Mohon tunggu...
Rio Nurgiono
Rio Nurgiono Mohon Tunggu... -

The young generation who rise up with love and peace. Hanya seorang pemuda yang doyan diskusi dan memasak kata. Follow Twitter: rionurgiono18 // Ig: rionurgiono

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Adelyn Bersama Sepucuk Surat

29 Oktober 2018   14:15 Diperbarui: 1 November 2018   19:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adelyn masih termenung dalam bayang-bayang sendu menggenggam sepucuk surat. Surat yang habis dibacanya secara peralahan menciptakan air mata yang tersungkur tanpa sempat mengalir pada muara.

Langit tampak cerah dan burung-burung coba bernyanyi semerdu mungkin, Adelyn tetap tak menggubris. Ia tetap pandangi danau dari kejauhan, sesekali Ia tersenyum pada langit yang tak lelah menampung segelintir pertanyaan akan dukanya.

Mengapa?

Mengapa?

Dan mengapa?

Pada bangku tua yang senantiasa menopang berat tubuhnya sejak setahun terakhir, Adelyn mencari-cari suara sang kekasih memanggil namanya berulang-kali dari dalam hutan.

Adelyn berlari dengan ditemani bayang-bayang yang menuntunnya hingga memasuki tengah hutan. Pepohonan menyambutnya dengan beramai-ramai, Ia mencoba melihat ke arah sekelilingnya dan tak menemukan suara itu.

Sebuah goresan tertulis dua nama terlihat samar-samar pada salah satu pohon cemara. Memaksanya mengingat lembaran lama yang tadinya sudah terkubur bersama duka.

Adelyn tersandar pada pohon cemara yang menjadi saksi akan janji setianya. Bersama air mata yang belum sempat kering, Ia mulai berjalan perlahan tak tentu arah.

Dalam hening, kembali bayang-bayang itu mencoba menggenggamnya, menuntun Adelyn pada tempat semula; bangku tua.

Senja kali ini sangat indah, Adelyn menikmatinya sembari tersenyum riang. Sepucuk surat yang menunggunya sejak lama, akhirnya menemaninya dalam pelukan hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun