Pernikahan adalah salah satu tahapan penting dalam kehidupan ketika seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai mewujudkan komitmen mereka untuk mengurangi hidup bersama-sama. Ikatan pernikahan dicatat baik secara hukum maupun agama dan tentunya diharapkan bisa dijalani dengan baik sampai maut memisahkan.
Pentingnya kematangan usia pasutri dalam mendapatkan penghasilan dan mendidik anak dengan baik
Pernikahan tidak hanya berbicara soal cinta, cinta, dan cinta. Bersatunya seorang pria dan wanita berarti bersatunya berbagai unsur dalam kehidupan mereka, termasuk di antaranya kehidupan finansial dan mendidik anak. Keluarga ideal akan terbentuk apabila unsur-unsur tersebut dapat disatukan dengan sempurna.
Kehidupan finansial akan berjalan dengan baik apabila suami sebagai kepala keluarga mampu menghasilkan nafkah yang mencukupi. Suami bisa menghasilkan nafkah yang mencukupi apabila sebelumnya telah mendapatkan pendidikan hingga taraf tertentu. Pendidikan tersebut diraih dengan pengorbanan waktu yang tidak pendek, paling tindak untuk mendapatkan gelar Sarjana dibutuhkan waktu tiga tahun. Dihitung sejak lahir, butuh waktu paling tidak 21 tahun untuk menunggu seorang individu mendapatkan gelar Sarjana.
Mendidik anak berarti meneruskan nilai-nilai yang diketahui dan dianut oleh orang tua kepada anak-anaknya. Nilai tersebut dapat diteruskan dengan benar apabila orang tua sudah benar-benar memahami dan memiliki pengalaman terkait apa yang benar serta apa yang salah. Mendapatkan pengalaman ini lagi-lagi memerlukan perjalanan waktu yang tidak pendek.
Pentingnya kematangan usia pasutri dalam menciptakan keluarga tanpa masalah
Dalam perjalanan hidup berkeluarga, berbagai masalah dari yang paling sepele sampai yang paling serius akan terus melanda. Tak jarang suami dan istri akan berselisih pendapat dalam menyelesaikan masalah ini. Dibutuhkan kedewasaan di antara mereka untuk bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Ketika suami dan istri sama-sama masih muda, mereka cenderung memilih jalan terpendek dan mempertahankan pendirian mereka masing-masing tanpa mau mengalah sehingga perselisihan yang lebih besar tak terhindarkan dan risiko akan perceraian ikut meningkat. Perceraian akan merusak hubungan di antara mereka berdua, kedua keluarga besar, dan terlebih lagi mental anak-anak yang harus menjadi korban.
Tak hanya masalah antara suami dan istri, masalah bisa timbul antara orang tua dan anak lagi-lagi karena persilangan pendapat. Orang tua yang masih muda lagi-lagi cenderung mempertahankan pendirian mereka sendiri tanpa mempertimbangkan pemikiran anak, belum lagi orang tua menghambat impian anak sebagai bentuk pelampiasan terhadap impiannya yang tidak terwujud. Masa depan anak terancam terbengkalai.
Masalah yang paling buruk bisa terjadi ketika orang tua bercerai karena salah satu di antara mereka memutuskan untuk menikah lagi dengan orang lain. Hal ini disebabkan karena ketika menikah muda, habislah sudah waktu yang memang menjadi hak milik untuk mencari pasangan terbaik, seperti terucap dalam lirik lagu berikut : "Pernikahan dini, waktunya terlalu pagi, padahal cintaku harusnya merdeka." Anak lagi-lagi menjadi korban.
Pentingnya kematangan usia pasutri dalam menciptakan keluarga yang sehat
Ketika suami dan istri masih sama-sama muda dan dalam masa di mana mereka masih mengalami pertumbuhan secara fisik, mereka membutuhkan asupan gizi yang mencukupi. Sekarang, bayangkan jika uang yang mereka miliki harus digunakan juga untuk mencukupi asupan anak, apa yang terjadi dengan mereka sekeluarga? Pertumbuhan mereka semua dikhawatirkan tidak ada yang maksimal, khususnya untuk sang ibu. Ketika ibu mengandung, ibu akan membagikan asupan gizi kepada anaknya ketika dia sendiri masih membutuhkan gizi untuk bertumbuh.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah para ibu muda belum memiliki kondisi fisik yang benar-benar siap untuk menjalani proses mengandung dan melahirkan, sehingga membahayakan nyawa ibu muda itu sendiri.
Pentingnya menentukan usia yang dianggap matang untuk menikah
Lalu, kapan masa yang tepat untuk seorang pria dan wanita untuk menikah? Untuk seorang pria, diperlukan waktu yang cukup untuk menempuh pendidikan hingga mendapatkan gelar Sarjana dan menempati posisi yang pas dalam karirnya. Usia 25 tahun menjadi batas bawah yang pas. Bagaimana dengan wanitanya? Wanita juga disarankan lulus kuliah dulu sebelum menikah, sehingga usia 20 tahun menjadi batas bawah yang pas. Apabila seluruh pasangan menaatinya, mewujudkan keluarga yang berkualitas, sejahtera, dan mandiri menjadi lebih mudah.
Lalu, kapan saat yang pas untuk memulai pacaran? Tidak ada waktu pasti, hal yang diperlukan adalah pria dan wanita benar-benar memahami fungsi dari kegiatan pacaran dan hal-hal apa saja yang boleh serta tidak boleh. Hal ini tak kalah penting dengan kematangan usia untuk mewujudkan kesiapan berkeluarga. Pacaran dulu tidak masalah, asalkan menikahnya setelah keduanya telah benar-benar mantap dan matang secara usia, seperti dalam lirik lagu berikut : "Pernikahan dini, bukan cintanya yang terlarang. Waktunya saja belum tepat untuk merasakan semua."
Materi seperti ini perlu disosialisasikan secara menyeluruh kepada masyarakat Indonesia khususnya generasi muda, salah satunya adalah dengan memanfaatkan momentum Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIII ini. Sosialisasi dilakukan secara umum baik oleh lembaga terkait (salah satunya BKKBN) maupun pihak swasta.
Buang jauh-jauh pemikiran ini
Pemikiran ini adalah pemikiran yang selama ini memotivasi banyak pasangan untuk menikah muda. Sebaiknya, pikiran ini dibuang jauh-jauh karena tidak sepenuhnya tepat.
- "Menikah saja dulu, pacarannya nanti." Sebelum menikah, kedua belah pihak harus mengenal kelebihan dan kekurangan pasangannya karena kelak mereka akan bersatu selama sisa hidupnya. Pastikan pacarannya benar-benar dilakukan dengan baik dan cukup, baru menikah.
- "Awas menikah terlalu tua, nanti tidak laku." Jodoh adalah rencana Sang Pencipta, sehingga tidak perlu takut tidak laku karena menikah di atas usia yang umum. Takut tidak laku akan memicu pernikahan muda ketika individu seharusnya masih memiliki waktu untuk mencari pilihan terbaiknya.
- "Menikah muda, anak sudah besar kita orang tua belum terlalu tua." Anak adalah rencana Sang Pencipta, apa yang terjadi jika orang tua menikah muda dan butuh jeda waktu cukup lama untuk memiliki anak? Memiliki anak di usia yang lebih matang tentu lebih baik dari berbagai segi, hanya saja harus diperhatikan bahwa setelah usia 35 tahun risiko seorang ibu meningkat dalam usaha memiliki anak.
2016 - Christian Evan Chandra
christian.evan.ch (Facebook)
@official_cevan (Twitter)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H