Tiga hari silam saya merilis "20 Artikel Kompasiana Terpopuler Kompasiana Pekan Pertama 2016". Dalam artikel tersebut saya sedikit menyinggung fakta bahwa sebagian besar artikel terpopuler tadi ada kaitannya dengan Presiden Joko Widodo.
Tak bisa dipungkiri kalau sosok Presiden Jokowi menjadi magnet besar dalam pemberitaan berbagai media saat ini, termasuk juga menjadi sumber berita utama di Kompasiana. Ketenaran Presiden Jokowi turut mendompleng popularitas artikel-artikel di Kompasiana.Â
Setelah saya membuat daftar tiga artikel terpopuler dalam setiap Rubrik Kompasiana yang rilis tanggal 1 hingga 7 Januari, ada sekitar 23 % persen artikel yang ada kaitannya dengan Presiden Jokowi.
Kalau ada orang lain yang menyatakan ini," Wahhh...kalau begitu warga Kompasiana sudah terlalu memihak, salah dong kalau media warga dijadikan media politik bagi pemerintahan saat ini?"
Saya akan menjawab,"hmm, bisa jadi, namun tak sepenuhnya benar pendapat anda tadi. Memangnya salah Jokowi jadi tenar di Kompasiana? Memangnya salah rekan-rekan Kompasianer memberitakan banyak tentang Jokowi? hehehe."
Jika kita mengamati lebih jeli deretan artikel terpopuler Kompasiana di pekan pertama 2016, bisa diambil dua kesamaan yang bisa menjelaskan mengapa artikel-artikel tersebut menjadi sangat populer, tidak mutlak karena mendompleng nama Jokowi.
Kesamaan pertama yaitu, artikel-artikel terpopuler tersebut sedang 'hangat' diberitakan oleh media-media massa ternama seperti KOMPAS, DETIKatau TEMPO. Contoh, berita mengenai putra Jokowi, Gibran Rakabuming, yang cerdik menanggapi haters dengan menawari para haters tersebut martabak dagangannya lewat media sosial. Cpntoh lain, berita 'hangat' anggota DPR memaki polisi, berita pendapatan pajak negara yang mencapai 1000 triliun Rupiah, berita sensasional mengenai seorang netizen bernama Jonru yang terkenal sering menyerang Jokowi, juga berita tentang bertumbangannya berbagai media cetak.
Kesamaan kedua yaitu, sebagian besar artikel-artikel terpopuler di Kompasiana tadi memiliki judul mapun isi kontradiktif ataupun anomali. Contoh, anomali seorang anak presiden yang malah berjualan martabak, anomali polisi mengembalikan barang bukti sitaan setelah dimaki-maki pemilik barang, kontradiksi supir taksi yang notabene berasal dari kalangan bawah terancam mata pencahariannya oleh pemilik mobil mewah yang menyewakan mobilnya untuk angkutan umum. Ada pula kontradiksi perbandingan besar upah di Australia dan Indonesia.Â
Karena itu bisa diambil kesimpulan, bahwa artikel di Kompasiana berpeluang mendapatkan banyak pembaca jika topik artikel tersebut sedang ramai diberitakan oleh berbagai media massa ternama, dan artikel tersebut memiliki judul dan isi yang kontradiktif ataupun anomali.Â
Saya kurang setuju dengan idiom' Bad News is Good News'. Buktinya berita berita baik kesederhanaan seorang anak presiden dan kisah suami yang tidak pernah dimarahi istri mampu menjadi artikel yang banyak dibaca di Kompasiana pada awal tahun ini.
Kalau ada yang bertanya ,"Mengapa judul artikel ini mengutip nama Presiden Jokowi? Kenapa bukannya memberi judul lain semisal 'Fakta yang Membuat Artikel Banyak Dikunjungi Pembaca' atau judul '3 Besar Artikel Terpopuler dalam Setiap Rubrik Kompasiana di Pekan Pertama 2016', saya beritahu kepada pembaca artikel ini," Saya sedang menguji coba, apakah benar dengan melinatkan kata Presiden Jokowi dalam judul, artikel ini bakal terdompleng popularitasnya....hehehehe."