"Modal utama dalam perdagangan adalah kejujuran," ucap Samsuar.
"Kalau kejujuran, saya punya," dijawab lagi oleh Tjiptadinata.
Sejak saat itu setiap sore sehabis berdagang dan mengajar, Tjiptadinata datang ke kantor Samsuar untuk belajar.Â
Belajar mana biji kopi Arabica, nana yang biji kopi Robusta, dan bagaimana memprediksi kadar airnya? Juga belajar mengenali seperti apa yang namanya cassia vera (kulit kayu manis) itu? Bagaimana membedakannya dengan kulit kayu biasa?
Sebulan lamanya Tjiptadinata dapat pelajaran yang sangat berharga secara gratis di kantor Samsuar, dan sudah siap untuk mulai bekerja. Samsuar adalah malaikat penolong yang diutus oleh Tuhan bagi Tjiptadinata Effendi.
Setelah belajar, Tjiptadinata dipinjami modal oleh Samsuar untuk membeli kopi dan kayu manis dari  kampung ke kampung, dibeli langsung kepada para petani, tidak melalui tengkulak atau pedagang pengumpul.sehingga harganya jauh lebih murah.
Setelah membeli kopi dari orang kampung dan dikumpulkan dalam karung seberat berkisar 100 kg, kopi tersebut dijual ke CV Taman Sari milik Samsuar. Tjiptadinata melaporkan harga beli di kampung apa adanya kepada Samsuar.
Esok harinya Tjiptadinata datang ke kantor CV Taman Sari, Samsuar mempersilakan duduk lalu berucap. "Kopi yang kemarin kamu bawa kualitasnya sangat bagus,"
"Sesudah dipotong dengan modal, ini ada sedikit keuntungan saya berikan buatmu." kata Samsuar sambil menyerahkan sejumlah uang kepada Tjiptadinata.
Tjiptadinata kaget, tangannya gemetaran, karena keuntungan dari hasil penjualan dua karung kopi kemarin lebih banyak dari penghasilannya berjualan kelapa di pasar selama sebulan.
Tjiptadinata sempat tak yakin sambil berkata, "Apakah semua uang ini untuk saya?"Â