"Pak Randi, setelah bersih-bersih ikut saya sebentar ya. Sekaian dibawa alat bersih-bersihnya." Kata kepala kantor yang datang dari arah belakang Pak Randi. Sontak, dia kaget dan berbalik sambil bermuka tegang.
"Oh nggih Pak." Pak Randi tanpa curiga apapun, sebab biasanya kepala kantor sering menggunakan kekuasaaanya itu untuk menyuruh bawahannya untuk membersihkan lahan kosong di belakang kantor.
"Nanti ajak si Nur, biar cepat selelsai pekerjaanmu." Si Nur ini adalah petugas kebersihan asli di kantor tersebut.
Tak lama dari itu pukul 08.05 orang bertubuh tegap, berpakaian perlente memasuki ruangan kepala kantor. Pak Randi melihatnya dari luar, sepertinya ia mengenal orang tersebut. Ya, dia adalah ornag penerima surat yang sepekan berturut-turut ia beri surat titipan dari kepala kontor. Tak lama orang tersebut memasuki ruangan, ia keluar dengan tergesa. Diikuti juga kepala kantor yang langsung menuju parkiran mobil tuanya. Berjalan menuju halaman.
"Pak Randi, ayo naik," katanya dari dalam mobil sambil memaksa.
"Loh Pak ini mau kemana to, kok pakai mobil segala?," Jawabnya bingung.
"Wes ra usah kakean takon. Ayo, Nur dipanggil nanti keburu siang."
"Nggih Pak, nggih," Nur yang sedang sarapan di ruang belakang ditarik saja dengan Pak Randi.
Mereka berdua duduk di bak belakang mobil, sedangkan kepala kantor menyetir tanpa kawan.
"Nur, nggak biasannya ya jalan sepi gini, tadi pas aku berangkat kerja juga jarang ada yang pergi ke pasar. Padahal aku kangen lo sama buburnya Mbok Yem."
"La nggih  Pak. La Mbok Yem kan sudah beberapa hari ini tidak jualan Pak. Katanya suaminya lagi pergi jadi nggak ada yang bantu-bantu."