Tampil di olimpiade merupakan impian terbesar yang didambakan oleh atlet, Terbatas kesempatan tampil dalam event olahraga terakbar empat tahunan ini. Hanya puluhan atlet terbaik dari satu nomor olahraga yang diperbolehkan main di olimpiade. Mereka yang mendapatkan kesempatan tampil dalam olimpiade berhak mendapat gelar sebagai Olympian.Â
Ribuan jam digunakan para atlet untuk berlatih. Mereka menempa kaki dan tangan supaya lebih berotot. Mereka berlatih teknik-teknik berlari, berenang, membidik, melempar, melompat agar bisa menjadi yang tercepat, terkuat dan terhebat dalam olimpiade. Mental mereka juga ditempa untuk bersiap menghadapi lawan tangguh. Diperlukan kekuatan fisik dan mental yang tangguh agar bisa bersaing hingga juara di olimpiade.Â
Ada tiga kategori olimpiade yang digelar. Bagi atlet dengan kondisi fisik normal diberikan kesempatan tampil di olimpiade musim panas atau olimpiade musim dingin. Sedangkan Paralympic merupakan ajang olimpiade bagi atlet dengan kondisi fisik terbatas (difabel).
Sudah ada puluhan atlet difabel berkemampuan luar biasa mendapatkan kesempatan spesial berkompetisi di olimpiade. Seorang pelari difabel bernama Oscar Pistorius mendadak tenar di seantero dunia tahun 2012 silam saat tampil di Olimpiade London. Oscar Pistorius yang menggunakan kaki palsu sukses menembus semifinal lari 400 meter. Pelari Afrika Selatan tersebut bersama tiga rekannya juga masuk final estafet 4x400 meter.
Dengan kondisi fisik terbatas, Oscar Pistorius sudah memberikan contoh bahwa dengan semangat spartan serta latihan yang keras mampu membawanya bersaing dengan atlet elit dunia yang memiliki fisik normal.Â
Di Olimpiade tahun ini, terdapat dua atlet wanita difabel yang bakal berjuang membela negaranya, yaitu Zahra Nemati dan Natalia Partyka. Mereka berdua bukan atlet sembarangan, karena mereka kerap berprestasi dalam turnamen olahraga yang diikuti atlet berfisik normal.
ZAHRA NEMATI PEMBAWA BENDERA IRANÂ
Nama Zahra Nemati cukup tenar di Iran. Dia merupakan role model yang menginspirasi banyak orang karena kegigihannya dalam meraih prestasi di dunia olahraga.
Zahra Nemati terlahir dalam kondisi fisik normal. Zahra sejak kecil menggeluti taekwondo, merupakan pemegang sabuk ban hitam dalam olahraga ini. Zahra bahkan pernah jadi anggota tim nasional taekwondo Iran.
Ketika menginjak usia remaja, cobaan hidup nan berat menimpa Zahra Nemati. Di usia 18 tahun, Zahra terluka parah menjadi salah satu korban gempa di kota Bam. Gempa yang meluluhlantakkan Iran di tahun 2003 tersebut membuat 26 ribu orang tewas. Setahun kemudian Zahra Nemati tertimpa kecelakaan mobil yang mengakibatkan kedua kakinya lumpuh. Zahra terpaksa menggunakan kursi roda.
Tak bisa lagi beraktifitas normal tak membuat Zahra Nemati tenggelam dalam kesedihan. Zahra mulai menggeluti olahraga panah sejak tahun 2006. Baru enam bulan menggeluti panahan, Zahra sudah mampu berprestasi menjadi juara 3 kompetisi nasional Iran, bersaing dengan pepanah yang memiliki fisik normal.Â
Karena prestasinya yang hebat, Zahra Nemati mendapat kepercayaan tampil dalam event Paralympic tahun 2012 di London. Zahra sukses merengkuh satu medali emas dan satu medali perak Paralympic 2012.Â
Setahun berselang Zahra berhasil mengulangi prestasi meraih satu medali emas dan satu medali perak dalam Kejuaraan Dunia Panah khusus difabel. Prestasi hebat ini mengantarkan Zahra Nemati  meraih penghargaan Sport Accord's Spirit of Sport Individual Award tahun 2013.
Penghargaan dari Sport Accord's membuat Zahra semakin terpacu untuk membuat prestasi hebat lainnya. Tahun 2015 silam, Zahra membuat geger seantero Iran karena berhasil dua kali tembus perdelapan final seri Piala Dunia Panahan di Shanghai dan Wroclaw. Prestasi tersebut mengantarkan Zahra Nemati lolos ke Olimpiade 2016 London.Â
Zahra juga berpeluang meraih medali olimpiade, karena saat ini dia merupakan pepanah ranking 37 dunia. Kisah inspiratif Zahra Nemati rencananya akan dipublikasikan dalam film dokumenter seusai gelaran Olimpiade Rio De Janeiro.Â
KEHEBATAN NATALIA PARTYKA MAIN PING-PONG DENGAN SATU TANGANÂ
Natalia Partyka sosok populer di negara Polandia berkat prestasi hebat dalam olahraga tenis meja. Gadis berparas cantik tersebut sudah mengoleksi 3 medali emas, 1 medali perak, 1 medali perunggu dari empat kali ikut Paralympic. Natalia Partyka sempat membuat geger seantero Polandia saat berhasil menjadi runner up tunggal putri Kejuaraan Tenis Meja Se-Eropa tahun 2009.Â
Natalia Partyka terlahir dalam kondisi fisik tidak sempurna, tak memiliki telapak tangan kanan. Walau hanya memiliki satu tangan normal, Natalia sejak kecil sudah menggeluti tenis meja yang membutuhkan keterampilan tangan untuk memukul ping-pong.Â
Saat masih berusia 11 tahun, Natalia Partyka sudah mengikuti ajang Paralympic tahun 2000 yang berlangsung di Sydney. Empat tahun berselang Natalia meraih medali emas perdana tenis meja Paralympic yang berlangsung di Athena, Natalia Partyka sukses mempertahankan gelar juara tenis meja dalam Paralympic tahun 2008 dan 2012.Â
Karena prestasi luar biasa yang ditorehkan dalam ajang Paralympic, Natalia Partyka mendapatkan kesempatan spesial main di Olimpiade 2008 Beijing dalam nomor beregu. Natalia memang gagal membawa tim beregu Polandia melewati fase grup, namun Natalia sempat dua kali memenangkan pertandingan melawan pemain dari Jerman dan Rumania.
Empat tahun berselang Natalia Partyka tampil kembali dalam ajang olimpiade yang berlangsung di London. Natalia main di dua nomor, perseorangan dan beregu.Tim beregu tenis meja putri Polandia tersingkir di babak pertama, kalah lawan Singapura yang akhirnya meraih medali perunggu.Â
Natalia sempat unggul di dua set awal, namun akhirnya Li Jie mampu memenangkan empat set berikutnya. Saat Natalia Partyka bertanding, seluruh penonton yang memadati London Olympic Park bersorak-sorai memberikan dukungan.
Tahun ini Natalia Partyka bakal tampil kembali dalam ajang olimpiade dalam nomor beregu. Ini merupakan prestasi fenomenal bagi seorang difabel, mampu ikut serta dalam tiga edisi olimpiade.
Kolumnis olahraga ternama, Jeff Eisenberg, pernah memuji tinggi kehebatan Natalia Partyka yang lincah bermain tenis meja. Jeff Eisenberg kagum dengan cara Natalia Partyka melakukan servis.Â
Natalia Partyka dengan lihai menaruh bola ping-pong dalam tungkai lengannya saat melakukan servis. Natalia juga andal memiliki kecepatan dan keseimbangan yang bagus saat memukul bola.
Dalam satu sesi wawancara, Natalia Partyka pernah mengungkapkan bahwa dirinya mampu main tenis meja dengan baik berkat latihan sepenuh hati sejak dari kecil. Dia tidak pernah merasa minder dengan kondisi fisiknya. Malahan keterbatasan fisik memicunya untuk berlatih lebih giat menambah berbagai teknik pukulan.
Karena telah memberikan inspirasi mengagumkan kepada banyak orang, Natalia Partyka diberikan penghargaan Knight's Cross of the Order of Polonia Restituta oleh pihak pemerintah Polandia. Saat ini Natalia Partyka juga laris menjadi bintang iklan, serta sering menjadi motivator talkshow di Polandia.Â
ARTIKEL TERKAIT
Maria Londa, Wanita Pertama Pembawa Bendera Indonesia di OlimpiadeÂ
Rider BMX Indonesia Toni Syarifudin Siap Melayang Tinggi di Olimpiade
Kuartet Atlet Indonesia Buat Hattrick di Olimpiade Rio
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H