Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentukan dan Lakukan Rencana Finansial Anda!

27 April 2016   13:54 Diperbarui: 27 April 2016   14:21 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain hidup yang senantiasa sehat dan bahagia, syarat untuk memiliki kehidupan lebih baik adalah kondisi keuangan yang sehat dan terencana dengan matang dari masa ke masa. Bagaimana dengan kesadaran masyarakat terhadap hal ini?

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk negeri ini hingga akhir tahun 2015 telah menyentuh angka 254,9 juta jiwa, bukan angka yang kecil. Bagaimana dengan jumlah rekening simpanan domestik? Lembaga Penjamin Simpanan mencatat bahwa jumlah rekening perbankan di Indonesia masih di bawah tujuh puluh persen jumlah penduduk, tepatnya 175,5 juta jiwa dengan total nilai simpanan lebih dari Rp4,4 ribu triliun. Instrumen lainnya, bagaimana? Lebih miris lagi, di mana data KSEI menunjukkan bahwa investor saham di Indonesia pada tahun 2015 masih di kisaran 400 ribu pihak, kurang dari satu persen jumlah penduduk. Boleh dibilang, kesadaran masyarakat terkait perencanaan keuangan masih belum optimal.

Berdasarkan pengalaman pribadi, membuat rencana finansial harus disesuaikan dengan profil diri, lingkungan sekitar, pendapatan, kebutuhan, dan impian yang ingin dicapai. Hal ini penting dalam menentukan seberapa besar pendapatan strategi dan instrumen yang dipilih untuk menempatkan dana.

Mengelola pendapatan dan pengeluaran

Sebelum masuk ke strategi investasi, Anda harus mengelola keuangan dasar terlebih dahulu agar pasak tak lebih besar dari tiang. Keuangan yang sehat mengharuskan pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan.

Proporsi pos pengeluaran

Pos pengeluaran dari yang terbesar hingga terkecil meliputi : konsumsi, angsuran kredit, dana sosial dan keagamaan, simpanan perbankan, dan investasi.

Mengidentifikasi semua aset dan kewajiban yang Anda miliki saat ini

Mengelola hutang

Ketika Anda memiliki hutang dalam jumlah yang cukup besar, tentunya Anda tidak disarankan untuk membeli aset apa pun melalui kredit agar tidak menambah beban keuangan.

Tidak berlebihan dalam memproteksi diri

Berhati-hatilah dan bersikaplah dengan bijaksana dalam memproteksi diri dan aset Anda. Jangan sampai, Anda harus mengeluarkan uang untuk membeli polis asuransi yang tidak Anda perlukan.

Menentukan tujuan perencanaan keuangan

Untuk menentukan strategi yang tepat, Anda harus mengidentifikasi terlebih dahulu tujuan perencanaan keuangan Anda ke depan. Apa yang harus dan ingin Anda penuhi dengan uang milik Anda? Ini erat kaitannya dengan rencana perjalanan hidup Anda. Memiliki cadangan darurat ketika kehilangan pendapatan dan simpanan untuk masa pensiun pasti menjadi bagian dari perencanaan keuangan banyak orang selain tujuan-tujuan yang bersifat pribadi. Identifikasi juga kisaran nilai uang yang Anda butuhkan untuk memenuhinya dan waktu yang Anda miliki untuk mendapatkannya.

Asuransi, efek pasar modal, dan properti untuk mempersiapkan dana pendidikan

Mempersiapkan dana pendidikan untuk anak yang masih kecil lebih cocok dilakukan dengan membeli asuransi dan berinvestasi pada instrumen imbal hasil tinggi, dengan risiko risikonya juga lebih tinggi. Asuransi penting untuk melindungi anak tetap memiliki dana pendidikan yang cukup ketika orang tuanya harus pergi meninggalkan dunia ini. Instrumen imbal hasil tinggi, seperti saham, reksadana, obligasi, dan properti, cocok untuk target dana besar di masa depan dengan nilai simpanan yang cukup terjangkau. Meskipun risiko penurunan harganya terbuka lebar, untuk jangka panjang nilai investasi tetap cenderung naik.

Apakah hanya cocok untuk mempersiapkan dana pendidikan?

