CERITA SUKSES KADER TB ‘AISYIYAH
Netty Fransin Hehakaya
(Kader Kecamatan Sukun – Kota Malang)
Berawal dari kesibukannya merawat orang tuanya yang sakit, wanita ini akhirnya mengetahui tentang banyak hal mengenai dunia kesehatan. Baginya selama ini di masyarakat banyak sekali orang yang tahu tetapi kurang peduli terhadap kesehatan dirinya sendiri apalagi kepedulian kepada orang lain.
Ibu Netty Fransin Hehakaya lahir di Kota Malang 48 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 Nopember 1967, sejak kecil sudah aktif dan sering mengikuti kegiatan organisasi di sekolahnya dan pada akhirnya keingintahuannya di bidang kesehatan mulai diwujudkannya dengan berkecimpung sebagai Koordinator Kader Posyandu Balita dan lansia di lingkungan tempat tinggalnya yaitu di wilayah Mergan Raya Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun sejak tahun 2011.
Tahun 2014 beliau bergabung di Kader Komunitas TB Care ‘Aisyiyah Kota Malang ketika beliau mendapatkan informasi tentang adanya kebutuhan kader TB yang diperolehnya dari Ibu Jukhriyah sebagai penanggungjawab program TB di Puskesmas Janti Kecamatan Sukun Kota Malang dan karirnya sebagai Kader TB diawalai dengan mengikuti pelatihan Kader Tahap I dank arena keaktifannya beliau dipilih sebagai Koordinator Kecamatan (Korcam) wilayah Kecamatan Sukun. Selama bertugas menjadi Kader TB beliau melakukan aktivitasnya dengan melakukan penyuluhan di forum-forum atau kegiatan Posyandu, PKK, Dasa Wisma, Paguyuban Posyandu dengan harapan masyarakat tertarik untuk mendengarkan tentang apa itu Tb dan bagaimana dampaknya apabila seseorang terkena penyakit TB dan beliau berharap dari proses mendengarkan ini masyarakat bisa memahami dan selanjutnya menyebarluaskan info kepada masyarakat lainnya, karena menurut ibu 2 anak ini banyak masyarakat yang belum sadar dan belum paham tentang TB dan dampaknya apabila terkena penyakit tersebut. “Walaupun penyuluhan yang saya lakukan tidak sedetail dokter tetapi saya berharap masyarakat tau tentang TB secara umum dan dari sini saya menghimbau kepada masyarakat apabila ada disekitar mereka yang mempunyai ciri-ciri seperti yang saya sampaikan supaya segera disampaikan ke saya melalui no HP yang selalu saya sebarkan setiap ada pertemuan atau penyuluhan, jika warga yang merasa memiliki ciri-ciri penyakit TB seperti yang saya sampaikan itu malu, akan saya datangi dengan membawa pot dahak dan bila perlu akan saya antarkan ke Puskesmas untuk periksa dahak.” Sehingga kemanapun beliau pergi tak lupa buku saku TB selalu dibawanya.
Selama melaksanakan tugasnya sebagai Kader TB ‘Aisyiyah tentu saja banyak suka maupun duka yang dialami oleh ibu satu ini, banyak suara-suara di masyarakat yang kadang kurang enak didengar karena dianggap sok pahlawan, sok tau tentang penyakit TB dan lain-lain, namun hal ini tidak mengurangi semangatnya untuk tetap berjuang mengentaskan penyakit TB khususnya di Kota Malang. Apalagi dukungan dari suami dan anak-anaknya membuat beliau semakin bersemangat untuk ikut berperan dalam memerangi penyakit TB di Kota Malang. Sedangkan hal yang membuatnya senang adalah dengan menjadi Kader TB ‘Aisyiyah beliau menjadi banyak mendapat pengalaman, banyak menambah teman dan silatuurahmi, baginya untuk bisa mendapatkan suspek TB adalah tantangan yang menyenangkan, walaupun kadang di awal kegiatan pendekatan kepada suspek banyak mengalami kendala, namun dengan pendekatan secara kontinyu dan kekeluargaan pada akhirnya ibu Netty bisa memperoleh banyak suspek. Kendala yang sering dihadapi adalah banyak suspek yang merasa malu ketika dia divonis positif TB karena akan dikucilkan di masyarakat sehingga malu untuk berobat baik ke dokter maupun ke puskesmas dan trauma jika harus disuntik untuk pengobatan TB. Menurutnya hal ini hanya bisa dilakukan jika ada dukungan penuh dari pihak keluarga suspek dan harus dimotivasi agar mau berobat ke Puskesmas atau fasyankes lainnya. Hal ini juga pernah dilaminya saat mendampingi pasien TB ketika harus mengawasi pasien saat minum obat. Beberapa hal dilakukan dengan jalan mengawasi pasien sebelum jam minum obat maupun setelah minum obat.
Hingga saat ini jumlah suspek yang sudah didapatkan oleh Ibu Netty sebanyak 12 suspek dengan 2 orang BTA+ dan 10 BTA- dan 1 orang sudah dinyatakan sembuh. Sebagai Korcam Sukun, Bu Netty selalu memotivasi anggotanya dan selalu mendukung dan mendampingi setiap ada kegiatan penyuluhan TB. Beliau berharap agar masyarakat khususnya di Kota Malang bisa sadar bahwa TB sangat berbahaya dan harapannya ke depan agar penyakit TB khususnya dikota Malang bisa disembuhkan dan teratasi (Malang bebas TB). Walaupun reward yang diterima tidak seberapa, beliau berharap ini tidak akan menjadi kendala atau hambatan didalam melaksanakan tugasnya sebagai Kader TB ‘Aisyiyah karena pada intinya beliau bekerja dengan niat untuk ibadah dan selalu bersyukur dengan rejeki yang ada. Semoga niat baik ini menjadi teladan bagi kita semua. (By.Nenny)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H