Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kenalan dengan 5 Atlet Asia Tenggara Peraih Emas Olimpiade Rio

23 Agustus 2016   06:39 Diperbarui: 23 Agustus 2016   18:54 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hoàng Xuân Vinh/ dantri.com.vn

Olimpiade 2016 Rio De Janiero cukup ramah bagi atlet-atlet dari benua Asia yang mengincar kejayaan. Tiga negara dari kawasan Asia Timur, yakni Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan berhasil menempati deretan 10 besar klasemen umum medali. Atlet Tiongkok mendulang 26 medali emas. Atlet Jepang meraih 12 medali emas, sedangkan atlet Korea Selatan mendapatkan 9 medali emas.

Terdapat 9 negara dari benua Asia yang meraih medali emas di Olimpiade 2016. Empat negara di antaranya adalah Vietnam, Singapura, Bahrain dan Jordania (membuat sejarah baru pertama kali merebut medali emas olimpiade).

Thailand dan Indonesia adalah dua negara dari kawasan Asia Tenggara lainnya selain Vietnam dan Singapura yang mendapatkan emas di Olimpiade Rio. Thailand merupakan negara dari kawasan Asia Tenggara yang berprestasi paling ciamik di Olimpiade tahun ini. Negeri Gajah Putih tersebut mendulang 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Negara tetangga Malaysia mendulang 5 medali di Olimpiade 2016, namun tak dapat merebut emas, hanya 4 medali perak serta satu perunggu. Sedangkan Filipina meraih satu medali perak dari angkat besi.

Total ada 5 medali emas olimpiade yang diraih atlet Asia Tenggara di Rio De Janeiro. Berikut profil singkat atlet Asia Tenggara yang sukses menjadi juara di Olimpiade 2016.  

Hoàng Xuân Vinh (Vietnam) 
Pria berusia 41 tahun ini merupakan atlet Asia Tenggara pertama yang meraih medali emas Olimpiade 2016. Hoàng Xuân Vinh mencatatkan sejarah baru emas Olimpiade bagi negaranya Vietnam setelah menjadi pemenang final menembak kategori air pistol jarak 10 meter.

Hoàng Xuân Vinh/ dantri.com.vn
Hoàng Xuân Vinh/ dantri.com.vn
Hoàng Xuân Vinh membuat skor 202,5 dalam final air pistol jarak 10 meter. Jumlah skor itu merupakan rekor baru olimpiade. Empat hari setelah meraih medali emas, Hoàng Xuân Vinh kembali meraih medali lainnya. Penembak Vietnam tersebut merebut medali perak air pistol jarak 50 meter.

Perjuangan Hoàng Xuân Vinh untuk mendapat medali emas olimpiade bagi Vietnam membutuhkan perjuangan sejak lama. Xuân Vinh di Olimpiade 2012 London menerima kekecewaan besar karena hanya menempati ranking keempat dalam final air pistol jarak 50 meter. Jumlah skor yang dibuat Xuan Vinh hanya berselisih 0,1 dari penerima medali perunggu. 

Setelah kegagalan menyakitkan dalam usaha meraih medali di Olimpiade London, Hoàng Xuân Vinh kemudian bangkit menjadi pemenang Kejuaraan Dunia tahun 2013 dan 2014, hingga akhirnya mempersembahkan medali emas olimpiade perdana bagi Vietnam. 

Sopita Tanasan (Thailand) 
Beberapa jam setelah Hoàng Xuân Vinh meraih medali emas menembak, lifter putri Sopita Tanasan mempersembahkan medali emas bagi Thailand dari angkat besi kelas (48 kilogram) 

Sopita Tanasan meraih emas setelah membuat total angkatan seberat 200 Kg. Sopita mengangkat beban lebih berat 8 Kg dibandingkan lifter Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani yang mendapatkan perak. 

Sopita Tanasan (tengah) di podium juara/ iwf.net
Sopita Tanasan (tengah) di podium juara/ iwf.net
Sopita Tanasan yang saat ini belum genap berusia 22 tahun sebenarnya spesialis bertanding di kelas 53 Kg sebelum tampil di Olimpiade Rio. Sopita sempat menjadi runner up Kejuaraan Dunia Angkat Besi tahun 2013 di kelas -53. Keputusan Sopita Tanasan untuk turun kelas di Olimpiade Rio akhirnya berujung medali emas. 

Sukanya Srisurat (Thailand)
Dua hari pasca Sopita Tanasan meraih medali emas, lifter putri rekan senegaranya Sukanya Srisurat menjadi pemenang di kelas 58 Kilogram. Sukanya Srisurat membuat angkatan seberat total 240 Kilogram. Sukanya unggul berat angkatan 8 kilogram dibandingkan lifter Thailand lainnya, Pimsiri Srikaew yang meraih perak. 

Sukanya Srisurat (tengah) di podium juara/ iwf.net
Sukanya Srisurat (tengah) di podium juara/ iwf.net
Tak hanya mendapat emas di Rio, Sukanya juga sukses membuat rekor baru olimpiade angkatan Snatch seberat 110 Kg. Kekuatan besar yang dimiliki Sukanya Srisurat sudah terlihat sejak dua tahun silam. Lifter putri berusia 21 tahun tersebut berhasil menjadi ranking 3 dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi tahun 2014. 

Joseph Schooling (Singapura) 

Sebelum tampil di Olimpiade 2016, Joseph Schooling sudah digadang-gadang bakal meraih medali buat Singapura dari kolam renang, berkat prestasinya meraih perunggu gaya kupu-kupu 100 meter di Kejuaraan Dunia Renang tahun 2015. 

Joseph Schooling (paling kanan) bersama Cseh, Le Clos, Phelps/ straitstime.com
Joseph Schooling (paling kanan) bersama Cseh, Le Clos, Phelps/ straitstime.com
Namun, tak ada yang menduga Joseph Schooling mampu membuat prestasi lebih besar dari sekedar meraih medali. Schooling sukses menjadi juara final renang gaya kupu-kupu 100 meter dengan catatan waktu 50,39 detik yang merupakan rekor baru olimpiade.

Lawan yang dikalahkan Joseph Schooling di final bukan perenang sembarangan. Ada tiga perenang legendaris, Michael Phelps, Chad Le Clos dan Laszlo Cseh yang pernah berulang kali menjadi juara dunia dan punya banyak medali olimpiade.

Liliyana Natsir & Tontowi Ahmad (Indonesia)
Duet Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad atlet dari kawasan Asia Tenggara terakhir yang mendulang emas Olimpiade 2016. Pasangan andalan Indonesia tersebut berhasil memenangkan final badminton ganda campuran setelah mengalahkan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. 

Tontowi-Liliyana (tengah) di podium juara/ olympics.bwfbadminton.com
Tontowi-Liliyana (tengah) di podium juara/ olympics.bwfbadminton.com
Lilyana Natsir sekarang menjadi salah satu pemain badminton Indonesia terhebat sepanjang sejarah. Liliyana Natsir telah melampaui pencapaian prestasi medali yang sebelumnya dibuat oleh Susy Susanti yang pernah meraih satu medali emas dan satu perunggu. Tahun 2008 silam, Liliyana meraih medali perak Olimpiade bersama pasangan lamanya Nova Widianto. 

Tontowi Ahmad boleh berbangga diri sebagai pemain badminton putra Indonesia terbaik di sektor ganda campuran. Owi bersama Liliyana sudah pernah memenangkan olimpiade, Kejuaraan Dunia Badminton, turnamen All England dan Kejuaraan Asia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun