Mohon tunggu...
Ceritanya Arin
Ceritanya Arin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Selamat datang di web pribadiku, si budak tugas!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Berkuasa

8 Desember 2023   16:39 Diperbarui: 8 Desember 2023   16:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PENGENALAN DAN LATAR BELAKANG

Ir. Yati Lismiati seorang pembisnis dan politikus, lahir di Cimahi, 23 November 1964. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Kusnadi dan RD Tin Suharti, adapun anak ke-2 bernama Rakhmat Hidayat (alm), dilanjut dengan Siti Yayah Rukoyah, dan Pipin Nurwati. Ia menikah di usia 31 tahun dengan Hanni Hanson pada tahun 1995. Setekah satu tahun pernikahan Ia dikaruniai seorang anak perempuan bernama Vania Bamara dan disusul tahun 2000 anak keduanya, Salsa Meidya,

Sejak kecil ia hidup di Cimahi, menempuh pendidikan di SDN 13 Cimahi, dilanjut SMP di SMPN 1 Cimahi, SMAN 1 Cimahi, dan berkuliah di Universitas Islam Nusantara Bandung dengan jurusan Teknik Industri, namun awalnya Ia berkeinginan untuk mengambil pendidikan kepolisian tapi gagal, dan mencari jurusan yang tidak banyak dijadikan pilihan oleh teman-teman, dan dipilihlah Teknik Industri. Pada tahun 2022 Ia pun memutuskan untuk melanjutkan S2 di Universitas Bandung.

PERJALANAN BISNIS

 Sejak lulus kuliah Ia berpikir bagaimana caranya untuk medapatkan uang. Melihat bagaimana sang calon  suaminya, Hanson (yang sekarang menjadi suami), sukses menjalankan bisnis, Ia pun memilih untuk mengikuti jejaknya, dan berharap bisa melampaui usaha-usaha sang suami. Dimulai pada tahun 1988 setelah lulus dari universitas Ia dan Hanson melakukan pengadaan barang berupa komputer kepada instansi pemerintahan. Pengadaan barang tidak berjalan lama sehingga mencari bisnis lain yakni kegiatan ekspor manisan rambutan ke Korea Selatan pada tahun 1992 hingga 1993, rambutan tersebut di ambil dari daerah Lampung hingga Muara Bungo, Jambi, namun sayangnya bisnis ini hanya berjalan selama satu tahun.

 Setelah bisnis, maka kegiatan yang diambil adalah mengajar di sekolah yang didirikan oleh Hanson yaitu LPAB (Lembaga Pendidikan Alumna Bakti) yang sebelumnya dikenal dengan Institut Sekretaris Indonesia, namun karena tuntutan dari Hanson yang tidak memperbolehkan istrinya sibuk, dan harus mengurus urusan rumah tangga dan anak di rumah maka setelah menikah Ia pun berhenti berkegiatan untuk sementara waktu.

Setelah menikah, punya anak dan di rasa sudah mampu untuk melanjutkani bisnis maka dipilihlah bisnis mengelola pasar Bersama sang suami, pasar ini punyanya pemda (lahan) namun pendanaan dilakukan oleh pribadi seperti renovasi kios, dan fasilitas lainnya, yang nantinya kios-kios tersebut akan dijual kepada para pedagang pasar. Pasar yang dikelola pertama adalah Pasar Banjar yang terletak di Kecamatan Banjaran, Bandung, lalu selanjutnya Pasar Pamoyanan di Kecamatan Cicendo, Bandung, ada juga di Kota Garut, pasar dengan 1350 kios. Usaha ini terus berlanjut karena para pemilik kios belum sepenuhnya melunasi kios mereka.

 Lalu ada juga bisnis yang Ia jalani dari tahun 2014 sampai sekarang, Yati berkata bahwa bisnis ini diawali dengan tawaran dari rekan kerja untuk memegang bisnis outsourcing parkir, Ia pun bersedia, lalu mulailah belajar dan menggali mengenai outsourcing parkir tersebut yang diberi nama PT Buana Mas Eka Pratama. Perlahan usaha ini berkembang di beberapa rumah sakit dan mall di Jawa Barat seperti Bandung, Garut, Tasik, Ciamis, Cimahi, Pangandaran, tawaran pun terus datang seperti Rumah Sakit Otista Bandung, Bank BJB, AEON Bekasi hingga tawaran dari Walikota Cimahi untuk mengelola parkir pinggir jalan, namun pada kasus ini parkir pinggir jalan biasanya sudah dipegang oleh ormas setempas sehingga Yati merasa sulit, oleh karena itu Ia pun menolak tawarannya.

Adapun proses dan riset dalam pengembangan usaha ini dengan cara melihat dulu bagaimana pembagian penghasilan dengan perusahaan yang akan bekerjasama ini, kontrak kerjanya apakah sharing profit atau sewa lahan. Untuk masalah pembelian mesin dan system itu dari outsourcing, satu mesinnya Yati beli diharga 120 juta. Untuk omset Ia tidak bisa menyebutkan, tapi Ia brkata jika dilihat dari pajaknya Bandung itu 25%, perbulannya maka Yati bisa mengeluarkan ratusan juta untuk satu lokasi di Bandung tersebut, mungkin bisa dihitung sendiri ya.

Seiring berkembangnya jaman, bahkan dunia parkir juga terus berkembang, bahkan Yati berkata saat Ia sedang di rumah pun Ia tetap bisa memantau pemasukan dari mesin parkir melalui sistem, apakah ada pengurangan di hari itu, jika dirasa ada kekeliruan maka langsung menghubungi tim teknisi.

Dengan tim yang dimilikinya maka akan memudahkan Yati untuk mengontrol semua bisnisnya, Ia berkata bahwa setiap lokasi maka berbeda juga timnya, seperti supervisor, manajer lapangan, leader, attendant, sampai kasir, "setiap lokasi bisa sampai 30 orang, tidak sembarang orang yang saya pilih, supervisor saya insinyur, anggota yang lain juga sebelumnya memang sudah pernah bekerja dibidang ini." Ujar Yati.

Untuk shift kerja para karyawan tergantung penempatan lokasinya, jika di mall maka dibagi menjadi 2 shift saja pagi-siang dan siang-malam, tapi jika rumah sakit itu 3 shift, pagi-siang, siang-malam, malam-pagi. Yati juga turun langsung untuk mengelola gaji timnya, tidak seperti karyawan biasa yang punya gaji yang tetap, outsourcing ini beda. Seperti berapa hari karyawan tidak masuk maka ada pemotongan gaji, berapa kali melakukan lembur maka ada kenaikan gaji, sehingga setiap bulannya para karyawan mendapatkan gaji yang berbeda-beda. Ia juga berkomunikasi langsung kepada semua divisi, mulai dari manager hingga kasir, sehingga komunikasi berjalan dua arah.

  Setiap sebulan sekali Yati mengadakan meeting dengan karyawannya, memberikan beberapa arahan mengenai pekerjaan. Dan juga terus mengingatkan mereka untuk 3S (senyum, salam, sapa), sebagaimana SOP perusahaan mereka.

Dibalik banyaknya usaha yang Ia jalani pasti ada saja hambatan yang harus dihadapi seperti orang kepercayaannya melakukan penipuan. Karyawan tersebut membantu dalam pengelolaan pasar di Garut, Yati bahkan berikannya fasilitas tempat tinggal di Garut, dia bertugas sebagai kolektor, yakni juru tagih pembayaran kios-kios pasar. Kejadian ini Yati sadari ketika ada salah satu kios yang memberikan info tentang sisa pembayaran cicilannya, namun perhitungan Yati dan pemilik kios itu berbeda, setelah dicek ternyata uang tersebut dikorupsi oleh orang kepercayaannya yang kebetulan orang tersebut merupakan pegawai bank, langsung saja Yati memecat karyawan tersebut dan dilaporkan kepolisi namun uang tetap tidak kembali, kerugiannya pun lebih dari 1 miliar rupiah. Kegagalan dalam berbisnis pasti ada.

Selain bisnis pasar itu, bisnis outsourcing juga pernah mengalami hambatan seperti pencurian motor. Tapi perusahaannya sudah mendaftarkan asuransi sehingga jika ada masalah seperti ini bisa langsung diatasi.

Yati juga bercerita tentang rencana bisnis kedepannya, Ia berkata untuk menambah bisnis baru kemungkinan tidak karena  sudah Lelah, tapi untuk menambah lokasi di bisnis yang sudah ada kemungkinan besar iya. Karena anak-anak Yati tidak mau melanjutkan bisnisnya, mereka sudah bekerja di bidangnya masing-masing. Jadi tugasnya sekarang hanya melanjutkan bisnis yang sudah ada saja.

Untuk anak-anak muda yang mau memulai usaha bisnisnya, Yati berpesan Belajar itu harus dari muda dengan begitu semua akan terasa lebih mudah dalam mencapai kesuksesan, jika kita gagal maka masih ada waktu untuk membenahinya. Yati merasa bahwa Ia pun telat untuk mencoba bisnis ini tapi dari pada tidak sama sekali. Belajar juga untuk berorganisasi sedini mungkin, perbanyak relasi, bertemu dengan para pengusaha dan orang orang hebat lainnya. Karena lingkungan akan mempengaruhi pola pikir kita, berteman dengan orang-orang sukses akan membuat kita terpacu untuk maju.

Memilih pasangan yang sejalan juga menjadi faktor penting, seperti di dunia bisnis, maka berbisnislah berdua dari nol bahkan dari sekolah mulailah mencoba bisnis. Namun tetap kita pilih apa yang kita mau, apakah ingin membangun bisnis sendiri atau menjadi pekerja di perusahaan orang lain, banyak cara menuju kesuksesan, jadi dari usia muda kita harus memikirkan untuk kedepannya apa yang mau kita jalani karena saingan kita itu bukan dari kanan kiri saja tapi dari atas bawah juga.

          Bukan hanya di dunia bisnis Yati pun sukses dalam mengurus anak-anaknya untuk berhasil sedari muda, Yati beranggapan bahwa Ia harus tahu anak-anaknya berpacaran dengan siapa, bagaimana agamanya, karena mereka berdualah yang nantinya akan menentukan nasib hidup mereka kedepannya. Kuatnya dasar agama di saat jauh dari orang tua, jangan dilihat dari kaya atau tidaknya tapi berkembang bersama-sama, memiliki pekerjaan, mempunyai kemauan yang kuat maka pasti akan berhasil. Sehingga pentingnya memilih pasangan, karena pasangan itu bukan untuk satu tahun atau dua tahun tapi untuk selamanya. Juga saat punya anak nanti cari tahu apa kebisaannya, karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, jika kurang dalam akademis carilah mungkin unggul dalam olah raga atau kesenian, sehingga memupuk sifat kebanggan kepada diri sendiri, jangan sampai punya perasaan minder ketika melihat orang lain.

PERJALANAN KARIR POLITIK

Tidak berhenti di situ saja, Yati juga mencoba untuk ikut serta dalam politik. Yati merasa bahwa sejak SD Ia sudah senang untuk berorganisasi, dengan menjadi ketua kelas hingga SMA, mengikuti kegiatan sekolah seperti pramuka, dll. Di saat teman-temannya menikmati masa muda dengan berpacaran, namun Ia lebih tertarik dengan kegiatan organisasi. Pada usia 19 tahun, setelah lulus SMA Yati aktif ikut Ormas Pemuda Pancasila dan masuk ke dalam Partai Golkar namun tidak aktif seperti sekarang. Ia mengatakan bahwa seseorang bisa menjadi legislative, walikota, kepala daerah, bupati, dsb itu harus punya kendaraan, yaitu partai. Dengan aktif ikut berorganisasi maka memudahkan kita untuk bisa ikut partai karena banyaknya relasi, menjadi anggota partai sama dengan menjadi "pesuruh masyarakat" yang artinya kita harus tetap menjadi seseorang yang bisa membantu masyarakat di wilayah kita sendiri. Selain itu Ia juga aktif menjadi Ketua RW selama 4 periode (12 tahun) sejak tahun 2014, dan suaminya menjadi Ketua RTnya.

Sekitar tahun 2009 Yati memutuskan untuk nyaleg dalam naungan Partai Patriot, partai yang dibentuk oleh Pemuda Pancasila, namun gagal karena dilihat dari Partai Patriot yang pada saat itu masih menjadi partai kecil karena baru merintis. Dan akhirnya tahun 2014 Ia mencoba nyaleg lagi melalui Partai Nasdem, Yati menang di mahkamah partai dan seharusnya berhasil untuk bisa menjadi dewan selama 2,5 tahun, namun karena Partai Nasdem pada saat itu adalah partai baru maka tidak ada perubahan posisi untuk Nasdem di seluruh Indonesia.

          Lalu di tahun 2019 Yati berada di bawa incumbent, dan 2024  Yati mencoba kembali untuk nyaleg, Yati berpendapat bahwa kemungkinan sekarang nyaleg terakhir  dilihat dari usia yang tidak muda lagi .

          Sudah lebih dari 10 tahun Ia masuk ke dalam partai, namun ada jabatan dan tugas yang paling memengaruhi Yati, yaitu di tahun 2019 menjabat sebagai Wakil Sekretaris Partai Nasdem DPW Jabar, dan sekarang menjadi Wakil Ketua Bidang Kehutanan Agraria & Tata Ruang. Ia berceita mengenai programnya, program ini berfokus pada sampah yang ada di Kota Bandung.

          Dengan menghimbau untuk masyarakat Bandung bahwa nantinya TPS tidak akan menerima sampah makanan rumah tangga lagi, dengan begitu Yati mengajarkan masyarakat secara langsung untuk mengolah sampah makanan menjadi kompos yang bisa digunakan lagi. Program ini dibuat karena beberapa saat lalu terjadi kebakaran d TPS Bandung, dengan adanya program ini maka sampah yang dibuang ke TPS akan berkurang. Program ini diberi nama Kang Empos, dengan bahan ember, karung, tanah, dan sekam. Dengan cara taruh karung ke dalam ember lalu masukan sekam ke dalam karung sebanyak 10cm, setelah itu tanah juga masukan 10cm, lalu campurkan dengan sampah makanan dari rumah tangga, aduk ketiganya dan tutup karung, proses ini terus dilakukan setiap harinya sampai karung penuh. Jika sudah penuh maka ikat karung tersebut dan biarkan berada di udara luar selama satu bulan, dan jadilah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk tanaman. Jadi nantinya TPS akan menerima sampah yang bisa diolah oleh mereka saja, seperti plastik, kardus, kaleng, dsb.

 Tahun 2024 Yati menjadi calon legislative, Ia akan mengikuti pemilu di 14 Februari. Banyak cara yang dilakukan Yati untuk mendapat dukungan dari masyarakat, salah satunya dengan memasang baliho di pinggir jalan, namun Ia berpendapat bahwa jika hanya pasang baliho orang tidak akan kenal tidak akan sampai ke hati, apa akan dilihat apa partainya? Apakah orang-orang yang lihat akan tahu dia dari DPR mana kota, provinsi, atau pusat? Hanya selewat saja. Maka sebagai caleg kita harus turun langsung ke masyarakat, Yati pun sudah kampanye ke enam kecamatan, setelah berkunjung ke beberapa wilayah Yati pun menyadari bahwa masyarakat itu terbagi menjadi dua kalangan, masyarakat kelas bawah dan atas, kalau komplek masuknya masyarakat kelas atas dan bagaimana cara kita masuk ke masyarakat itu dengan carilah tokoh setempat yang bisa didengar oleh rakyat, berbeda dengan masyarakat kelas bawah kita akan berurusan dengan perut, makanan, dan uang. Tapi selain itu juga kita beri pengarahan kepada kelas bawah bahwa kampanye ini adalah faktor penentu bagaimana kehidupan kita kedepannya, apakah nanti kedepannya yang menang akan mampu mendengarkanlah aspirasi mereka seperti banjir, bantuan kepada ibu hamil, tunjangan pemerintah (PKH, BPMT, BPJS, BOS). Jangan hanya mau untuk diberi uang 100 ribu dan habis begitu saja di  hari itu tapi kehidupan lima tahun kedepannya tidak akan terjamin. Jadi caleg harus pintar berbicara memberi arahan kepada masyarakat tentang mana yang baik yang harus dipilih, begitu Yati bercerita.

 Selain kampanye ke pemukiman warga rencananya Yati juga mau kampanye ke sekolah-sekolah, memberikah arahan-arahan kepada mereka yang baru akan mencoblos untuk pertama kalinya, karena suara anak muda Indonesia juga besar, jumlah mereka banyak.

Diusianya yang sudah tidak muda lagi, Yati mengungkapkan jika pemilu kali ini Ia tidak berhasil maka Ia akan mundur dari dunia politik dan melanjutkan bisnis yang ada saja. Namun sebaliknya, jika berhasil maka pemilu selanjutnya di 5 tahun mendatang Yati akan berkontribusi lagi.

Sebagai perempuan yang memiliki banyak aktifitas, selain menjadi pebisnis dan politisi Yati juga mengurus kebutuhan rumah tangga, suami, anak, belum lagi menjadi Ketua RW, ketua forum yang dinaungi oleh 13 RW, hingga Ketua Forum Pemberdayaan Perempuan Kota Bandung. Banyaknya kegiatan tersebut memang tidak mudah, membuat lelah bahkan untuk membuka handphone saja sampai tidak ada waktu, namun bagaimana pun ini keputusan yang dipilih oleh Yati dengan sikap dibawa santai, ditambah Yati juga punya orang-orang kepercayaan untuk membantu di lokasi-lokasi proyek, sehingga memudahkan Yati dalam mengerjakan semua tugasnya.

Ogi Desyandhi Mulevian, salah satu teman Yati yang ditemui saat di bangku kuliah, pertemanan mereka dimulai sejak tahun 1984. Ogi menjelaskan bahwa Yati memang memiliki sikap ambisi yang positif sejak dulu, selalu berusaha menjadi yang lebih baik dari teman-temannya. Ia juga mengatakan bahwa saat di kampus Yati aktif mengikuti organisasi. Sejak dulu Yati selalu memilih dalam pertemanannya, Ia akan berteman dengan orang-orang yang bisa membawa Yati ke arah yang baik, dengan begitu maka Yati akan terbawa menuju kebaikan, tapi bukan berarti Yati membatasi diri dengan lingkungan lainnya, Yati memiliki banyak teman dan mampu berinteraksi dengan perbedaan dilingkungannya, sehingga Yati dikenal oleh banyak orang sejak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun