Angkat besi menjadi penyelamat Indonesia di Olimpiade 2012 London lewat medali dari Eko Yuli dan Triyatno, ketika badminton saat itu tidak menyumbangkan apapun. Triyatno kelak menikah dengan kakak kandung Rizki Juniansyah.
Sepuluh tahun berselang Citra Febrianti mendapatkan haknya sebagai penerima medali perak angkat besi Olimpiade London, karena dua peraih medali sebelumnya kedapatan doping.
Di Olimpiade 2016 Rio De Janeiro, Sri Wahyuni Agustiani menemani Eko Yuli meraih perak angkat besi. Kemudian lifter Windy Cantika Aisah dan Rahmat Erwin Abdullah yang mengikuti keberhasilan Eko Yuli meraih medali Olimpiade Tokyo 2021.
Kini Rizki Juniansyah yang meneruskan tradisi angkat besi menyumbangkan medali buat Indonesia di olimpiade, dengan pencapaian tertinggi meraih emas.
Rizki Juniansyah meraih emas dengan cara tak terduga. Dia sempat dua kali gagal pada angkatan snatch. Satu-satunya angkatan snatch sukses Rizki seberat 155 kg, terkait jauh 10 kg di bawah lifter China, Shi Zhiyong.
Semua pesaing Shi Zhiyong sudah pasrah hanya akan bersaing meraih perak dan perunggu, termasuk Rizki Juniansyah, begitu sesi angkatan snatch selesai.
Namun kejadian tak biasa terjadi. Shi Zhiyong tak mampu melakukan angkatan clean and jerk di tiga kesempatan.Â
Situasi Rizki Juniansyah menjadi di atas angin karena angkatan snatch-nya tertinggi ketiga di bawah Zhiyong, dan juga sukses membuat angkatan pertama clean and jerk seberat 191 kg. Lifter Thailand, Weeraphon Wichuma, sempat menyamai total angkatan Rizki seberat 346 kg.
Namun Rizki Juniansyah dengan tenaga kuatnya berhasil mengangkat barbel 199 kg yang menjadi rekor baru olimpiade, sekaligus memastikan dirinya sebagai juara Olimpiade Paris 2024.Â