Turnamen All England Open bakal segera dimulai beberapa hari mendatang. All England Open merupakan turnamen badminton tertua di dunia, digelar pertama kali pada tahun 1899.Â
Turnamen yang masuk kategori Super Series Premier ini menjadi incaran juara oleh pemain-pemain top dunia.Â
Bagi pemain badminton, gelar juara All England merupakan gelar juara paling bergengsi, selain menjadi pemenang Olimpiade dan pemenang Kejuaraan Dunia.
Gelaran All England Open tahun ini bakal berlangsung sengit dan seru. Jumlah hadiah dan poin yang disediakan dalam turnamen All England sangat besar.Â
Juara ganda mendapatkan hadiah 43.450 ribu USD, sedangkan kampiun sektor tunggal menerima hadiah 41.250 USD.Â
Juara pertama mendapatkan tambahan hadiah 11 ribu poin, Â sedangkan runner up diganjar hadiah 9350 poin. Jumlah poin besar tersebut menjadi incaran ratusan pemain yang sedang berusaha lolos ke Olimpiade Rio De Janeiro.
Hingga tahun 2015 lalu, total 43 gelar juara yang diraih pemain badminton Indonesia di turnamen All England Open.Â
Tahun ini, ada 28 pemain Indonesia yang bakal tampil di All England, terdiri dari 6 pemain tunggal dan 11 pasang pemain ganda.Â
Sebelum kita menyaksikan perjuangan pemain Indonesia di All England dalam tayangan langsung di Kompas TV, mari kita sejenak mengenang para pahlawan juara Indonesia di All England Open.
PIONIR JUARA INDONESIA di ALL ENGLAND
Indonesia mencatatkan prestasi tertinggi perdana di All England, ketika Tan Joe Hoek dan Ferry Sonnevile masuk final tunggal putra tahun 1959. Tan Joe Hoek akhirnya tercatat dalam sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang menjadi juara All England, setelah menang lawan Ferry Sonnevile dalam pertarungan sengit rubber set 15-8 10-15 15-3.
Empat tahun kemudian, Tan Joe Hoek dan Ferry Sonnevile kembali masuk final All England. Kali ini mereka bukan saling berhadapan, namun berpasangan.Â
Sayangnya, duet Ferry Sonnevile/Tan Joe Hoek gagal menjadi juara ganda putra All England tahun 1963. Mereka di final kalah rubber set 15-10 4-15 7-15 melawan pasangan dari Denmark, Finn Kobberø/Jørgen Hammergaard Hansen.
Indonesia harus menanti selama 5 tahun untuk mengirimkan lagi wakil ke babak final All England.Â
Prestasi pemain badminton Indonesia menjulang tinggi dalam gelaran All England Open 1968, karena ada 3 nomor yang masuk final.Â
Rudy Hartono lantas menjadi pemenang tunggal putra All England 1968 setelah kalahkan pemain Malaysia, Tan Aik Huang, yang menjadi awal kisah epik kepahlawanan pemain kelahiran Surabaya tersebut dalam turnamen ini.
Sementara duet Minarni Soedaryanto/Retno Koestijah menjadi juara ganda putri All England 1968, setelah menang straight set 15-5 15-6 atas pasangan Jepang, Hiroe Amano/Noriko Takagi.Â
Sayangnya, Minarni Soedaryanto kalah dalam final tunggal putri. Minarni kalah 6-11 2-11 lawan pemain legendaris asal Swedia, Eva Twedberg Stuart.
PAHLAWAN JUARA INDONESIA di ALL ENGLAND
Berbagai kisah epik pernah dibuat pemain badminton Indonesia di All England. Sektor ganda putra dan tunggal putra pernah menjadi andalan Indonesia dalam meraih juara dalam turnamen ini.Â
Rudy Hartono menjadi atlet Indonesia pemegang gelar juara All England terbanyak.Â
Rudy Hartono pernah 8 kali memenangkan trofi juara tunggal putra All England, tujuh gelar diantaranya diraih secara beruntun dari tahun 1968 hingga 1976.
Setelah era kejayaan Rudy Hartono lewat, muncullah pahlawan juara baru dari Indonesia, yakni raja smash Liem Swie King.Â
Dari 7 kali masuk final tunggal putra All England, Liem Swie King menjadi juara di tahun 1978, 1979 dan 1981.
Butuh waktu 10 tahun bagi Indonesia untuk mendapatkan juara baru di sektor tunggal putra, setelah Liem Swie King terakhir kali menjadi juara All England.Â
Pemain bergaya eksentrik Ardy Bernadus Wiranata menjadi juara All England tahun 1991, setelah di final mengalahkan pemain Malaysia, Foo Kok Keong.
Dua tahun berselang, pemain Indonesia yang terkenal karena pukulan smash 1000 watt, Hariyanto Arbi, sukses menjadi juara All England, setelah di final mengalahkan sesama pemain Indonesia Joko Suprianto.Â
Tahun 1995, Hariyanto Arbi mempertahankan gelar All England setelah mengalahkan Ardy Bernadus Wiranata.
Pasca Hariyanto Arbi menjadi juara All England untuk kedua kali, tidak ada lagi pemain Indonesia yang menjadi juara tunggal putra.Â
Taufik Hidayat dua kali kalah di final pada tahun 1999 dan 2000. Budi Santoso pemain tunggal putra Indonesia terakhir yang masuk final All England. Budi Santoso kalah lawan Chen Hong di final All England 2002.
Duet Johan Wahjudi/Tjun Tjun menjadi ganda putra Indonesia tersukses di All England. Mereka delapan kali masuk final All England dari rentang tahun 1973 hingga 1981.Â
Johan Wahjudi/Tjun Tjun menjadi juara di tahun 1974 dan 1975, lalu empat kali beruntun menjadi juara All England dari tahun 1977 hingga 1980.Â
Sebelum Johan Wahjudi/Tjun Tjun merajai All England, pasangan Ade Chandra/Christian Hadinata dua kali beruntun juara pada tahun 1972 dan 1973.
Dari awal era 1980-an hingga awal 2000-an, ganda putra Indonesia sering menjadi All England.Â
Tongkat estafet juara Indonesia dalam sektor ganda putra diteruskan bergantian oleh Hariamanto Kartono/Rudy Heryanto, Eddy Hartono/Rudy Gunawan, Bambang Suprianto/Rudy Gunawan, Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Candra Wijaya/Tony Gunawan, Halim Heryanto/Tony Gunawan, Candra Wijaya/Sigit Budiarto.
Pasca Candra Wijaya/Sigit Budiarto menjadi juara All England tahun 2003, selama satu dekade lebih Indonesia vakum kirimkan wakil ke final ganda putra.Â
Hingga akhirnya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi juara All England tahun 2014 lalu. Hendra/Ahsan bakal kembali menjadi harapan utama Indonesia untuk menjadi juara All England pada tahun ini.
Di sektor ganda campuran, Lilyana Natsir menjelma jadi pemain legendaris Indonesia di All England.Â
Pemain yang akrab dipanggil Butet tersebut, bersama dengan Tontowi Ahmad tiga kali beruntun menjadi juara All England dari tahun 2012 hingga 2014.Â
Lilyana Natsir tiga kali menjadi runner up All England, pada tahun 2008 dan 2010 saat berpasangan dengan Nova Widianto, serta setahun silam bersama Tontowi.Â
Sebelum Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir berjaya All England, pasangan Christian Hadinata/Imelda Wigoena menjadi satu-satunya juara ganda campuran asal Indonesia.
Indonesia masih minim juara di sektor pemain putri. Sepanjang sejarah All England, baru pemain legendaris Susy Susanti yang menjadi juara tunggal putri asal Indonesia.Â
Susy Susanti menjadi juara All England pada tahun 1990, 1991, 1993 dan 1994. Sementara itu, pasca Minarni Soedaryanto/Retno Koestijah menjadi juara tahun 1968, hanya Imelda Wigoena/Verawaty Fadjrin ganda putri Indonesia yang menjadi pemenang All England.
PEMAIN INDONESIA JUARA & RUNNER UP ALL ENGLAND
TUNGGAL PUTRA
- Rudy Hartono
 (juara 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1976; runner up 1975) - Liem Swie King
(juara 1978, 1979, 1981; runner up 1976, 1977, 1980, 1984) - Hariyanto Arbi (juara 1993, 1994; runner up 1995)
- Ardy Bernadus Wiranata (juara 1991; runner up 1994)
- Tan Joe Hoek (juara 1959)
- Joko Suprianto (runner up 1990, 1993)
- Taufik Hidayat (runner up 1999, 2000)
- Ferry Sonnevile (runner up 1959)
- Darmadi (runner up 1969)
- Muljadi (runner up 1970)
- Christian Hadinata (runner up 1973)
- Icuk Sugiarto (runner up 1987)
- Budi Santoso (runner up 2002)
TUNGGAL PUTRI
- Susy Susanti
(juara 1990, 1991, 1993, 1994; runner up 1989) - Minarni Soedaryanto (runner up 1968)
- Verawaty Fadjrin (runner up 1980)
- Sarwendah Kusumawardhani (runner up 1991)
GANDA PUTRA
- Johan Wahjudi/Tjun Tjun
 (juara 1974, 1975, 1977, 1978, 1979, 1980; runner up 1973, 1981) - Ade Chandra/Christian Hadinata
(juara 1972, 1973; runner up 1974, 1975, 1977, 1978) - Rexy Mainaky/Ricky Subagja (juara 1995, 1996; runner up 1994)
- Hariamanto Kartono/Rudy Heryanto (juara 1981, 1984)
- Eddy Hartono/Rudy Gunawan (juara 1992; runner up 1989)
- Candra Wijaya/Tony Gunawan (juara 1999; runner up 1998)
- Candra Wijaya/Sigit Budiarto (juara 2003; runner up 2001)
- Bambang Suprianto/Rudy Gunawan (juara 1994)
- Halim Heryanto/Tony Gunawan (juara 2001)
- Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (juara 2014, 2019; runner-up 2022)
- Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (juara 2017, 2018; runner-up 2020)
- Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (juara 2022)
- Ferry Sonnevile/Tan Joe Hoek (runner up 1963)
- Antonius Budi Ariantho/Denny Kantono (runner up 1995)
- Indra Gunawan/Rudy Hartono (runner up 1971)
- Bobby Ertanto/Rudy Heryanto (runner up 1987)
- Eng Hian/Flandy Limpele (runner up 2002)
GANDA PUTRI
- Minarni Soedaryanto/Retno Koestijah (juara 1968)
- Imelda Wigoena/Verawaty Fadjrin (juara 1979)
- Eliza Nathanael/Resiana Zelin (runner up 1995, 1997)
- Imelda Wigoena/Theresia Widiastuti (runner up 1975)
- Ruth Damayanti/Verawaty Fadjrin (runner up 1982)
GANDA CAMPURAN
- Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir
(juara 2012, 2013, 2014; runner up 2015) - Christian Hadinata/Imelda Wigoena
(juara 1979; runner up 1980, 1981) - Praveen Jordan/Debby Susanto (juara 2016)
- Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (juara 2020)
- Nova Widianto/Lilyana Natsir (runner up 2008, 2010)
- Tri Kusharjanto/Minarti Timur (runner up 1997)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI