Mohon tunggu...
Yohanes w Petege
Yohanes w Petege Mohon Tunggu... Penulis - Ilmu perpustakaan

Yohanes w Petege adalah anak suku bangsa mee Papua Indonesia yang memiliki bakat baca tulis literasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konseptual Budaya Mee Secara Umum

12 Agustus 2024   03:29 Diperbarui: 12 Agustus 2024   04:14 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

KONSEPTUAL BUDAYA MEE SECARA UMUM

Penulis, Yohanes W. Petege, S.Ptk. 

  • Konsep Budaya Mee ?

            Manusia Suku Mee adalah Manusia yang berasal dari wilaya wisellmeren yang meliputi kawasan Dadau Paniai, Danau Tigi, Danau Tage, Lemba Kamuu, bahkan Pengunungan Mapia sehingga sampai dengan upaya di Nabire. Kehidupan suku Mee beradah pada kawasan pengunungan Tengah, yaitu suku Moni di Timur dan, suku komoro di selatan dan suku pantai utara bagian pesisir Nabire di bagian utara dan barat.

Polah hidup masyarakat dari suku masih tetap  melestarikan dengan perkumpulan atau yang biasa di sebut dengan hidup secara berkelompok, kemudian; manusia suku Mee masih bergantungan hidup dengan alam sekitarnya dengan pola mengambil kebutuhan hidupnya dari alam dan dengan cara untuk bercocok tanam sebagaimana di kemukakan oleh seorang Pailot bernama Frits Wissel tahun 1933. Ia melaporkan saat ia terbang melihat tiga danau besar sebagimana di kenal dengan WiselImerren. Pada ketiga danau itu terlihat banyak perahu yang berlayar kemudian pada di sekitarnya, aktivitas manusia yang sedang bercocok tanam mngunakan alat kayu dan, runing dan mencari ikan dengan kulit kayu. (Suroto: jubi.co.id).

Letak Geogerafis suku mee adalah suku yang mendiami pengunungan di Papua bagian Tengah. Mayoritas penduduk berada bagian Paniai dan Deiyai bahkan di lembaga Kamuu dan Pengunungan Mapia kemudian. Suku Mee Mayoritas bergam kristen dan sebagaian musliman yang berada di bagian pesisir Pantai Nabire Barat.

E. ETNOGRAFI ORANG MEE

  • Bahasa

Masyarakat Mee pada umumnya memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Mee "Mee mana". Mee Mana sebagai alat komunikasi antar orang Mee. Mee Mana sangat penting  dalam kehidupan sehari-hari orang Mee, karena bahasa Mee adalah warisan dari nenek moyang untuk anak cucu kedepan sebagai bahasa persatuan untuk keseharian masyarakat suku Mee.

Bahasa Mee terbagi atas tiga di alek yakni di alek Mapia, Kamu-Tigi-Paniai dan Mapia selatan. Perbedaan itu akan nampak seketika mengucapkan dalam sapaan kata salam sebagai berikut. Orang Mapia menyebut koha, orang Kamu, Tigi, Paniyai menyebut koyaoo, dan Orang Mapia Selatan menyebut kosaa. Sebagai orang Mee, menggunakan bahasa Ibu merupakan suatu kebutuhan dasar. Karena bahasa Ibu adalah sarana persatuan sebagai warisan nenek moyang tanpa memperkenalkan bahasa lain dan, setiap aktivitas selalu menggunakan bahasa Mee.

Selain bahasa Mee, masyarakat suku Mee mulai membiasakan diri untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan sesama. Bahasa Indonesia juga menjadi suatu bahasa untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari luar sukunya, karena bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan Nasional.

  • Sistem Teknologi

Orang Mee juga memiliki kekhasan dalam hal, menciptakan hasil karya sendiri untuk keperluan sendiri. Masa lalu hingga saat ini, pada umumnya menggunakan alat-alat dari hasil ciptaan sendiri oleh orang Mee (alat-alat Tradisional) misalnya (1) Perlengkapam hidup seperti: Pakaian (Moo, Paute, koteka, dugaa moge dan dane moge), Perumahan (hamewa, hagamowa), alat-alat untuk rumah tangga: Obe (gepe-gepe) untuk mengangkat jenis makan dari tungku api, Uwo awi domo( bambu: alat untuk tempat isi air minum), nuta kigitai ute (alat untuk membersikan petatas), Uno umi akage ( tikar: untuk alas lantai saat tidur), Akage (alat untuk melindungi diri dari hujan), Uka mapega (Busur dan anak panah: alat untuk berburu dan berperang), Alat untuk berkebun Maumi (Kapak batu alat untuk menebang pohon, membuat pagar, dan membuat rumah) dan Emu kopa ( kayu runcing: alat untuk menanam tanaman dikebun). Alat produksi (Wediye, Patau, ebau), dan Uwouda koma(perahu).

lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat. Koteka dikenal sebagai symbol budaya masyarakat asli Pegunungan Tengah Papua sebagai pakaian adat untuk menutupi aurat laki-laki, pada masyarakat yang hidup di wilayah Mee Pago (suku Mee dan Moni) dan juga La Pago (suku Lani, Dani, Yali, Katengban, dan Ngalum). Suku-suku ini bermukimandi wilayah Pegunungan Tengah Papua (terbentang dari danau Paniai, lembah Baliem dan Pegunungan Jayawijaya). Koteka terbuat dari kulit buah Labu Air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun