Suporter Indonesia saat ini pasti tegang menantikan misi berat duet Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavanti yang akan berjuang keras merobohkan 'tembok kokoh' China di Olimpiade Tokyo.
'Tembok kokoh' China yang dimaksud adalah pasangan Zheng Siwei/Huang Yaqiong yang akan dihadapi Praveen/Melati pada babak perempat final.
DUET SUPER SIWEI-YAQIONGÂ
Zheng Siwei/Yang Yaqiong duet super, salah satu terbaik sepanjang masa di nomor ganda campuran bulu tangkis.
Siwei/Yaqiong yang saat ini menempati ranking satu dunia, jarang mengalami kekalahan sejak pertama kali dipasangkan pada turnamen Macau Open 2017.Â
Sebelum diduetkan oleh tim pelatih China, Siwei dan Yaqiong sudah punya prestasi ciamik bersama mantan rekan duet masing-masing di nomor ganda campuran.
Huang Yaqiong meraih gelar juara turnamen prestisius All England Open di awal tahun 2017.Â
Sedangkan Zheng Siwei dan mantan tandemnya Chen Qingchen masih berstatus sebagai ranking 1 dunia saat keduanya dicerai.Â
Badminton lover pada saat itu sempat heboh dengan keputusan tim pelatih China yang merombak susunan pasangan ganda campuran.Â
Pada akhirnya keputusan tim pelatih China memadukan Siwei dan Yaqiong adalah pilihan yang tepat.Â
Rekor menang kalah Siwei/Yaqiong hingga saat ini adalah 149-15. Jumlah lawan yang dapat mengalahkan mereka bisa dihitung dengan jari tangan.
Segudang gelar juara bergengsi telah direngkuh duet super China. Doa titel juara dunia, dan hampir 30 kali naik podium tertinggi dirsih Siwei dan Yaqiong di turnamen BWF World Tour dan Super Series.Â
Medali emas olimpiade adalah puncak prestasi yang sedang diburu oleh Siwei/Yaqiong.Â
Dan mereka akan mendapat hadangan dari Praveen/Melati yang sedang membawa beban cukup berat untuk mempertahankan medali emas olimpiade bagi Indonesia di nomor ini.Â
PRAMEL SPESIALIS PEMBUAT KEJUTANÂ
Praveen Jordan pernah membuat prestasi gemilang meraih juara All England saat masih berduet dengan Debby Susanto.
Sewaktu Debby Susanto memutuskan mundur dari pelatnas PBSI di pengujung tahun 2017, Praveen memilih Melati Daeva sebagai partner baru dengan alasan yang bisa membuat orang tertawa.
"Cantik begini jadi kan enak di lapangan. Gitu sih awal mulanya. Kalo mau marah juga gak bisa," ucap Praveen kepada jurnalis saat ditanya kenapa memilih Melati sebagai tandem, dilansir Bolasport.
Melati Daeva sendiri prestasinya bisa dibilang medioker sebelum berduet dengan Praveen.Â
Malaysia Masters 2018 merupakan turnamen perdana bagi Praveen/Melati. Di ajang itu mereka bisa menang atas Yuta Watanabe/Arisa Higashino di babak 1, dan kalah oleh Siwei/Yaqiong di babak 2.
Yang menarik, Watanabe/Higashino serta Siwei/Yaqiong akhirnya jadi lawan PraMel di Olimpiade Tokyo.
Butuh waktu cukup lama bagi duet PraMel (Praveen/Melati) untuk menemukan chemistry yang kuat untuk menjadi pemenang.Â
Hampir 2 tahun lamanya bagi PraMel hingga bisa naik podium juara untuk pertama kali pada ajang Denmark Open.
Praveen Jordan/Melati Daeva merebut juara Denmark Open di bulan Oktober 2019 saat banyak orang mulai meragukan kemampuan mereka.Â
PraMel selalu kalah dalam lima pertandingan final turnamen sebelumnya. Posisi Praveen Jordan di pelatnas PBSI pada waktu itu pun sedang terancam.Â
Ucok, panggilan akrab Praveen, baru dimarahi pelatih pelatnas karena ketahuan beberapa kali keluyuran keluar malam.
Duet PraMel sempat ingin dibubarkan pelatih dan rencananya tak dibawa dalam tur Eropa di pengujung tahun 2019.
Dalam posisi terancam keluar dari pelatnas, Praveen/Melati akhirnya bisa membuktikan diri buat prestasi bagus menjuarai Denmark Open, setelah di final mengalahkan pasangan China, Wang Yilyu/Huang Dongping.
Penggemar badminton seantero dunia tambah terperangah karena PraMel kembali menjadi juara di French Open, seminggu setelah Denmark Open.Â
Dan lawan yang dikalahkan PraMel adalah ganda campuran terkuat di dunia, Siwei/Yaqiong.
Praveen/Melati menjadi pasangan yang disegani setelah keduanya sukses juara di All England Open 2020.Â
MODAL PRAMEL TANTANG SIWEI-YAQIONGÂ
Seluruh badminton lover Indonesia geregetan melihat penampilan buruk Praveen/Melati di pertandingan pamungkas grup C Olimpiade 2020.Â
Sehingga PraMel kalah telak 13-21 10-21 oleh lawannya Yuta Watanabe/Arisa Higashino.
Akibatnya PraMel hanya menjadi runner-up grup, dan berjumpa dengan pasangan kuat China di perempat final.Â
Rekor pertemuan, Siwei/Yaqiong unggul 7-2 atas Praveen/Melati. Statistik head to head itu yang membuat sebagian besar penggemar mulai tidak yakin PraMel bisa melangkah ke semifinal.
Tapi, banyak yang lupa kalau 2 kemenangan PraMel itu didapatkan dari 3 pertemuan terakhir melawan Siwei/Yaqiong.Â
Duel antara kedua pasangan tersebut pun berlangsung alot rubber-set dalam tiga pertemuan terakhir di BWF World Tour Finals, French Open dan Denmark Open tahun 2019.
Hanya ada empat pasangan yang pernah lebih dari satu kali kalahkan Siwei/Yaqiong. Yaitu Praveen/Melati, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Watanabe/Higashino, Dechapol/Sapsiree.
Praveen dan Melati juga punya keunggulan pada awal tahun 2021 sempat merasakan atmosfer pertandingan pada tiga turnamen yang berlangsung di Thailand.Â
Sedangkan Siwei/Yaqiong sebelum olimpiade, tanding terakhir kali di All England bulan Maret 2020 saat Praveen/Melati juara.Â
Pengalaman tampil di perempat final olimpiade bisa juga menjadi modal bagus bagi Praveen Jordan untuk mengatasi tekanan berat di pertandingan krusial.
Praveen Jordan pernah merasakan pahitnya kalah di perempat final Olimpiade 2016 bersama Debby Susanto, kalah dari Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang akhirnya meraih medali emas.
Pengalaman pahit tersebut kiranya bisa menjadi bahan evaluasi bagi Praveen dan Melati untuk bisa menaklukkan duet super dari China.
Pertandingan Praveen Jordan/Melati Daeva versus Zheng Siwei/Huang Yaqiong di perempat final olimpiade digelar pada Rabu pagi (28/7), 08:20 WIB. Siaran langsung bisa Anda saksikan di tayangan TVRI, Indosiar, dan VIDIO.com.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H