Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cara Rusia Meredam Hoaks yang Digemborkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

1 Maret 2022   14:18 Diperbarui: 1 Maret 2022   15:06 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Informasi dari media-media Barat yang berpihak, membuat banyak fakta yang sebenarnya terjadi dalam konflik di wilayah Ukarina sering melenceng dalam pemberitaan yang beredar luas di seantero dunia.

Perusahaan media sosial raksasa berafiliasi Barat seperti Meta (Facebook) dan  YouTube (Google) malah dengan sewenang-wenang memblokade informasi dari pihak Rusia.

Sehingga terjadi ketidakseimbangan informasi dalam konflik Rusia dan Ukraina.

Akibatnya, propaganda ngawur dari pihak pemerintah Ukraina yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelensky, malah dianggap sebagai kebenaran. Karena dibantu pemberitaan masif dari media-media Barat yang tendensius.

Presiden Volodymyr Zelensky pada hari Jumat pekan lalu (25/2) menggemborkan berita hoaks terkait masuknya militer Rusia di wilayah Pulau Zmiinyi yang terletak di Laut Hitam.

Zelensky dalam pidatonya mengucapkan bahwa ada 13 anggota marinir Ukraina yang menjaga Pulau Zmiinyi telah tewas dibantai pihak militer Rusia.

Presiden Zelensky menambahkan, bahwa serdadu Ukraina yang gugur di Pulau Zmiinyi dijadikan sebagai pahlawan nasional, dan diberikan medali kehormatan.

Masyarakat dunia pun geram, dan mengecam kekejian pihak Rusia setelah mendengar kabar dari Zelensky yang dulunya adalah aktor komedi.

Zmiinyi yang dikenal luas dengan nama Pulau Ular adalah pulau berbatu seluas 16 hektar milik Ukraina, terletak sekitar 300 km arah barat wilayah Crimea. 

Pulau Zmiinyi/foto: 123rf.com
Pulau Zmiinyi/foto: 123rf.com

Sentra wilayah konflik Rusia dan Ukraina saat ini di kawasan Crimea yang bersisian dengan Laut Hitam.

Melihat hoaks yang digemborkan Volodymyr Zelensky, pihak Rusia membalasnya dengan cara santai.

Militer Rusia menayangkan video kondisi riil di Pulau Ular. Tidak ada serdadu Ukraina yang dibunuh dengan mortir oleh militer Rusia.

Tangkapan layar video tentara Rusia memberi ransum makanan kepada tawanan di Zmiinyi/RT.com
Tangkapan layar video tentara Rusia memberi ransum makanan kepada tawanan di Zmiinyi/RT.com

Fakta sebenarnya adalah terdapat 82 marinir Ukraina penjaga Pulau Zmiinyi dalam keadaan hidup ditawan oleh Rusia.

Tawanan di Pulau Ular diperlakukan dengan baik oleh Rusia, diberikan ransum makanan. 

Beredarnya video tentara Rusia membiarkan hidup marinir Ukraina di Pulau Ular, membungkam kabar bohong yang dicetuskan pemerintah Ukraina.

Hari ini (1/3) kantor berita RT yang berafiliasi dengan Rusia menayangkan video wawancara dengan dua pemimpin komando marinir Ukraina di Pulau Ular yang ditawan. (link video)

Ruslan Murenko, komandan Brigade 35 marinir yang menjaga Pulau Zmiinyi saat diwawancarai RT mengatakan bahwa Zelensky tidak tahu ada anggota angkatan laut Ukraina yang menjaga tempat itu.

Murenko menambahkan, dia kecewa dengan pernyataan Zelensky yang mengabarkan kalau mereka telah mati tanpa dikonfirmasi terlebih dulu.

Alexander Molotokov, komandan pasukan mortir Batalyon 88 marinir Ukraina yang menjaga Pulau Ular, dalam wawancara kepada RT mengatakan bahwa pasukannya tidak butuh medali kehormatan yang diberikan pemerintah Ukraina.

Molotokov dan pasukan marinir yang ditawan kecewa berat kepada pemerintah Ukraina yang membiarkan mereka tanpa dukungan. 

Dalam pandangan Alexander Molotokov, pemerintah Ukraina saat ini sangat buruk. Pasukan tentara Ukraina yang masih hidup diberitakan telah mati tanpa dicek terlebih dulu.

Tangkapan layar video wawancara marinir Ukraina yang ditawan Rusia/RT.com
Tangkapan layar video wawancara marinir Ukraina yang ditawan Rusia/RT.com

Momen penawanan tentara Ukraina di Pulau Zmiinyi yang sebelumnya dikabarkan dibunuh oleh militer Rusia adalah salah satu contoh banyak informasi bohong beredar terkait konflik antara Rusia dengan Ukraina. 

Bahkan informasi hoaks diucapkan oleh seorang presiden yang punya agenda kepentingan. Hal ini terjadi karena kecenderungan informasi satu arah yang dikuasai oleh media-media dari negara Barat.

Saya menyimak postingan-postingan di media warga ini cenderung "menelan mentah" info dari media berafiliasi Barat, tanpa menyeimbangkannya dari pihak bersebelahan

Selama ini tidak pernah beredar luas berita tentang kekejaman milisi Ukraina yang secara brutal menembaki banyak warga sipil Ukraina, karena warga sipil Ukraina yang ditembaki itu sedang berusaha mengungsi. 

Juga tidak diberitakan secara mendalam oleh media, apa alasan Jerman menghindar dari konflik di Ukraina. 

Kalau disimak mendalam lewat seliweran postingan medsos di Telegram, terkuak bahwa sebagian besar milisi Ukraina yang bertempur berpaham Neo Nazi.

Dibuktikan dengan foto-foto mereka mengibarkan bendera dengan lambang swastika Nazi. Itulah alasan kuat bagi Jerman untuk menghindar dari konflik di Ukraina.

Milisi Ukraina berpaham Neo Nazi/foto:AP-Andrew Marienko
Milisi Ukraina berpaham Neo Nazi/foto:AP-Andrew Marienko

Juga tidak pernah diberitakan oleh media-media Barat, gelombang pengungsi Ukraina yang menuju wilayah Rusia. 

Keseimbangan informasi itu sangat diperlukan untuk melihat secara jernih situasai konflik di sana. 

Lalu, dari mana saya bisa memilah info yang benar terkait konflik Rusia dan Ukraina?  Apakah saya omong kosong membuat opini sembarangan?

Selain membaca dan menonton berita serta video dari media Barat, saya juga menyimak info dari media Rusia. Dan juga memperhatikan medsos warga Ukraina di Telegram. 

Info lebih valid saya dapatkan dari dua orang kawan saya di salah satu aplikasi streaming. Keduanya tinggal di wilayah konflik. 

Satu orang dari teman saya tersebut adalah warga Ukraina yang tinggal di Sevastopol, Crimea. Satu lainnya adalah orang Rusia yang tinggal di Kaluga. 

Saya berteman akrab di aplikasi dengan orang Ukraina dan Rusia itu sejak setahun lalu. 

Bukti perkawanan saya di aplikasi dengan seseorang yang tinggal di wilayah konflik Ukraina/dokpri
Bukti perkawanan saya di aplikasi dengan seseorang yang tinggal di wilayah konflik Ukraina/dokpri

Saya dapat berkomunikasi lancar dengan teman dari Ukraina dan Rusia menggunakan bahasa Inggris, karena kebetulan keduanya pernah tinggal di Kaliningrad. 

Untuk diketahui, orang Rusia dan Ukraina itu enggan menggunakan bahasa Inggris, dan tidak menggunakan aksara Latin. Hanya warga Kaliningrad saja di kawasan Rusia yang fasih berbahasa Inggris. 

Dokomen pribadi
Dokomen pribadi

Sebagai penutup, saya membuat postingan ini bukan unruk memihak Rusia. Tapi ingin memberikan kabar penyeimbang dari banyak artikel Kompasianer yang cenderung menelan mentah info dari satu pihak.

Saya berharap perdamaian antara Rusia dan Ukraina segera terwujud. Kedua belah pihak sehari lalu sudah melakukan perundingan pada fase pertama.

Perundingan damai Rusia dan Ukraina/sumber:RT.com
Perundingan damai Rusia dan Ukraina/sumber:RT.com

(catatan: saya tidak membagikan akun teman saya di Rusia dan Ukraina, demi menjaga keamanan keduanya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun