Mohon tunggu...
Cerita Ch4
Cerita Ch4 Mohon Tunggu... Lainnya - Petualangan cerita

Yang baik dari Allah,yang buruk dari saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulliying

4 Januari 2022   12:05 Diperbarui: 4 Januari 2022   12:11 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nama saya Metha. Saya punya teman bernama Emily. "Aku tidak mengerti mengapa
semua temanku membencinya!" Padahal dia anak yang baik dan juga pintar. Kurasa mungkin
karena ayahnya. Ya! ayahnya adalah seorang tahanan. Tapi haruskah kita menyalahkan Emily
atas kesalahan ayahnya? Tentu saja itu tidak benar adanya? Tapi sebagai teman, saya hanya bisa
menyemangati dan mendukungnya.

Suara bel sepeda saya terdengar dari kejauhan, Emily berpamitan dengan ibunya. "Nak,
ingat, jangan dengarkan temanmu yang suka mengejekmu karena mereka tidak tahu apa-apa,"
kata ibu ily.

"Good lady" jawab Emily dengan senyum kecil di bibirnya. Setelah berpamitan, Emily dan aku
pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Emily langsung disambut dengan kata-kata ejekan
dari teman-temannya. Tapi yang paling umum adalah Galang dan Evans, anak dari pemilik sekolah tempat kita belajar. "Hei teman-teman, ada anak narapidana niih!!" kata Galang.

"Saya benar-benar malu dikutuk," kata Evans.

Mengabaikan kata-kata ejekan tersebut, Emily melanjutkan perjalanannya dengan tenang,
ditemani sorot mata sinis dari teman-temannya. Metha yang berada tepat di belakangnya hanya
bisa menarik napas panjang dan mencoba menyemangati Emily lagi.

"Sabar Kania ya! Dan ingat nasehat ibumu," kata Metha bersemangat.

Emily hanya bisa menjawab dengan menganggukkan kepala dan sedikit senyum di bibir
manisnya. Melihat senyumnya, Metha merasa lega karena kondisi Ily baik-baik saja.

Kemudian Metha meraih tangan Emily dan membawanya ke kelas. Bel berbunyi,
menandakan pelajaran dimulai. Dari kejauhan terlihat seorang laki-laki bertubuh kekar pergi ke
kelas untuk mengajar bahasa Indonesia bernama Pak Teguh. Selama pelajaran ini, Pak Teguh
meminta tugas. Semua siswa mengambil tugasnya, kecuali Emily yang terlihat bingung, seperti
sedang mencari buku kerja.

"Apakah buku itu tertinggal, apakah Emily merencanakan kelas dengan buruk, atau buku itu
jatuh?

" pikir Metha, juga khawatir dan bingung. Sebelum Metha sempat mencoba membantu Ily,
Pak Teguh menoleh ke arah Ily yang sedang sibuk mencari buku tugasnya.

"Apakah kamu tidak melakukan pekerjaan Ily!" Pak Teguh menggeram dengan wajah kesal.

"Ya, Pak, tapi bukunya tidak ada," jawab Emily pelan

Kepala Emily tertunduk, matanya menatap tajam ke arah Galang dan Evans yang sedang
cekikikan melihat Emily yang dimarahi Pak Teguh. Dalam hati Emily, dia seolah memberontak
dan bernapas tidak teratur. Melihat semua itu, Metha merasa semua pertanyaannya sudah
terjawab, bahwa semua masalah yang dialami Emily sekarang adalah ulah Galang dan Evans.
Sikap Galang dan Evans terhadap Kania terus berlanjut hingga akhirnya mereka mencapai
kejadian yang menjadi puncak kenakalan mereka.

Insiden itu terjadi saat Emily dan aku sedang mengejar ketertinggalan. Karena itu bel,
Emily dan aku berlari ke kelas. Saat dia masuk, kaki Evans tiba-tiba menghalangi langkah
Emily. "Breekkk..." terdengar suara, yaitu suara Ily yang jatuh. Awalnya, Galang dan Evans
tertawa terbahak-bahak seolah misi mereka berhasil. Metha langsung kaget melihat Ily terjatuh,
dan Metha langsung menghampiri Ily dan menanyakan kondisinya. Emily hanya terdiam dengan
mata terpejam, seolah menjerit kesakitan, tangannya mencengkram pergelangan kaki seolah
merasa tak kuat lagi. Semua temannya mengepung Metha dan Emily. Melihat kondisinya yang
semakin memburuk, wajah Galang dan Evans menjadi pucat, langkah kakinya mulai menjauh,
wajahnya penuh ketakutan dan kecemasan. Hari tragis berakhir setelah Emily dibawa ke rumah
sakit untuk perawatan

Keesokan harinya, suasana kelas meredup seolah masih diliputi kesedihan.

Galang dan Evans yang dulunya ramai kelas hari ini, terdiam di pojok belakang kelas.
Tak lama kemudian Metha masuk ke kelas dengan wajah penuh kemarahan dan kejengkelan.
Matanya terfokus pada Galang dan Evans. Pak Rahmat, guru BK di sekolah itu, berada tepat di
belakang Metha. Galang dan Evans semakin ketakutan. Keduanya semakin terjebak dan akhirnya
keduanya diseret ke ruang BK oleh Pak Rahmat karena kesalahannya.

Sebagai teman, Metha kini lega akhirnya melaporkan perilaku Evans dan Galang yang
melecehkan teman-temannya. Karena perilakunya menyakiti banyak orang. Bahkan tidak jarang
mereka yang sering dibully sampai putus sekolah karena depresi, dan ada juga yang pindah
sekolah karena tidak kuat lagi menerima hinaan Galang dan Evans.

Satu minggu berlalu akhirnya Emily dapat kembali bersekolah. Dan hari itu pula pertama
kalinya Galang dan Evans memohon maaf pada Emily di hadapan semua teman-temanya dan
para guru. Serta hari ini menjadi hari terakhir kalinya bagi Galang dan Evans disekolah itu.
Karena mereka telah dikeluarkan dari sekolah sebab perilaku yang membuat kesalahan fatal itu
sudah tidak bisa diampuni oleh pihak sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun