Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Indonesia memiliki kondisi alam yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis bencana alam, mulai dari banjir sebagai bencana yang paling umum di sebagian besar wilayah, tanah longsor di daerah dataran tinggi, gunung meletus, gempa bumi, hingga tsunami. Bencana tersebut tidak memilih korbannya dan bisa datang kapan saja tanpa diprediksikan terlebih dahulu.
Sebenarnya, bangsa Indonesia tidak perlu khawatir. Meskipun bencana tidak dapat diprediksikan jauh-jauh hari dan tidak dapat dicegah, korban jiwa dalam jumlah besar tidak perlu melayang sia-sia jika masyarakat mengerti apa yang harus dilakukan dalam menghadapi bencana itu sendiri. Hal inilah yang harus kita akui masih kurang dipahami di negeri ini sehingga harus ditingkatkan bersama. Banyak cara dapat ditempuh oleh berbagai pihak dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bagaimana cara menghadapi dan menangani bencana alam, tetapi perlu diingat pula bahwa cara tersebut harus efektif dalam menyasar berbagai kalangan dan menempelkannya di benak mereka.
Meskipun telah hadir berbagai media transmisi yang lebih canggih, radio tetap menarik untuk menjadi pilihan media transmisi mengingat pendengarnya yang cukup banyak. Di pusat perbelanjaan, di toko, di salon, di mobil, dan di masih banyak lagi tempat lainnya radio dipilih sebagai sumber berita dan hiburan.
Sandiwara radio menjadi bentuk transmisi materi edukasi yang sangat menarik di mana hiburan dan edukasi diberikan secara bersamaan kepada pendengar sehingga terasa santai, tidak membosankan, dan dapat terus diingat. Materi ini haruslah dibuat oleh pihak yang tepat dan berkompeten di bidangnya, di mana salah satunya adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan dan transmisi sandiwara radio.
Tujuan materi yang dibawakan
Sandiwara harus berbasis mengenai cara menghadapi bencana alam yang masih tergolong awam di kalangan masyarakat, khususnya bencana alam yang sering terjadi. Selain itu, materi juga disesuaikan dengan lokasi pendengarnya. Misalnya, sandiwara radio dengan tujuan mengedukasi masyarakat tentang gunung meletus tidak terlalu cocok untuk disiarkan di Jakarta.
Pengemasan materi yang dibawakan
Materi yang dibawakan harus dikemas dengan tema yang menarik dan kekinian, selalu berbeda setiap serinya. Durasi pemutaran sandiwara radio tidak terlalu panjang agar tidak membosankan pendengarnya.
Sasaran pendengar materi
Pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang menghadapi bencana harus disebarluaskan kepada seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Untuk itu, sandiwara radio harus memiliki jangkauan sebanyak mungkin dan seluas mungkin. BNPB perlu bekerja sama dengan satu stasiun radio populer di setiap provinsi, jaringan stasiun radio besar dengan jangkauan beberapa provinsi (misalnya grup Sonora, grup Mahaka Radio, dan grup Elshinta), dan juga stasiun RRI.
Waktu pemutaran materi
Materi harus diputar di jam-jam ketika pendengar radio mencapai puncaknya, yaitu ketika pendengar mengalami perjalanan yang cukup lama di dalam kendaraan mereka. Jam-jam tersebut adalah jam berangkat sekolah, jam berangkat kerja, jam makan siang, jam pulang sekolah, jam pulang kerja, dan jam makan malam. Lebih nyaman dan lebih aman bagi pengendara maupun penumpang untuk mendengarkan siaran radio di dalam mobil jika dibandingkan dengan menyaksikan program televisi yang mengganggu konsentrasi. Tidak disarankan memutar sandiwara radio setelah jam makan malam di mana masyarakat sudah berada di rumah masing-masing dan lebih memilih televisi sebagai media hiburan mereka.
Membuat sandiwara radio menjadi suatu hal yang ditunggu-tunggu
Sandiwara radio ini akan menjadi lebih baik lagi apabila memang disukai oleh masyarakat dan kehadirannya selalu ditunggu, karena dengan demikian berarti efektivitas masuknya materi ke dalam ingatan masyarakat juga bisa meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat materi yang menarik dan terus bersambung serta melakukan promosi terhadap kehadirannya di media lain.
Nikmatilah!
Bagi seluruh masyarakat, apabila menemukan siaran sandiwara radio, jangan mengganti stasiun kecuali benar-benar mendesak dan nikmatilah sebagai edukasi sekaligus hiburan yang bermanfaat dimulai dari sandiwara pertama berjudul "Asmara di Tengah Bencana".
2016 - Christian Evan Chandra
@christian.evan.ch (Facebook)
@official_cevan (Twitter)
@cevan_321 (Instagram)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H