Tentu tidak. Jenis investasi seperti ini juga cocok untuk mewujudkan rencana jangka panjang mengingat imbal hasil yang optimal biasanya baru akan terasa setelah beberapa tahun. Misalnya : dana pernikahan, dana berlibur ke luar negeri, dan masih banyak lagi. Intinya, tentukan terlebih dahulu tujuan Anda dan waktu yang Anda miliki untuk mencapainya.

Saham, obligasi, dan properti sebagai pemberi pendapatan pasif

Pembelian saham, obligasi, dan properti yang berkualitas akan menurunkan risiko Anda terhadap kerugian sekaligus meningkatkan potensi besaran cuan Anda. Misalnya, pengalaman menunjukkan bahwa saham-saham dalam kelompok big caps seperti saham PT H. M. Sampoerna Tbk., PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank Central Asia Tbk.,  dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. memiliki kinerja keuangan yang solid dan pergerakan saham yang senantiasa berada di zona positif.

Menabung saham dapat dilakukan jika berani menghadapi risiko yang lebih tinggi dan simpanan perbankan sudah cukup kuat. Foto diunduh dari www.riaumandiri.co.

Senantiasa memberikan pemasukan selama pensiun

Tidak hanya keuntungan berupa capital gain, pendapatan pasif yang datang secara rutin dari ketiga instrumen investasi ini cocok untuk mereka yang berada dalam masa pensiun supaya tetap mendapatkan uang segar. Saham dengan dividennya dan properti dengan uang sewanya memiliki besaran yang fluktuatif berdasarkan kondisi pasar, sedangkan obligasi memiliki besaran bunga yang cenderung stabil sesuai dengan perjanjian di awal. Obligasi terbitan Pemerintah umumnya lebih dilirik mengingat risiko yang lebih rendah untuk tetap mendapatkan pendapatan pasif, khususnya Obligasi Ritel Indonesia (ORI).

Kombinasi pendapatan aktif dan pasif untuk menghadapi inflasi

Ketika kita memutuskan untuk menyimpan uang yang kita dapatkan demi mewujudkan impian dan memenuhi kebutuhan di masa depan, kita harus menghadapi harga barang yang terus naik karena inflasi dan faktor-faktor lainnya.

Bagaimana jika saya ingin membeli properti dan/atau kendaraan?

Pengalaman saya ketika melihat harga sebuah rumah di Cibubur, delapan tahun lalu dihargai Rp120 juta saja. Sekarang? Rp500 juta, meningkat lebih dari tiga ratus persen. Contoh lainnya, pernah mendengar slogan "Senin harga naik" di televisi? Bagaimana kita menyikapinya? Pilihan hanya ada dua, mencicil atau menabung terlebih dahulu sampai uang cukup. Mencicil menjadi pilihan yang lebih menarik jika memiliki kemampuan untuk membayar angsuran bulanan dan tidak perlu berkejar-kejaran dengan harga barang yang dibeli tidak terus meningkat, terlebih jika barang tersebut sangat dibutuhkan. Menabung? Bisa-bisa harga barang naik jauh meninggalkan kita dan kita tidak pernah sanggup membeli barang tersebut.

Untuk menjaga daya beli uang yang dimiliki saat ini, saya cenderung memilih efek pasar modal dan properti. Logam mulia juga dapat Anda jadikan pilihan di luar kedua instrumen tadi. Data hasil olahan OJK selama periode 2003 hingga 2013 menunjukkan bahwa instrumen efek pasar modal memberikan imbal hasil yang mampu melewati inflasi.

1-572061058d7e61f012f7f377.jpg
1-572061058d7e61f012f7f377.jpg
Mencicil rumah lebih baik dibandingkan dengan menunggu hingga uang Anda cukup, mau sampai kapan? Foto diambil dari www.futuready.com.

Bagaimana dengan kebutuhan barang-barang elektronik?

Jika untuk permasalahan produk seperti mobil dan rumah yang harganya terus naik dari waktu ke waktu, mencicil menjadi pilihan yang menarik, bagaimana dengan membeli ponsel pintar, laptop, atau televisi? Mencicil juga? Jika sudah sangat dibutuhkan dan tidak memiliki uang tunai yang cukup, mencicil adalah solusi yang tepat. Apakah yang lama masih bisa digunakan, masih mampu menunjang kebutuhan? Menabung dulu sembari menunggu harga ponselnya turun.

2-5720614d3e23bd330543630a.jpg
2-5720614d3e23bd330543630a.jpg
Harga ponsel pintar cenderung akan turun seiring dengan berjalannya waktu, foto diunduh dari www.hargahpxiaomi.com.

Simpanan perbankan tetap memegang peranan sentral

Menjual logam mulia, obligasi, saham, dan properti bukanlah perkara mudah dan cepat. Misalnya saham, uang hasil penjualan baru didapat tiga hari kerja setelah transaksi selesai dilakukan. Berinvestasi di instrumen-instrumen ini juga memiliki risiko berupa capital loss yang tidak terbatas. Kurang cocok untuk simpanan jangka pendek, dana sehari-hari dalam bertransaksi, dan cadangan untuk kebutuhan darurat.

Kemudahan likuiditas simpanan perbankan

Untuk urusan tersebut, simpanan perbankan berupa rekening tabungan dan deposito masih menjadi juaranya. Dana di rekening tabungan bebas untuk ditambah dan ditarik setiap saat, sedangkan dana di rekening deposito dapat ditarik sesuai dengan kesepakatan awal penempatan, dimulai dari jangka waktu satu bulan. Likuiditasnya sangat tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Ketika uang tunai di dompet tidak cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari, makan di luar rumah, hingga membayar tagihan rawat inap yang tidak terduga dan tidak direncanakan, dana simpanan perbankan menjadi andalan. Tinggal debit, selesai masalah.

Menabung dengan tenang di bank

Saya tidak pernah khawatir menabung di bank karena saya selalu memilih bank yang transparan, sehat, dan berpelayanan bagus. Dana pihak ketiga yang besar, prinsip kehati-hatian yang tinggi dalam menyalurkan pinjaman, cadangan modal yang kuat, transparansi manajemen bank, dan pengawasan intensif oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meningkatkan kepercayaan dan ketenangan para nasabah dalam menabung.

Untuk simpanan dengan nilai dan suku bunga sesuai ketentuan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di bank-bank yang tergabung dalam sistem penjaminan LPS, lembaga ini akan melakukan penjaminan sehingga uang saya dan kita semua tidak akan raib ketika bank tempat kita menabung harus gulung tikar. Bagaimana jika menabung di bawah bantal atau di dalam kantong celana? Sangat berisiko untuk hilang tentunya dan tidak ada yang menjamin.

4-572061f724afbd9f0686bc31.png
4-572061f724afbd9f0686bc31.png
Ilustrasi oleh www.kreditgogo.com tentang kelebihan menabung di bank dibandingkan dengan menyimpan uang di dalam rumah.

Bunga tidak terlalu menarik, tidak masalah

Bagi kebanyakan orang, bunga rekening perbankan memang tidak terlalu menarik, khususnya bunga rekening tabungan konvensional. Bunga yang diberikan untuk simpanan kita di bank tidak terasa besarnya. Bahkan untuk nilai simpanan yang terbilang kecil, bunga tetap lebih kecil dari biaya administrasi rekening sehingga nilai simpanan terus berkurang.

Mereka yang memiliki simpanan bernilai besar dan tidak digunakan lebih memilih deposito untuk memarkirkan dananya di bank. Bunganya lebih besar dari tabungan, namun tetap tidak besar-besar amat jika dibandingkan dengan instrumen lainnya. Apakah ini semua menjadi masalah? Tentu tidak.

Sekali lagi, simpanan perbankan adalah simpanan yang paling likuid setelah uang tunai di rumah dan kita dapat menariknya ketika kita membutuhkan. Simpanan perbankan menjamin uang yang kita tabung tidak akan raib sehingga kita bisa hidup lebih aman dan tenang. Bagi mereka yang sudah kelebihan dana, simpanan perbankan hampir tidak memiliki risiko kerugian, memberikan pendapatan secara berkala berupa bunga, dan mampu menaikkan nilai simpanan meskipun lebih lambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun