Netralitas dunia olahraga terhadap politik tampaknya hanya omong kosong saja jika melihat perkembangan situasi saat ini.Â
Puluhan federasi olahraga internasional melarang atlet maupun tim dari Rusia bertanding di berbagai kompetisi skala global.Â
Imbas dari himbauan Komite Olimpiade Internasional (IOC) kepada anggotanya, merekomendasikan kegiatan atlet dari Rusia untuk "dibekukan" karena serangan militer negara Beruang Merah tersebut ke Ukraina.
Akibatnya atlet ataupun tim olahraga Rusia yang tak bersalah karena tidak ada sangkut pautnya dengan politik, dirugikan oleh keputusan berbagai federasi olahraga internasional yang memberikan hukuman.
Dari cabang olahraga sepak bola, FIFA melarang timnas Rusia tampil di play off Piala Dunia 2022.Â
Sedangkan UEFA mendiskualifikasi klub Rusia, Spartak Moscow, dari ajang Liga Europa.
Federasi bola voli dunia (FIVB) membatalkan Rusia jadi tuan rumah Piala Dunia 2022 nomor putra, dan juga melarang klub voli Rusia tampil di kompetisi internasional.
Federasi olahraga internasional lainnya yang menghukum atlet Rusia adalah dari cabang olahraga bulu tangkis (BWF), bola basket (FIBA), angkat besi (IWF), berkuda (FEI), Kano (ICF), Surfing (ISA), Modern Pentathlon (UIPM), hoki (FIH), dan lain-lain.
Selain itu, atlet paralimpiade Rusia juga dilarang tampil dalam Olimpiade Musim Dingin Paralimpik yang berlangsung tanggal 4 hingga 13 Maret 2022 di Beijing, China.
Atlet dan tim dari Belarusia juga dilarang bertanding oleh berbagai federasi olahraga dunia. Karena Belarusia membantu Rusia dalam serangan militer ke Ukraina.
Sejauh ini, federasi olahraga terkenal yang masih bersikap netral adalah tenis. ITF, ATP dan WTA masih memperbolehkan petenis asal Rusia dan Belarusia tampil di turnamen internasional.Â
Petenis tunggal putra Rusia, Daniil Medvedev, statusnya sebagai ranking 1 dunia masih dipertahankan oleh pihak ATP.
Pihak komite olimpiade Rusia (ROC) menanggapi hukuman keroyokan yang diberikan federasi olahraga dunia sebagai pelanggan serius yang tidak mempunyai dasar.Â
Pihak Rusia akan mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Internasional (CAS).
Keputusan IOC dan federasi olahraga yang menghukum Rusia dan Belarusia memang melenceng dari nilai-nilai sportifitas.Â
Tidak ada kesalahan dalam konteks olahraga yang dilakukan atlet Rusia dan Belarusia.
Atlet Rusia dan Belarusia tidak melakukan doping, atau membuat pelanggaran serius, semisal pengaturan skor, atau perkelahian brutal yang membahayakan nyawa di dalam lapangan.
Atlet dari dua negara yang dihukum tersebut juga tidak melakukan kejahatan serius seperti yang dibuat striker Manchester United, Mason Greenwood.
Jadi, cukup aneh keputusan IOC dan anggotanya yang menghukum atlet-atlet Rusia yang tidak bersalah.
Situasi ini menjadi hipokrit buat federasi olahraga dunia yang selama ini selalu menggemborkan slogan netralitas sport dari kancah politik.
Presiden IOC, Thomas Bach, baru saja beberapa minggu lalu menegur atlet dan media yang membawa-bawa persoalan politik di Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Ironisnya, IOC malah ikutan berpolitik, menghukum atlet Rusia yang tidak bersalah. Secara tidak langsung IOC memihak kepada pihak Ukraina.
Seharusnya federasi olahraga internasional bisa tetap netral, dan menjadi pembawa pesan perdamaian.Â
Akan lebih elegan jika dalam kondisi perang saat ini, ada federasi olahraga yang memfasilitasi pertandingan yang mempertemukan atlet Rusia dan Ukraina.Â
Dan kedua kubu bertanding dengan damai di lapangan. Membawa pesan bahwa damai itu indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H