Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bermesraan dengan Danau Toba Nauli

26 September 2021   23:59 Diperbarui: 27 September 2021   00:04 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dokumentasi Sentosa Resort Muara

Saya sontak tersenyum bahagia saat melihat video 'The Heart Beat of Toba' yang diunggah channel YouTube Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).


Pikiran saya mengawan-awang terkenang masa-masa intim dengan Danau Toba yang indah.

Perkenalan intim pertama saya dengan Danau Toba terjadi belasan tahun silam. Tepatnya tahun 2007.  Saya kala itu masih bergelut kerja di bidang perhotelan.

Saya yang baru menyelesaikan kontrak sebagai staf rendahan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, direkomendasikan oleh oom untuk mencoba karier pekerjaan baru di sekitaran Danau Toba.

Oom saya punya kenalan akrab seorang pengusaha properti yang baru saja membangun hotel di pinggir Danau Toba. Nama pengusaha itu adalah pak Togatorop.

Pak Togatorop bersama rekan-rekannya membangun hotel bintang tiga pertama di kabupaten Tapanuli Utara.

Nama hotelnya adalah Sentosa Lake Resort. Lokasinya di Kota Muara, berhadapan langsung dengan Pulau Sibandang.


Saat saya baru tiba di kota Muara dari Jakarta, kebetulan ada pak Togatorop sedang menginap di Sentosa Resort.

Pak Togatorop sempat mengajak saya dan beberapa staf hotel untuk mengelilingi Muara dan sekitarnya. Kami berkeliling menggunakan bus hotel berukuran sedang.

Saya masih ingat betul betapa takjubnya hati saat pertama kali menatap keindahan Danau Toba dari Hutaginjang. Mata saya tak mau lepas menatap permukaan danau yang tenang berwarna agak kebiruan.

Karena pesona keindahan yang luar biasa, Danau Toba kini menjadi destinasi wisata super prioritas Wonderful Indonesia.

MUDAHNYA AKSES BERKUNJUNG KE TOBA

Saat pertama kali mengunjungi Hutaginjang itu, telinga saya juga menyimak ucapan pak Togatorop yang bercerita banyak tentang potensi pariwisata di tempat tersebut yang belum tergali.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi


Pada waktu itu infrastruktur pendukung Industri pariwisata di sekitaran Danau Toba belum sebagus sekarang.

Bandar udara internasional Silangit belum melayani penerbangan pesawat angkut berukuran besar

Bandar udara internasional Kuala Namu, dan jalan tol Medan-Tebing Tinggi belum dibangun.

Saat itu waktu tempuh perjalanan dari kota Medan ke kawasan Danau Toba di Parapat mencapai 3 jam lebih. Dan bisa mencapai 5 jam untuk mencapai kota Muara dari Medan.

Kini sangat mudah akses berkunjung ke Danau Toba. Pengunjung dari luar provinsi Sumatera Utara yang ingin melancong ke Danau Toba bisa langsung ke Bandara Sisimangaraja XII Silangit yang terletak di dekat kota Siborong-borong, Tapanuli Utara.

Dari Bandara Silangit hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai Danau Toba di kawasan Muara atau kota Balige.

Pengunjung bisa menggunakan bus DAMRI trayek tujuan kota Tarutung di Kabupaten Tapanuli Utara, kota Sidikalang di Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Parapat di Kabupaten Toba Samosir.

Atau bisa memesan taksi dan mobil travel yang akan mengantarkan ke lokasi tujuan di sekitar Danau Toba.

BERMESRAAN INTIM DENGAN TOBA

Tidak cukup sehari untuk mengelilingi Danau Toba yang sangat luas. Anda butuh waktu sekitar seminggu untuk menikmati secara utuh Heritage of Toba.

Danau Toba mengelilingi tujuh kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Tobasa (Toba Samosir), Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Humbang Hasundutan

Masyarakat setempat menyebut danau ini Tao Toba. Danau dengan bentang alam menakjubkan yang menyimpan banyak teka-teki.

Kaldera Toba terbentuk karena ledakan maha dahsyat supervolkano 74 ribu tahun lalu.

Kaldera tersebut dipenuhi dengan air sedalam 508 meter seluas 1.130 km persegi dan menjadi danau vulkanik terbesar di dunia.

Air dari ratusan sungai di perbukitan sekeliling menjadi sumber air Danau Toba. Hanya satu pintu keluar air di Tao Toba, yaitu Sungai Asahan.

Berbagai biota air bisa dlihat di Tao Toba. Saya pernah melihat nelayan setempat memancing ikan endemik yang namanya Ihan Batak.

Ihan Batak yang sisiknya berwarna terang keemasan hanya bisa hidup di akiran sungai jernih dan berarus deras, atau di dasar danau pada suhu 20 hingga 24 derajat Celcius.

Sewaktu dulu sedang tidak ada tamu di Sentosa Resort, kami para staf sering berkumpul bareng di restoran outdoor yang terletak di pinggir danau, sembari mengobrol santai sambil menikmati pesona keindahan lembayung senja.

Kami terhibur menyaksikan tingkah laku ribuan ekor ikan endemik pora-pora yang menyembulkan muncung di permukaan air.

Terhibur pula dengan beragam jenis burung yang terbang lalu-lalang menghiasi langit Toba.

Belasan tahun silam, warga kota Muara sangat antusias akan keberadaan hotel yang berdiri megah di tepi Danau Toba.

Mereka sangat senang tiap akhir pekan banyak tamu-tamu dari luar kota datang berkunjung ke sana.

Dalam kultur budaya masyarakat Batak, setiap laki-laki adalah anak raja, sedangkan perempuan dianggap sebagai putri raja (boru ni raja).

Karena itu, Anda orang luar yang berkunjung ke sekitar Tao Toba akan dianggap sebagai tamu para raja.

Menurut cerita opung Sianturi pemilik warung mie sop langganan saya di Muara, sejak dulu kala orang Batak menyambut tamu dengan meriah.

Tamu disambut dengan ucapan kata 'Horas' diiringi dengan musik gondang uning-uningan, lalu dipakaikan ulos, kain khas Batak.

Biasanya proses penyabutan besar-besaran tamu terjadi dalam proses pernikahan sejoli antar huta (kampung).

Huta Siallagan salah satu tempat wisata di kawasan Toba yang rutin menyajikan penyambutan tamu nan ramah ala orang Batak.

Seiring waktu menjalani pekerjaan di Muara, saya pun mulai akrab dengan kuliner di kawasan Tao Toba.

Menikmati sensasi makanan pedas yang ditambahkan rempah andaliman yang rasanya khas hingga membuat lidah bergetar.

Merasakan masakan lokal Batak dengan bahan baku daun bangun-bangun, atau masakan yang ditambahkan kecombrang yang sensasi nikmatnya luar biasa.

Melahap mie gomak yang porsinya besar, dan merasakan manisnya ombus-ombus kalau berkunjung ke Siborong-borong.

Saat melancong ke Tarutung, saya tak lupa untuk mampir membeli kacang Sihobuk, kudapan khas Sipoholon yang renyah.

Di Sipoholon ada banyak pemandian air panas. Berapa nikmat rasanya menguyah telur asin dengan cocolan sambal andaliman, sembari minum teh manis atau kopi, setelah mandi atau berenang di kolam air panas Sipoholon.

Beberapa lokasi pemandian air panas lainnya yang ada di Tapanuli Utara adalah Air Soda Parbubu Tarutung, Lehu Garaga, pemandian Hutabarat.

Jus terong Belanda minuman yang sering saya pesan saat melepaskan dahaga di sana.

Saya menyukai rasa terong Belanda yang kecut manis berwarna kemerahan. Orang setempat menyebut terong Belanda, 'tiung'.

Di awal perkenalan kami, saya harus berpisah saat sedang mulai sayang-sayangnya dengan Tao Toba Nauli (terjemahan- Danau Toba yang indah).

Saya hanya enam bulan bekerja di hotel Muara, karena ada tawaran pekerjaan dari tempat lain di kota besar.

Tapi, ada kejutan besar tak terduga dalam hidup saya sehingga beberapa tahun kemudian bisa bermesraan lagi dengan Danau Toba.

DANAU TOBA DESTINASI WISATA DUNIA

Saya terpingkal-pingkal melihat cuplikan video seorang gadis kecil dengan enerjik menyanyikan lagu Blackpink di depan ratusan orang yang sedang menghadiri resepsi pernikahan di tepi danau. Gadis kecil dalam video itu adalah Tirza, keponakan saya yang baru kelas 1 SD.

Tirza putri adik kandung saya yang tahun 2012 menikah dengan lelaki asli pinggir Danau Toba. Tirza dalam video itu sedang menyanyi di acara pernikahan Tante adik kandung papanya.

Saya tak menyangka, bakal mempunyai ipar yang berasal dari kawasan Toba, enam tahun setelah pertama kali menginjakkan kaki di Hutaginjang. Marga ipar saya adalah Aritonang.

Kampung halaman adik ipar yang saya panggil 'lae', lokasinya persis di bawah tempat penatapan Hutaginjang. Nama kampungnya Sitanggor yang tempatnya persis di tepi danau.

Lae Aritonang pernah mengajak rombongan keluarga saya liburan ke Sitanggor. Saya akhirnya bisa bermesraan akrab lagi dengan Danau Toba yang kini telah menjadi destinasi super prioritas.

Profesi keluarga besar ipar saya di Sitanggor adalah penjual sembako di pasar kota Muara. Mereka dulu pernah punya kapal kayu yang mengantarkan penumpang dari Muara ke Balige atau Bakkara.

Saat saya pertama kali mengunjungi Sitanggor, pembangunan infrastruktur pariwisata di kawasan Toba sudah mulai digenjot pemerintah pusat dan daerah. Kini jalanan di DSP Toba sudah mulus beraspal tebal.

Moda transportasi modern KMP Ihan Batak yang mampu mengangkat enam bus berukuran besar sudah disediakan oleh pemerintah untuk mengeksplorasi Danau Toba dari kawasan Parapat ke Pulau Samosir.

Pemerintah pusat saat ini sedang merampungkan pembuatan Jembatan Aek Tano Ponggol sepanjang total 294 meter yang akan menghubungkan Pulau Samosir dan daratan Sumatera untuk mendukung pengembangan Danau Toba sebagai destinasi super prioritas Wonderful Indonesia.

Bulan Juli 2020, Kaldera Toba ditetapkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO.

Dilansir situs Kementerian Luar Negeri Indonesia, pemerintah berhasil meyakinkan UNESCO bahwa Kaldera Toba memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati.

Penetapan Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark dapat mendorong pengembangan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut. Membuka peluang bagi masyarakat setempat  untuk promosi budaya, produk lokal serta penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih luas.

Pemerintah sedang menggalakkan program MICE di Indonesia aja untuk menambah banyak wisatawan.

Kemenparekraf menyiapkan kawasan Toba sebagai destinasi meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE) favorit di Indonesia selain Jakarta dan Bali.

Festival Pesta Danau Toba yang megah merupakan salah satu program pemikat bagi wisatawan untuk datang berkunjung.

Lae Aritonang yang lahir di tepian Danau Toba pernah berkata kepada saya, "Saya tak pernah melihat surga. Tapi saya lahir dan tumbuh besar di lingkungan sekitar yang seperti surga. Saya berharap banyak orang di dunia bisa merasakan surga di Tao Toba."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun