Kategori lomba panahan beregu baru pertama kali dipertandingkan di Seoul dalam olimpiade modern. Pemanah putri Indonesia tidak diperhitungkan dalam persaingan di Olimpiade 1988.Â
Saat itu ada trio pemanah Korea Selatan yang menyapu bersih medali nomor individual. Ada pula duet pemanah Tiongkok, Ma Xiangjun dan Yao Yawen, pemenang dan ranking 3 Kejuaraan Dunia Panahan tahun 1987.Â
Ikut serta pula trio pemanah Uni Soviet yang merupakan pemenang beregu Kejuaraan Dunia Panahan 1987. Terdapat pula tim putri Amerika Serikat yang sudah sering menjadi juara dunia.Â
Kiprah trio srikandi Indonesia di Olimpiade Seoul dimulai pada tanggal 27 September. Lomba panah digelar di Hwarang Archery Field.Â
Nurfitriyana-Lilies-Kusuma mengawali kiprah mengikuti preliminary ranking round nomor individual. Saat itu ada 62 pemanah putri yang berkompetisi. Hanya 24 pemanah yang membuat poin tertinggi berhak lolos ke babak berikutnya.Â
Jumlah total poin yang dibuat Nurfitriyana-Lilies-Kusuma dalam preliminary ranking round nomor individual bakal diperhitungkan ke dalam nomor beregu. Saat itu ada 15 negara yang ikut lomba beregu putri.Â
Setiap pemanah yang tampil dalam preliminary ranking round nomor individual diberikan kesempatan membidik 144 anak panah dari jarak 30 meter, 50 meter, 60 meter, 70 meter.Â
1440 jumlah poin maksimal yang bisa diraih setiap pemanah. Setiap anak panah yang mengenai lingkaran tengah bulls eye (papan target) mendapat poin maksimal 10.Â
Nurfitriyana Saiman Lantang sukses membuat 1258 poin, sehingga menempati ranking 12 preliminary ranking round nomor individual. Nurfitriyana berhak lolos ke babak berikutnya.Â
Kusuma Wardhani lolos juga ke babak berikutnya setelah meraih 1239 poin (ranking 20). Sedangkan Lilies Handayani hanya menempati ranking 30 dengan perolehan 1223 poin, sehingga gagal ke fase berikutnya.Â
Kusuma Wardhani akhirnya tersingkir di babak kedua nomor individual setelah hanya menjadi ranking 19 dari 24 peserta. Sedangkan Nurfitriyana Lantang sukses melaju hingga ke babak semifinal nomor individual.Â