Ratusan penonton di South Paris Arena 6 bertepuk tangan dan berteriak gemuruh ketika Rizki Juniansyah menyelesaikan angkatan clean and jerk seberat 199 kg.
Rizki Juniansyah langsung tergeletak sambil menangis di dekat barbel, lalu memeluk barbel yang baru diangkatnya.Â
Dia baru saja membuat rekor baru olimpiade, sekaligus merebut medali emas Olimpiade Paris 2024.
Tim pelatih angkat besi Indonesia juga tampak menangis terharu. Ada Yeni Rochaeni Durachim ibunda Rizki Juniansyah yang turut menyaksikan di bangku penonton South Paris Arena.
Akhirnya terwujud cita-cita besar pengurus, pelatih, dan atlet angkat besi Indonesia yang sejak lama berkeinginan mencapai podium tertinggi di olimpiade.
Keberhasilan Rizki Juniansyah meraih emas olimpiade menjadi pengobat kesedihan yang menimpa kepada kontingen angkat besi Indonesia sehari sebelumnya.Â
Sang legenda Eko Yuli Irawan gagal menyelesaikan angkatan clean and jerk, dan keluar arena dengan kondisi cedera. Memupuskan harapan Eko Yuli untuk meraih medali kelimanya di olimpiade.
Eko Yuli Irawan selama belasan tahun mengharumkan nama Indonesia di kancah olahraga internasional.Â
Eko sudah pernah juara dunia, juga meraih dua perak dan dua perunggu olimpiade. Namun impiannya untuk meraih medali emas olimpiade tak pernah kesampaian.
Hingga akhirnya impian terbesar Eko Yuli untuk mengantarkan angkat besi Indonesia naik ke podium tertinggi olimpiade diwujudkan oleh Rizki Juniansyah.
Tradisi Angkat Besi Menyumbang Medali Olimpiade buat Indonesia di Abad 21
Angkat besi salah satu cabang olahraga paling pertama yang diikuti atlet Indonesia di olimpiade.
Saat Indonesia untuk pertama kalinya tampil di Olimpiade pada tahun 1952, lifter Thio Ging Hwie ikut serta dan tampil apik menempati ranking 8 kelas 67,5 kg.
Setelahnya Indonesia selalu diwakili oleh atlet angkat besi di ajang olimpiade.Â
Medali olimpiade dari angkat besi nyaris didapat Indonesia pada tahun 1988 melalui Dirja Wiharja yang menempati peringkat keempat kelas 56 kg.
Dirja Wiharja saat ini adalah pelatih kepala timnas angkat besi Indonesia yang turut berkontribusi membawa Rizki Juniansyah juara Olimpiade Paris.
Angkat besi kemudian menjadi penyumbang tetap medali olimpiade buat Indonesia saat memasuki abad 21.Â
Dirintis oleh trio lifter wanita Raema Lisa Rumbewas, Winarni, dan Sri Indriyani yang meraih medali di Olimpiade 2000 Sydney.Â
Lisa Rumbewas masih mampu memberikan medali olimpiade buat Indonesia dua kali lagi, di tahun 2004 dan 2008. Di awal tahun 2024, Lisa Rumbewas meninggal dunia karena penyakit epilepsi yang lama dideritanya.
Eko Yuli Irawan dan Triyatno juga menyumbangkan medali di Olimpiade 2008 bersama Lisa Rumbewas.
Angkat besi menjadi penyelamat Indonesia di Olimpiade 2012 London lewat medali dari Eko Yuli dan Triyatno, ketika badminton saat itu tidak menyumbangkan apapun. Triyatno kelak menikah dengan kakak kandung Rizki Juniansyah.
Sepuluh tahun berselang Citra Febrianti mendapatkan haknya sebagai penerima medali perak angkat besi Olimpiade London, karena dua peraih medali sebelumnya kedapatan doping.
Di Olimpiade 2016 Rio De Janeiro, Sri Wahyuni Agustiani menemani Eko Yuli meraih perak angkat besi. Kemudian lifter Windy Cantika Aisah dan Rahmat Erwin Abdullah yang mengikuti keberhasilan Eko Yuli meraih medali Olimpiade Tokyo 2021.
Kini Rizki Juniansyah yang meneruskan tradisi angkat besi menyumbangkan medali buat Indonesia di olimpiade, dengan pencapaian tertinggi meraih emas.
Rizki Juniansyah meraih emas dengan cara tak terduga. Dia sempat dua kali gagal pada angkatan snatch. Satu-satunya angkatan snatch sukses Rizki seberat 155 kg, terkait jauh 10 kg di bawah lifter China, Shi Zhiyong.
Semua pesaing Shi Zhiyong sudah pasrah hanya akan bersaing meraih perak dan perunggu, termasuk Rizki Juniansyah, begitu sesi angkatan snatch selesai.
Namun kejadian tak biasa terjadi. Shi Zhiyong tak mampu melakukan angkatan clean and jerk di tiga kesempatan.Â
Situasi Rizki Juniansyah menjadi di atas angin karena angkatan snatch-nya tertinggi ketiga di bawah Zhiyong, dan juga sukses membuat angkatan pertama clean and jerk seberat 191 kg. Lifter Thailand, Weeraphon Wichuma, sempat menyamai total angkatan Rizki seberat 346 kg.
Namun Rizki Juniansyah dengan tenaga kuatnya berhasil mengangkat barbel 199 kg yang menjadi rekor baru olimpiade, sekaligus memastikan dirinya sebagai juara Olimpiade Paris 2024.Â