Momen di Olimpiade London itu menjadi penguat mental Greysia yang sejak saat itu tidak mau pilih-pilih lawan, semua harus dikalahkan. Greysia akhirnya bisa menjadi juara Asian Games dan SEA Games bersama Nitya.Â
Pelatih pelatnas ganda putri Indonesia, Eng Hian, sosok yang membuat Greysia urung pensiun setelah Nitya Maheswari pensiun akibat cedera.
Greysia akhirnya berpasangan dengan remaja putri asal Konawe, Apriyani Rahayu, karena momen tak disengaja.
Pada suatu ketika suasana pelatnas sedang sepi karena hampir semua pemain sedang tampil di turnamen luar negeri. Kebetulan hanya Greysia dan Apriyani pemain ganda putri yang latihan di lapangan pelatnas.
Asisten pelatih Hafidz melihat permainan Grey dan Apri klop saat latihan, sehingga direkomendasikan kepada Eng Hian untuk dipasangkan.
Tak diduga, juara turnamen Thailand Open 2017 sukses direngkuh Apriyani dsj Greysia yang baru sebulan dipasangkan. Itulah awal mula kisah duet GreyAp bisa menjadi ganda putri nomor 1 Indonesia.
Apriyani Rahayu berasal dari keluarga sederhana di kota kecil provinsi Sulawesi Tenggara. Dia pertama kali main bulu tangkis memakai raket kayu buatan opande (sapaan Apri buat ayah).Â
Omande (ibunda) rajin mengantar Apriyani ke berbagai turnamen lokal. Omande akan menyiapkan sayur-mayur untuk dijual apabila Apri butuh tambahan uang jajan.
Saat pertama kali merantau ke Jakarta di usia 13 tahun, Apriyani Rahayu sempat tak diterima masuk klub PB Pelita Bakrie yang dilatih Icuk Sugiarto.Â
Kegigihan pak Alif (pengurus pemprov Sulawesi Tenggara) yang memohon kepada Icuk Sugiarto agar Apri menjalani uji coba selama 3 bulan, menjadi pembuka jalan karier Apriyani Rahayu.