Mohon tunggu...
yuriadi
yuriadi Mohon Tunggu... Penulis - https://www.kompasiana.com/ceritayuri

Warga Negara Indonesia (WNI) biasa dari Kota Makassar. Menyukai informasi teknologi, sosial, budaya dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumpah Pemuda Dalam Tiga Babak

28 Oktober 2024   10:22 Diperbarui: 28 Oktober 2024   10:35 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : Kemenpora via. Kompas.com)

Babak 1: Persatuan dalam Keberagaman
Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 adalah momen bersejarah yang menyatukan berbagai suku, agama, dan budaya di Indonesia. Bayangkan, dengan lebih dari 300 suku dan ratusan bahasa, Indonesia itu kaya banget! Tapi, di balik kekayaan ini, ada tantangan besar yang harus kita hadapi.

Sekarang ini, kita sering melihat berita tentang konflik yang dipicu oleh perbedaan. Dari hoaks sampai ujaran kebencian, semua itu bisa membuat perpecahan. Nah, di sinilah semangat Sumpah Pemuda berperan penting. Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa keberagaman seharusnya menjadi kekuatan, bukan kelemahan. Kompasianer, sebagai generasi muda, punya tugas besar untuk menjaga persatuan di tengah perbedaan.

Generasi Z dan Alpha, yang lahir di era digital, punya potensi besar dalam menciptakan perubahan. Kompasianer yang termasuk generasi ini, tumbuh di tengah teknologi canggih dan informasi yang cepat. Berbeda dengan generasi milenial yang lebih awal terpapar internet, Gen Z sudah menjadi digital native dari lahir. Sementara itu, generasi Alpha, yang saat ini masih sangat muda, merupakan generasi yang bahkan lebih terhubung dengan teknologi. Hal ini membuat mereka lebih adaptif, kreatif, dan inovatif.

Menyikapi hal ini, Bung Karno berpesan "Jangan sekali-kali melupakan sejarah." Pesannya sangat jelas, kita harus ingat dari mana kita berasal agar bisa melangkah maju. Dengan mempelajari sejarah perjuangan Sumpah Pemuda, kita bisa mendapatkan inspirasi untuk menjaga persatuan dan memahami nilai-nilai kebangsaan yang telah diperjuangkan.

Di dunia media sosial, kita perlu lebih bijak. Kenapa kita tidak mulai sebarin konten positif yang bisa merangkul semua orang? Dengan cara ini, kita bisa menciptakan ruang diskusi yang terbuka dan inklusif. Jika kita bisa mengubah pandangan orang tentang keberagaman, maka kita akan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh toleransi.

Babak 2: Menjaga Identitas di Tengah Gempuran Era Globalisasi

Di era globalisasi yang makin pesat ini, tantangan lain muncul: menjaga identitas kita. Sekarang, budaya asing dengan mudahnya masuk ke kehidupan sehari-hari kita. Dari K-Pop sampai makanan cepat saji, semua itu bikin kita terpengaruh. Tentu, terbuka terhadap budaya luar itu penting, tapi kita juga tidak boleh melupakan jati diri kita sebagai orang Indonesia.

Sumpah Pemuda mengajarkan kita untuk tetap bangga dengan budaya dan tradisi kita. Saatnya kita rayakan keunikan budaya Indonesia! Dengerin lagu-lagu daerah, nonton pertunjukan seni tradisional, dan pelajari tari daerah itu seru banget. Dalam konteks ini, Mohammad Hatta pernah menegaskan, "Kita harus bersatu dalam perbedaan." Itu artinya, kita bisa mengadopsi budaya lain sambil tetap menghargai dan melestarikan budaya kita sendiri. Jangan sampai kita hilang identitas hanya karena terpengaruh oleh tren global. Kita bisa bikin konten yang mengangkat budaya lokal, misalnya video tentang tradisi unik di daerah kita atau blog tentang kuliner khas. Dengan demikian, kita bukan hanya menjaga identitas, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya kita ke dunia luar.

Berbeda dengan baby boomer yang lebih mengedepankan kerja keras dan stabilitas, Gen Z dan Alpha cenderung lebih menghargai fleksibilitas dan inovasi. Mereka tidak hanya ingin bekerja untuk mendapatkan gaji, tetapi juga untuk menemukan makna dalam pekerjaan mereka. Ini menciptakan kesempatan bagi kita untuk menjelajahi berbagai bidang dan menemukan passion tanpa batas.

Babak 3: Generasi Muda yang Kreatif di Dunia Digital dan Tetap Peduli Terhadap Lingkungan
Saat ini, tantangan terbesar bagi kita adalah berinovasi dalam ekonomi digital. Revolusi Industri 4.0 memberikan banyak peluang untuk anak muda seperti kita untuk berkreasi dan membangun usaha baru. Sumpah Pemuda bisa jadi inspirasi kita untuk tidak hanya jadi konsumen, tetapi juga produsen yang kreatif!

Kita harus berani mengambil risiko dan berinovasi. Cobalah untuk menciptakan produk atau layanan yang belum ada di pasaran. Misalnya, kita bisa memanfaatkan platform digital untuk menjual produk lokal atau bikin aplikasi yang memudahkan orang dalam mengakses layanan. Dengan kreativitas dan teknologi, kita bisa menciptakan lapangan kerja baru dan membantu pertumbuhan ekonomi.

Di tengah tantangan perubahan iklim, kita juga harus tetap aware terhadap isu lingkungan. Memang, ini bukan perkara yang mudah, tapi kesadaran kita tentang pentingnya menjaga alam harus tetap ada. Kita hidup di negara kepulauan yang kaya akan keindahan alam, dan dengan mengingat hal ini, kita seharusnya lebih peduli pada lingkungan sekitar. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk menjaga alam, seperti mengurangi penggunaan plastik atau mendukung produk ramah lingkungan, bisa memberikan dampak besar untuk masa depan.

Dengan semangat Sumpah Pemuda, kita diingatkan untuk terus melakukan refleksi diri dan mempertanyakan peran kita dalam menjaga persatuan, identitas, dan lingkungan kita. Kita adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan, dan dengan semua tantangan yang ada, kita harus berupaya menciptakan dampak yang positif. Kesadaran ini sangat penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa kita.
(yrd).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun