Mohon tunggu...
Jane T
Jane T Mohon Tunggu... -

Hanya belajar menulis ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amin dan Ahok

19 April 2014   21:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar komentar Pak Amin tadi pagi di Metro TV, menggelitik hati saya untuk menulis artikel ini. Ada apa sebenarnya antara Pak Amin dan Pak Ahok, jawabannya 'tidak ada hubungan' apa-apa, selain mereka berdua sama-sama tokoh politik Indonesia, yang menarik buat saya adalah 'perbedaan' mereka.

Pak Amin adalah tokoh politik tua yang cerdas - piawai - cerdik sekaligus santun dalam bertutur kata, sedangkan Pak Ahok adalah tokoh politik muda - bau kencur - berangasan - ceplas ceplos sekaligus pekerja keras yang berani mati. Latar belakang pendidikan merekapun tidak bisa dibandingkan, jelas lebih unggul Pak Amin yang lulusan Amerika ketimbang Pak Ahok yang cuma lulusan universitas lokal (maaf bukan maksud saya merendahkan pendidikan lokal, karena sayapun juga cuma lulusan universitas lokal).

Jadi boleh dibilang  mulai dari jam terbang dalam dunia politik, latar belakang pendidikan bahkan cara berkomunikasi yang santun, lebih unggul Pak Amin jika dibandingkan dengan Pak Ahok. Sayangnya semua keunggulan yang dimiliki Pak Amin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan segala kekurangan yang dimiliki Pak Ahok. Bagaimana bisaaa ???????

Saya menilai dengan segala keunggulan yang dimilikinya, Pak Amin hanya berjuang untuk ambisi pribadi dan golongannya saja. Lihat saja bagaimana sepak terjangnya dalam dunia politik, selalu muncul ketika proses bagi-bagi jatah kue sedang berlangsung dan menghilang setelah mendapatkan jatah. Pernyataannya seolah-olah Pak Amin adalah seorang nasionalisme sejati, yang selalu berjuang untuk bisa memutus kontrak dengan perusahaan-perusahaan asing yang menguasai sumber daya alam Indonesia (seperti yang selalu dikatakannya sejak awal reformasi, diulang disetiap kesempatan bagi-bagi jatah kue dan diulang sekali lagi tadi di acara Bincang Pagi - Metro TV). Pernyataannya soal Indonesia yang sudah 70 th merdeka tetapi masih juga belum menemukan presiden yang berani mengambil tindakan seperti keiinginan Pak Amin diatas, menggugah nurani Pak Amin untuk mencari figur capres 2014 dalam bentuk sebuah peta koalisi baru, membuat saya terbahak-bahak dalam hati, karena pernyataan tersebut bagi saya hanyalah sebuah pepesan kosong semata. Mengapa harus menunggu capres 2014, kalau memang Pak Amin mau memutuskan kontrak dengan pengusaha-pengusaha asing itu, lakukan saja sekarang, bukankah saat ini partai Pak Amin adalah partai yang berkoalisi dengan partai penguasa di pemerintahan. Ingat loooo Pak, Ketua Partai anda saat ini menjabat sebagai Menko Perekonomian, yang sungguh punya kuasa jika memang benar-benar mau mengambil tindakan tersebut. Kemana saja Pak Amin selama ini, sudah hampir 10 tahun partai anda ikut berkuasa di pemerintahan, apakah anda tertidur selama ini, sehingga lupa untuk berteriak-teriak mengingatkan untuk memutuskan kontrak, atau memang anda tidak punya nyali untuk melakukannya, atau anda sedang asyik menghabiskan jatah kue anda ???  Lucuuuuuunya , tiba-tiba sekarang anda muncul dan berteriak-teriak, mengapaaaaa???  Apakah karena jatah kue anda sudah hampir habis ???

Sungguh berbeda dengan Pak Ahok, dengan segala kekurangan yang dimilikinya  jika dibandingkan dengan Pak Amin, Pak Ahok secara nyata memperjuangkan kepentingan masyarakat Jakarta secara obyektif, bekerja keras dan sungguh-sungguh , bahkan berani mati demi konstitusi ( apakah Pak Amin berani mati demi konstitusi ??? ). Pak Amin ..., nasionalisme tidak perlu diumbar-umbar dengan pernyataan yang akhirnya cuma sebuah pepesan kosong, contohlah Pak Ahok yang dengan segala keterbatasannya tanpa banyak bicara, berani untuk tidak membayar pesanan bus transjakarta yang diterima dengan kondisi berkarat, sekalipun itu perusahaan Tiongkok, negeri asal nenek moyangnya. Menurut saya Pak Ahok lebih nasionalis dibandingkan Pak Amin, karena Pak Ahok berani bertindak dan Pak Amin hanya berani bicara.

Artikel ini hanyalah sudut pandang saya pribadi, saya tidak mengenal Pak Amin maupun Pak Ahok. Saya hanyalah salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang merindukan sosok pemimpin yang  jujur, bersih, berani dan mau bekerja demi untuk kemajuan negeri ini.

SELAMAT BERAKHIR PEKAN PARA KOMPASIANER !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun