Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Alex Lanier Usia 19 Tahun Juara Super 750, Regenerasi Pemain Badminton Tunggal Putra Indonesia Mandek

25 Agustus 2024   20:22 Diperbarui: 25 Agustus 2024   20:28 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alex Lanier juara Japan Open 2024/foto: bwfbadminton.com

Hasil turnamen Japan Open 2024 Super 750 menjadi pertanda prestasi pemain badminton Indonesia jalan di tempat, sedangkan prestasi pemain muda manca negara melesat cepat.

Alex Lanier, pebulutangkis muda Prancis yang masih berusia 19 tahun, sukses merengkuh juara Jalan Open 2024 usai di final mengalahkan pemain kawakan Taiwan, Chou Tien Chen.

Perjalanan Alex Lanier menjadi pemenang Japan Open sangat luar biasa, karena sejak pertandingan babak pertama hingga final mengalahkan lawan yang tidak sembarangan.

Lanier di babak pertama menyingkirkan Lee Zii Jia, pemain jagoan Malaysia peraih perunggu Olimpiade Paris 2024 yang juga pernah juara All England 2021. 

Di babak berikutnya Lanier menaklukkan Chico Aura Dwi Wardoyo, pemain tunggal putra terbaik ketiga Indonesia yang pernah juara Malaysia Masters Super 500. 

Kenta Nishimoto, pemain tuan rumah yang pernah juara Japan Open di tahun 2022, disingkirkan Alex Lanier pada babak perempat final. 

Kegemilangan Lanier berlanjut di semifinal, mengalahkan pemain ranking 1 dunia Shi Yuqi yang tahun ini sekali memenangkan turnamen Super 1000 dan tiga kali juara Super 750. 

Alex Lanier meneruskan kiprah fenomenalnya pada pertandingan final Japan Open 2024, mengalahkan mantan juara Indonesia Open Super 1000, Chou Tien Chen. 

Alex Lanier dan Chou Tien Chen di podium juara Japan Open 2024/foto: bwfbadminton.com
Alex Lanier dan Chou Tien Chen di podium juara Japan Open 2024/foto: bwfbadminton.com
Lanier sempat tertinggal jauh 10-17 di games pertama, tapi berhasil berbalik menang 21-17. Lanier juga berhasil membalikkan keadaan di games kedua, tertinggal skor 19-20, lalu menikung dan menang 22-20.

Prestasi cemerlang Alex Lanier di Japan Open menjadi tanda pesatnya perkembangan bulu tangkis Prancis, khususnya di sektor tunggal putra. 

Alex Lanier gen Z istimewa yang berpotensi jadi pemenang ajang-ajang besar lainnya di masa mendatang, termasuk Olimpiade Los Angeles 2028.

Prancis saat ini juga punya Popov bersaudara, pemain muda yang potensial wara-wiri naik podium juara hingga empat tahun mendatang.

Toma Junior Popov yang tiga minggu lalu lolos ke 16 besar Olimpiade usai menyingkirkan Anthony Ginting di fase grup, masih berusia 25 tahun. 

Prestasi terbaik Toma sejauh ini menjadi juara Spain Masters Super 300 dan runner-up Kejuaraan Eropa.

Christo dan Toma Junior Popov/foto: olympics.com
Christo dan Toma Junior Popov/foto: olympics.com
Christo Popov yang masih berusia 22, pada tahun ini sukses juara di German Open Super 300. Perjalanan karir Christo Popov masih panjang hingga dua edisi olimpiade mendatang.

Bukan hanya Prancis, negara lainnya China, Jepang, India, Malaysia, Thailand, Denmark, dan Taiwan, juga punya pemain tunggal putra spesial dari kalangan gen Z yang akan bersaing di jajaran elit dunia hingga beberapa tahun mendatang

Li Shifeng/foto: bwfbadminton.com
Li Shifeng/foto: bwfbadminton.com

China punya Li Shifeng kelahiran 2000 yang saat ini ranking 7 dunia. Jepang punya Kodai Naraoka, Koki Watanabe, Yushi Tanaka, dan Takuma Obayashi, generasi Z di ranking top 40 dunia.

Gen Z lainnya yang ada di ranking top 40 tunggal putra BWF adalah Lee Zii Jia, Ng Tze Yong, Leong Jun Hao (Malaysia), Lakshya Sen, Priyanshu Rajawat, Kiran George (India), Weng Hongyang, Lei Lanxi (China), Magnus Johannesen (Denmark), Kunlavut Vitidsarn (Thailand), Lin Chun-yi, Lee Chia Hao, Su Li Yang (Taiwan), Brian Yang (Kanada).

Kunlavut Vitidsarn/foto: olympics.com
Kunlavut Vitidsarn/foto: olympics.com
Di sisi lain regenerasi pemain badminton tunggal putra Indonesia mandek. Indonesia tidak punya gen Z yang berada di ranking top 40 dunia. PBSI masih mengandalkan trio Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Chico Aura Dwi Wardoyo, yang sudah memasuki usia 30 di Olimpiade LA empat tahun mendatang.

Jonatan Christie/foto: bwfbadminton.com
Jonatan Christie/foto: bwfbadminton.com

Sedangkan pemain muda pelapis dari generasi kelahiran 2000an seperti Alwi Farhan, Yohanes Saut Marcellyno, Ikhsan Leonardo Rumbay, berada di ranking 50 hingga 80-an dunia. 

Salah satu faktor yang membuat pemain-pemain muda Indonesia berada jauh dari jajaran elit dunia adalah kebijakan PBSI era ketum terdahulu Agung Firman Sampurna.

Pelatih dan pengurus PBSI era Agung Sampurna kurang sigap melakukan regenerasi pemain. Talenta-talenta muda di pelatnas PBSI lebih sering diperam, jarang dikirim ke berbagai turnamen internasional.

Alex Lanier/foto: bwfbadminton.com
Alex Lanier/foto: bwfbadminton.com

Sebagai perbandingan, Alex Lanier dan Alwi Farhan. Dua hari mendatang Lanier menempati ranking 20 dunia, sedangkan Alwi masih di ranking 50-an. Padahal mereka berbarengan naik podium di Kejuaraan Dunia Junior 2023. Alwi Farhan dapat emas karena sukses menjadi juara dunia junior, sedangkan Alex Lanier kebagian medali perunggu.

Tapi, jumlah turnamen bergengsi yang diikuti oleh Alex Lanier jauh lebih banyak dibandingkan Alwi Farhan sepanjang 20 bulan terakhir.

Alex Lanier sejak awal 2023 hingga saat ini sudah mengikuti 1 turnamen Super 750, sekali Kejuaraan Eropa, 2 turnamen Super 500, sembilan turnamen Super 300, dan 2 turnamen Super 100. 

Sedangkan Alwi Farhan oleh PBSI hanya dikirimkan ke 2 turnamen Super 500, lima turnamen Super 300, dan 5 turnamen Super 100. 

Alwi Farhan/foto: PBSI
Alwi Farhan/foto: PBSI
Dari perbandingan tersebut bisa disimpulkan PBSI pasif mengirimkan Alwi Farhan ke ajang Super 300. Sehingga Alwi Farhan kesulitan untuk mendongkrak peringkatnya, dan juga minimn pengalaman menghadapi pemain-pemain top. 

Fadil Imran yang dua pekan silam terpilih sebagai ketua umum baru PBSI, bersama pengurus PBSI yang baru harus segera merancang secara terukur dan tepat pola pengiriman pemain pelatnas ke ajang internasional. 

Agar di masa mendatang dapat terwujud banyak pemain muda Indonesia yang berprestasi di level elit International, dengan target utama meraih medali emas Olimpiade 2028 dan memenangkan gelar Kejuaraan Dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun