Yon Bayu yang lama menjalani profesi sebagai wartawan politik mengingatkan, pada era 1970an terjadi fenomena aneh, saat itu marak bermunculan tempat-tempat keramat di Indonesia.
Yon Bayu menambahkan, 'Kelir' juga tercipta berdasar pengalaman dirinya mengamati kebiasaan unik laki-laki sepuh di pedalaman Jawa  yang melakukan ritual menyepi (bersemedi) di tempat -tempat sunyi.Â
Kebiasaan menyepi lelaki sepuh Jawa itu terjadi pada lintas generasi dan ragam kepercayaan.
Sampul buku 'Prasa, Operasi Tanpa Nama' memampang ilustrasi sepasang sepatu bot yang biasa dipakai tentara berdampingan dengan dua tangkai bunga mawar. Satu tangkai mawar berdiri tegak dari dalam lubang sepatu, satu lainnya tergeletak terjepit sepatu.
Novel ini menceritakan kisah seorang perempuan bernama Prasa yang tumbuh besar di keluarga perwira tentara bernama Jenderal Progo Subagio.
Prasa ketika dewasa mendapat kenyataan mengejutkan, bahwa dirinya bukanlah anak kandung Jenderal Progo. Rahasia yang disimpan rapat oleh Jenderal Progo hingga akhir hayat.
Prasa kemudian mengetahui asal-usul dirinya dari satu pemukiman di pedalaman hutan. Prasa terpisah dengan keluarga kandungnya karena operasi tanpa nama yang dipimpin Progo.
Diketahui Prasa melalui buku biografi Progo yang ditulis Cakrawira. Buku biografi dbuat Cakrawira untuk kepentingan politik yang dapat membahayakan negaraÂ
Yon Bayu menjelaskan dalam orasi pertanggungjawaban karyanya, peristiwa penggusuran pemukiman untuk kepentingan industri seperti yang terjadi menimpa keluarga kandung Prasa, pernah terjadi di masa lampau, terjadi pula di masa kini, dan mungkin terulang di masa mendatang.
Ide cerita novel 'Prasa' tercetus secara tidak sengaja, bertepatan dengan isu kejahatan hak asasi manusia (HAM) masa lalu yang kembali mengemuka jelang pemilihan umum di Indonesia.