Sejarah awal mula reward buat pengguna Kompasiana. Inilah topik perdana seri tulisan 'Klasikasiana' yang akan saya posting secara rutin di akun ini.
Klasikasiana adalah serial kisah seru untuk mengenang kejadian menarik yang terjadi pada masa lampau (5 tahun lalu atau lebih) di Kompasiana.
Seri tulisan Klasikasiana dibuat bukan sekadar untuk mengingat romantisme masa lalu.Â
Klasikasiana diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi atau ide buat pelaku citizen journalism untuk membuat karya-karya kreatif yang segar di masa kini dan mendatang.
Kompasiana yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 22 Oktober 2008 kini jadi salah satu platform blog lokal Indonesia paling senior yang masih eksis hingga kini.
Dari laporan yang dirilis oleh Kompasiana per Desember 2021 sudah ada 40.519 akun yang tervalidasi dari 843.679 member/akun yang terdaftar.
Dari member yang sudah tervalidasi itu, ada 672 akun yang sudah mendapatkan verifikasi centang biru.
Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa Kompasiana merupakan komunitas media warga yang sangat besar di Indonesia.
Karena besarnya peran Kompasianer dalam membesarkan nama media warga ini, maka pihak pengelola Kompasiana pun berinteraksi untuk memberikan reward kepada pengguna.
Ada berbagai macam kegiatan Kompasianer yang diberikan reward. Antara lain program K-Rewards bulanan, atau program momen tertentu semisal PETASAN.
Sejarah awal mula reward buat pengguna Kompasiana terjadi karena momen sederhana yang terjadi 12 tahun silam.
Artikel berjudul "Mengapa Orang Yahudi Banyak yang Pintar" yang diposting mantan KASAU, Marsekal (Purn) Chappy Hakim pada 5 Februari 2009 membuat rekor baru sebagai postingan paling banyak dikomentari di Kompasiana pada waktu itu.
Rekor baru yang dibuat postingan Chappy Hakim itu melewati pemilik rekor sebelumnya Agus Hermawan lewat tulisan berjudul "UU Pornografi, Manekin Telanjang'
Karena rekor baru yang dibuat postingan "Mengapa Orang Yahudi Banyak yang Pintar", membuat founder Kompasiana, Pepih Nugraha terpikir untuk mencari sponsor untuk memberikan penghargaan kepada Kompasianer yang berprestasi.
Penghargaan akan diberikan kepada Kompasianer yang meraih komentar atau pembaca yang banyak. Atau penghargaan kepada postingan terbaik dalam jangka waktu tertentu.
Penghargaan dalam bentuk reward itu agar suasana Kompasiana semakin ramai meriah, hidup dan berwarna.
Pemikiran Pepih Nugraha yang berniat untuk memberikan reward kepada Kompasianer berprestasi dituliskan dalam postingan berjudul "Pecahlah Rekor Komentar Terbanyak Kompasiana.'
Kompetisi liputan warga dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 jadi titik awal pemberian reward bagi pengguna Kompasiana.
Akun resmi Kompasiana dalam postingan oer tanggal 14 Juli 2009 mengumumkan nama 17 Kompasianer pemenang laporan Pilpres berhadiah bingkisan berupa sehelai kaos edisi baru Kompasiana, satu tiket nonton gratis di XXI, pulpen dan sticker.
Hadiah pemenang liputan warga di Pilpres 2009 mungkin terlihat sederhana bagi netizen masa kini.
Tapi, bagi netizen masa lampau menjadi kebanggaan besar apabila bisa memakai kaos yang tercantum nama brand platform blog beken saat itu seperti Kompasiana, Blogdetik, Blogsome atau Dag Dig Dug.
Di pengujung bulan Juli 2009, Kompasiana mengumumkan dua nama pemenang lomba blog yang hadiahnya tiket nonton pertandingn Manchester United di Jakarta.
Seperti yang kita ketahui, pihak Manchester United akhirnya membatalkan pertandingan persahabatan melawan timnas Indonesia. Karena beberapa waktu sebelum laga digelar terjadi ledakan bom di hotel JW Marriott Kuningan, Jakarta.
Momen tragedi ledakan bom di hotel JW Marriott Kuningan tersebut menjadi inspirasi buat Kompasiana membuat kontes blog bertajuk "Indonesia Unite".
"Indonesia Unite" digelar sebagai bagian dari gerakan masyarakat Indonesia dalam melawan teroris.
Kompasiana memberikan hadiah 3 KompasPhone dan belasan polo shirt dalam kontes "Indonesia Unite".
Itulah cikal bakal penghargaan berbentuk reward yang diberikan pengelola Kompasiana buat penggunanya.
Saat ini Kompasiana dengan nama besarnya sudah mampu memberikan hadiah K-Rewards senilai total puluhan juta rupiah di tahun 2021. Semua itu bermula dari pemikiran sederhana seorang Pepih Nugraha di bulan Februari 2009.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H