Aku terlahir diantara sekumpulan orang yang memayungiku dengan kasih.
Sepertinya mereka menanti dan wajah mereka terlihat "happy".
Begitu berseri seperti mendapatkan sebongkah harapan dan kepastian.
Tahun ke tahun aku meyakini, aku bahagia.
Bahagia menjadi kecil dan terpelihara.
Lalu aku tersadar dan tersentak, hanya sampai disinikah bahagia itu?
Saat payung yang selalu melindungiku dari hujan dan panas terbelah.
Ya, terbelah dua.
Payung itu terbelah seakan berkata, "aku telah rusak, jangan memaksaku melindungimu lagi".
Payung itu kini menjadi 2 bagian.
Bagian yang satu telah rusak dan hilang di bawah tumpukan tanah.
Dan bagian yang satunya lagi, telah menjadi kusam.
Kalian begitu egois wahai payung.
Seandainya kalian bertahan hingga aku dewasa, aku akan memelihara kalian hingga awet dan tak kan pernah rusak.
Jangan pernah salahkan aku wahai payung..
Tak ada harapan yang buruk.
Begitupun aku berharap kepada mu.
Karena dalam hatiku kau tetaplah payung yang utuh..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H