kesehatan mental remaja: apa penyebabnya?
KrisisKesehatan mental remaja adalah aspek penting yang memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental selama masa pertumbuhan. Remaja sering menghadapi tekanan dari berbagai sisi, mulai dari akademik hingga sosial, yang sering kali berdampak pada kesejahteraan emosional mereka. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, terungkap data yang mengkhawatirkan. Lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun dilaporkan mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 12 juta orang dalam kelompok usia yang sama menderita depresi. Gaya hidup remaja, terutama pola konsumsi makanan dan minuman, berpengaruh besar terhadap kesehatan mental. Remaja yang sering mengonsumsi buah dan sayur cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Sebaliknya, konsumsi makanan cepat saji dan minuman bersoda yang berlebihan dapat menyebabkan masalah tidur dan suasana hati yang buruk.
Apa saja yang terkandung dalam minuman bersoda? Ini Dampaknya!
Minuman manis seperti soda biasanya terdiri dari campuran air, pemanis buatan, karbon dioksida, asam, perisa, pewarna, dan pengawet kimia. Beberapa bahan ini memiliki dampak buruk bagi kesehatan, seperti menyebabkan kegemukan, gula darah yang tinggi, dan diabetes. Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa minuman bersoda dapat menyebabkan tekanan darah dan kolesterol naik, hingga berisiko terkena penyakit jantung. Bahkan, minum satu kaleng soda dalam sehari saja sudah bisa meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Soda diet juga tidak lebih baik daripada soda biasa, justru akan membuat kita merasa lebih lapar dan mengganggu cara tubuh mengolah makanan.Â
Minuman soda membuat kamu jadi agresif
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman bersoda secara berlebihan memiliki hubungan yang signifikan dengan berbagai masalah kesehatan mental remaja termasuk agresivitas, gejala depresi, dan risiko bunuh diri. Sebuah penelitian di enam puluh empat negara yang melibatkan hampir tiga ratus ribu remaja berusia 12--18 tahun menunjukkan bahwa remaja yang mengonsumsi soda lebih dari tiga kali sehari cenderung mengalami peningkatan agresivitas, yang ditandai dengan perilaku impulsif dan cenderung merespons situasi dengan cara yang agresif. Selain itu, konsumsi soda yang tinggi sering memicu lonjakan energi yang tidak stabil, diikuti oleh penurunan drastis energi yang dapat menyebabkan rasa mudah marah dan frustasi. Lebih parahnya, konsumsi soda berlebihan tidak hanya memicu agresivitas, tetapi juga memperburuk perilaku agresif yang sudah ada.
Minum Soda dan Risiko Bunuh Diri pada Remaja
Tahukah Anda bahwa minuman bersoda bisa berkontribusi pada risiko gangguan kesehatan mental yang serius, termasuk perilaku bunuh diri pada remaja? Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengonsumsi soda lebih dari tiga kali sehari memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami ide bunuh diri dibandingkan mereka yang minum soda kurang dari satu kali sehari. Hal ini terjadi karena kandungan gula tinggi dalam soda dapat mengganggu keseimbangan hormon stres, seperti kortisol, yang bertugas menjaga suasana hati tetap stabil. Selain itu, gula dalam jumlah besar dapat memicu peradangan di otak, yang secara langsung berhubungan dengan suasana hati dan pengendalian emosi. Dampaknya, remaja menjadi lebih rentan terhadap suasana hati yang buruk dan perilaku impulsif. Tidak hanya itu, kebiasaan minum soda seringkali beriringan dengan gaya hidup tidak sehat, seperti kurang olahraga, pola tidur yang berantakan, dan penggunaan gawai yang berlebihan. Kombinasi ini semakin memperparah risiko gangguan mental pada remaja. Jadi, penting bagi remaja untuk mulai mengurangi konsumsi soda dan menggantinya dengan pilihan minuman yang lebih sehat demi menjaga kesehatan mental mereka.
Dampak kandungan gula pada minuman sodaÂ
Minuman bersoda mengandung sukrosa yang dapat memengaruhi respons tubuh terhadap stres. Gula dapat menekan aktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) yang bertanggung jawab atas produksi hormon stres seperti kortisol. Dampak ini memberikan rasa tenang dengan menurunkan kadar kortisol dalam tubuh. Konsumsi gula berlebih, terutama dalam diet tinggi gula dapat memicu peradangan otak melalui pelepasan protein sitokin. Peradangan ini dapat mengganggu fungsi otak serta meningkatkan risiko gangguan suasana hati seperti kecemasan dan depresi. Ketika kadar gula dalam darah meningkat akibat konsumsi gula tinggi, tubuh merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan epinefrin untuk mengatur metabolisme gula. Respons ini dapat menyesuaikan kondisi tubuh dalam menghadapi tekanan. Namun, jika stres berlangsung lama, kadar kortisol yang terus-menerus tinggi dapat menyebabkan resistensi insulin, meningkatkan kadar gula darah secara kronis, dan memicu peradangan. Peradangan ini terjadi terutama di bagian otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dan emosional, serta memperbesar risiko depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya.
Cara mencegah bahaya kesehatan mental dari konsumsi minuman bersoda