereka (jika memiliki).
- Membiasakan anak untuk membuang sampahnya sendiri ke tempat sampah, bukannya membantu anak membuang sampah mereka.
Memiliki anggota keluarga yang mengabaikan prinsip budaya bersih bisa mencoreng citra keluarga di depan keluarga lain. Ketika satu saja anggota keluarga hidup tidak bersih, maka keluarga lain akan menganggap keseluruhan keluarga tersebut sebagai keluarga yang kotor. Selain itu, satu saja anggota keluarga hidup tidak bersih bisa mendatangkan penyakit bagi anggota keluarga lainnya.
Menciptakan kehidupan budaya bersih dari sekolah
Siswa harus memiliki kesadaran untuk mempertahankan kebersihan kelas mereka masing-masing dengan mengaktifkan jadwal piket. Kalau perlu, sekolah harus mengadakan lomba kebersihan antar kelas dengan periode penilaian sepanjang tahun, bukan penilaian yang sudah direncanakan hanya pada satu hari saja. Mengingat kebersihan adalah hal wajib, sekolah tidak perlu memberikan hadiah kepada kelas paling bersih, sebaliknya justru harus memberikan sanksi sosial kepada kelas paling kotor dengan memberikan mereka alat-alat kebersihan.
Dalam mengerjakan tugas khususnya yang berkaitan dengan tugas keterampilan, guru juga perlu memasukkan aspek penilaian berupa kebersihan selama dan setelah pengerjaan tugas kepada siswa. Tidak hanya menilai kerapian dan ketepatan tugas yang dikumpulkan, guru juga perlu menilai proses yang dilakukan oleh siswa. Maklum, siswa seringkali mengabaikan kebersihan ketika dihadapkan pada tugas yang melibatkan aksi gunting-menggunting. Jam pelajaran berikutnya tiba dan kelas penuh akan sampah.
Sama seperti pribadi dan keluarga, kebersihan sekolah adalah citra dari kedisiplinan sekolah itu sendiri sehingga sudah seharusnya sekolah memerhatikan kebersihannya.
Menciptakan kehidupan budaya bersih dalam bermasyarakat
Dalam menciptakan citra sebagai kelompok yang bersih, setiap anggota kelompok masyarakat harus berperan dalam hidup dengan budaya bersih. Mengurangi produksi sampah, membuang sampah pada tempatnya, dan bergotong royong untuk memperjuangkan lingkungan yang selalu bersih mutlak diperlukan ketika masyarakat juga bisa menjadikan sampah tertentu sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan mereka. Misalnya, masyarakat membangun UKM berbasis daur ulang sampah kertas dan botol plastik. Modalnya tidak terlalu besar dan tenaga kerjanya berasal dari masyarakat itu sendiri.
Pemimpin masyarakat dapat mengadakan lomba kebersihan dengan periode penilaian sepanjang tahun, bukan hanya pada hari tertentu di mana semua anggota bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Sama seperti lomba kebersihan di sekolah, pemenang tidak mendapatkan hadiah, justru sanksi sosial harus diberikan kepada mereka yang paling tidak bersih dengan pemberian alat-alat kebersihan. Berdasarkan pengalaman yang saya lihat, cara ini ampuh untuk membuat mereka menjadi malu dan berubah ke arah kehidupan yang bersih. Soal biaya pelaksanaan juga tergolong hemat, hanya perlu membeli sapu dan pengki saja.
Rasa nasionalisme yang tinggi dan semangat untuk menciptakan reputasi bangsa yang baik di mata dunia internasional akan mendorong warga negara untuk melakukan segala sesuatu yang baik dan positif. Ketika mereka tidak membuang sampah sembarangan di lingkungan tempat tinggal mereka, maka mereka akan menciptakan Indonesia sebagai negara dengan pemukiman yang bersih.Â
Ketika mereka tidak membuang sampah sembarangan di jalanan dan destinasi wisata, maka mereka berkontribusi untuk menciptakan Indonesia sebagai negara dengan destinasi wisata yang bersih dan ramah untuk kedatangan turis asing. Ketika mereka tidak membuang sampah sembarangan di saluran air, pantai, dan laut, maka mereka akan menciptakan laut Indonesia yang bersih dan bebas sampah sehingga tercipta reputasi Indonesia sebagai negara maritim di dunia dengan laut bebas sampah. Indonesia pun siap tidak hanya menjadi poros maritim dunia, melainkan menjadi teladan kebersihan di seluruh dunia.
Hal ini perlu didukung oleh Pemerintah dengan menyediakan sarana dan prasarana pendukung kebersihan itu sendiri. Misalnya, tempat sampah di destinasi-destinasi wisata publik, tempat pembuangan sampah yang memadai dan infrastruktur pengolahan yang termutakhir, petugas kebersihan yang mencukupi dan tersebar secara merata di berbagai tempat, dan tentu saja teladan hidup bersih dari pejabat Pemerintah itu sendiri.
- Saya pernah menghadapi sebuah kondisi ketika libur panjang di mana banyak petugas kebersihan mendapatkan libur mereka. Ketidakseimbangan alokasi petugas yang masih bekerja membuat sampah menumpuk dan tak terurus selama berhari-hari di daerah-daerah tertentu sehingga saya harus menutup hidung ketika berkunjung ke sana.
- Penempatan tempat pembuangan sampah juga harus tepat, jangan terlalu berdekatan dengan kehidupan masyarakat. Saya pernah menemukan tempat pembuangan sampah yang jaraknya terlalu dekat dengan sekolah dan tempat tinggal warga. Selain bau yang tidak sedap, banyak serangga hidup di daerah tersebut dan mengancam kesehatan warga.
Soal infrastruktur, Pemerintah tentu tidak hanya menganggarkan dana semata-mata untuk kebersihan saja sehingga perlu bantuan dari pihak korporasi dalam wujud kegiatan CSR. Hukum juga harus dibuat tegas untuk para pelanggar yang tetap berbuat tidak bersih dan membuat mereka benar-benar jera. Misalnya, membuang sampah sembarangan dikenakan denda. Berapa besar dendanya? Mungkin denda sebesar Rp20 ribu di pelosok akan membuat masyarakatnya benar-benar takut untuk membuang sampah sembarangan, tetapi bagaimana dengan denda sebesar Rp20 ribu di Jakarta? Bisa saja nilai tersebut dianggap kecil. Untuk itu, mungkin lebih baik apabila kita meniru negara-negara tetangga yang membebankan denda hingga puluhan bahkan ratusan juta Rupiah untuk kesalahan seperti ini dan bersifat progresif. Berdasarkan kunjungan yang saya lakukan ke sana, hukum tersebut sangat efektif dalam menciptakan negara bebas sampah.
- Misalnya, kesalahan pertama dikenakan denda sebesar Rp100 juta, itu sudah sangat besar dan setara dengan harga satu unit mobil.
- Masih nekat mengulang, dikenakan denda yang lebih besar lagi, misalnya sebesar Rp1 miliar. Nilai tersebut sudah cukup untuk membawa pulang satu unit sedan mewah dari produsen Eropa atau membeli satu unit rumah yang cukup bagus dan luas.
- Masih nekat untuk mengulang lagi? Mungkin penjara menjadi pilihan yang paling tepat untuk membuat pelaku menjadi jera.
Senyum
Senyum yang alami menandakan seseorang yang hidup dengan bahagia dan tanpa beban. Senyum yang alami menunjukkan penerimaan yang ramah dan menyenangkan ketika seseorang harus menghadapi orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Senyum akan membuat seseorang lebih sehat dan tampak lebih menawan.
Bagaimana dengan orang yang wajahnya sering tampak sedih dan cemberut? Tentu seringkali ditafsirkan dengan beban hidup yang begitu berat dari wajahnya. Ketika dia harus berhadapan dengan orang lain, wajah seperti ini bisa disalahartikan orang lain sebagai wujud tidak adanya penerimaan dirinya oleh orang tersebut. Wajah sedih dan cemberut akan membuat seseorang menjadi tidak enak untuk dilihat.
Bangsa Indonesia memilih yang mana, yang pertama atau yang kedua? Melihat kehidupan kita sebagai bangsa yang ramah dan bahagia, sudah selayaknya kita memilih paragraf pertama, yaitu kehidupan yang murah senyum. Senyum ini dilengkapi dengan unsur sapa, salam, dan sopan sehingga benar-benar menjadikan hidup kita sebagai hidup yang ramah.
Untuk poin yang satu ini, saya rasa kita tidak perlu melakukan kontes siapa yang senyumnya paling menawan. Senyum yang terpaksa akan terlihat sangat berbeda dengan senyum yang alami dan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan bersama, bukan?
Kehidupan murah senyum harus dimulai dari diri sendiri. Menciptakan hidup yang bahagia, mampu menerima dan berdamai dengan berbagai kondisi yang harus dihadapi, tidak terlalu banyak membebani diri sendiri, keinginan untuk sehat secara jasmani dan rohani, serta tekad untuk selalu memberikan yang terbaik kepada orang lain akan membuat kita terangsang untuk selalu tersenyum.Â
Meskipun kita sebenarnya sedang sedih, kita tidak ingin melihat orang lain terbawa perasaan kita dan ikut menjadi sedih, sehingga kita berusaha untuk tersenyum. Senyum kita akan membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Senyum kita juga bisa menentukan citra diri kita di hadapan orang lain. Apakah kita ingin diri kita dicap sebagai orang stres hanya karena kita sering tampil dengan wajah cemberut? Tentu tidak.
Setelah berhasil menjadi pribadi yang murah senyum, mari kita mengajak orang lain untuk ikut tersenyum. Sekali lagi, senyum yang alami, bukan senyum terpaksa. Senyum yang alami berasal dari hati yang tenteram, sehingga orang tersebut juga harus belajar untuk senantiasa menenteramkan hatinya sendiri sebelum menghadapi orang lain. Senyum-senyum sendiri di situasi yang tidak tepat dan dilakukan secara terpaksa bisa jadi akan membuat Anda dicap sebagai orang aneh, bukan?
Satu tersenyum, banyak orang tersenyum, semua bangsa Indonesia tersenyum. Dikombinasikan dengan kebersihan yang terlaksana, Indonesia menjadi bangsa yang menyenangkan dan tertata dengan baik. Ini adalah awal yang bagus untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan utama dalam kehidupan global dan tentunya poros maritim dunia. Saatnya kita berkontribusi aktif dengan ikut melaksanakan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang dicanangkan oleh Kemenko Maritim. Setuju? Ayo, laksanakan!
http://www.facebook.com/christian.evan.ch
http://www.twitter.com/official_cevan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H