Mohon tunggu...
Yuriadi
Yuriadi Mohon Tunggu... Lainnya - | Penulis lepas | https://www.kompasiana.com/ceritayuri

Warga Negara Indonesia (WNI) biasa dari Kota Makassar. Menyukai informasi teknologi, sosial, budaya dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Mengedepankan Adab dalam Komunikasi Publik Figur di Era Digital

4 Desember 2024   10:12 Diperbarui: 4 Desember 2024   10:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: aktivitas merekam video menggunakan ponsel. Sumber: pixabay.com @mohamed_hassan)

Dalam perkembangan zaman, media sosial telah memperkenalkan tantangan baru dalam empati, mengingat cara komunikasi yang lebih terpisah dari interaksi langsung. Berbagai teori komunikasi, seperti media richness theory, menyatakan bahwa media yang lebih kaya (seperti komunikasi tatap muka) lebih efektif dalam menyampaikan empati dibandingkan dengan media yang lebih miskin (seperti teks atau postingan online). Sebagai akibatnya, penting untuk mempertimbangkan konteks komunikasi dalam empati di era digital.

Komunikasi Publik: Seni Mengelola Persepsi
Komunikasi publik adalah keterampilan penting bagi publik figur. Hal ini melibatkan kemampuan menyampaikan pesan yang relevan, empatik, dan tidak menyinggung pihak lain. Dalam era digital, seni komunikasi publik menjadi lebih kompleks karena setiap pesan dapat dengan mudah ditafsirkan secara berbeda oleh audiens yang beragam.

Teori Komunikasi Publik memberikan landasan bagi kita untuk memahami bagaimana pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi masyarakat luas. Salah satu teori yang relevan adalah Teori Agenda Setting, yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut teori ini, media memiliki kekuatan untuk membentuk agenda publik dengan memilih isu-isu yang dianggap penting untuk disorot. 

Dalam hal ini, publik figur sering kali menjadi subjek utama yang dibahas di media, dan bagaimana mereka berkomunikasi akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap mereka.

Selain itu, Teori Konstruksi Sosial Realitas dari Peter L. Berger dan Thomas Luckmann juga memberikan gambaran bagaimana komunikasi membentuk persepsi dan realitas sosial. Dalam hal ini, komunikasi publik dari figur terkenal bisa mengubah cara pandang masyarakat terhadap suatu isu, baik itu positif maupun negatif.

Kasus viral seperti pada bagian awal tulisan ini, menunjukkan perlunya publik figur memahami konteks komunikasi. Candaan atau ucapan yang dianggap wajar dalam satu kelompok bisa jadi dianggap ofensif oleh kelompok lain, terutama ketika direkam dan dibagikan di platform yang luas seperti media sosial. Dalam komunikasi publik, sensitivitas terhadap audiens dan kemampuan menyesuaikan pesan menjadi kunci utama.

Untuk menghindari blunder, publik figur perlu mengimplementasikan prinsip-prinsip komunikasi publik yang efektif. Salah satunya adalah memahami audiens, sebab setiap kelompok memiliki nilai dan sensitivitas yang berbeda, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana pesan akan diterima sebelum berbicara. Penggunaan bahasa yang netral dan penuh hormat juga sangat diperlukan untuk menghindari bahasa kasar atau candaan yang bisa menyinggung perasaan. 

Selain itu, berpikir sebelum berbicara sangat krusial di era digital ini, di mana setiap ucapan bisa dengan mudah terekam dan tersebar luas. Terakhir, terbuka terhadap kritik adalah kunci untuk menunjukkan kematangan, dengan menerima kesalahan dan memperbaikinya sebagai bagian dari proses belajar dan peningkatan diri.

Tantangan Komunikasi Publik Figur yang Beradab di Era Digital
Di era digital, publik figur tidak hanya menghadapi tuntutan dari masyarakat tetapi juga dinamika media sosial yang sering kali memperbesar kesalahan kecil menjadi isu besar. Media sosial adalah ruang tanpa filter, di mana opini masyarakat muncul secara spontan dan sering kali tanpa pertimbangan yang matang.

Namun, media sosial juga dapat menjadi alat edukasi. Publik figur memiliki peluang untuk memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan pesan yang membangun dan memberikan inspirasi kepada masyarakat. Dengan mengedepankan adab dan komunikasi yang baik, mereka dapat mengubah opini negatif menjadi peluang untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan audiens.

Pada akhirnya, publik figur adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Namun, peran mereka sebagai panutan menjadikan setiap tindak-tanduknya memiliki nilai edukasi bagi masyarakat. Dalam konteks insiden ini, pelajaran utama yang dapat diambil adalah pentingnya menjaga adab sebagai dasar interaksi, baik di dunia nyata maupun maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun