Mohon tunggu...
Ceren susi Anggraeni
Ceren susi Anggraeni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Politik

Trying to learn to write

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Kotak Kita WarSa di Pilkada Jombang

4 Desember 2024   17:00 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:17 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena “Kotak Kita WarSa” pada Pilkada menjadi sorotan penting terkait partisipasi masyarakat dalam politik lokal. Inisiatif ini digagas oleh Warsubi dan Salman pada Pilkada Kabupaten Jombang dan berupaya untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat melalui kotak harapan. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya mendengarkan keluhan, namun juga mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses politik. Namun, timbul pertanyaan mengenai seberapa efektif inisiatif ini dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat luas. Dalam konteks demokrasi lokal, Kotak Kita WarSa mencerminkan upaya pro-rakyat, tetapi juga membuka ruang kritik terhadap efektivitas dan keberlanjutan mekanisme tersebut. 

Tidak semua orang merasa nyaman mengungkapkan keinginannya secara langsung. Oleh karena itu, wish box ini memberikan alternatif efektif bagi warga Jombang untuk menyampaikan keinginannya tanpa harus menyampaikan pendapat di depan umum. Inovasi ini memudahkan aspirasi yang sebelumnya tidak terdengar bisa didengar, karena masyarakat bisa leluasa menuliskan keluh kesah, harapan, dan gagasannya.

WarSa merupakan singkatan dari pasangan Calon Bupati dan Walik Bupati Jombang Warsubi dan Salman. Cara mensosialisasikan gagasan ini cukup aneh, karena mereka menyiapkan kotak harapan yang dinamakan Kotak Kita Warsa. Kotak ini berbentuk persegi panjang sederhana dengan ukuran sekitar 50 cm x 30 cm, terbuat dari bahan kardus tebal yang dilapisi dengan warna dasar putih dan didesain dengan tulisan “Kotak Kita WarSa” dan “Kotak Harapan”. Pada bagian atas penutup, terdapat celah kecil untuk memasukan kertas kecil yang telah disediakan. Kotak tersebut berisi harapan, aspirasi dan masukan masyarakat demi masa depan Jombang yang lebih baik dan progresif. 

Hal ini tentu saja untuk menjembatani kesenjangan antara masyarakat, khususnya generasi muda, dengan calon bupati Jombang Warsubi dan Salman. Ketua Komunitas Kita WarSa Muhammad Sugihanur mengatakan, mayoritas yang mengisi kotak harapan tersebut adalah para pemuda Jombang yang tergabung dalam berbagai komunitas di Jombang. Inisiatif ini senantiasa ditampilkan dalam seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas Kita WarSa. Tidak hanya melalui itu saja, program tersebut dilanjutkan dengan tur ke berbagai lokasi dari satu kecamatan ke kecamatan lain yang ada di jombang. 

Warsubi dan Salman diusung oleh Koalisi Jombang Maju pada Pilkada 2024. Terdapat 8 partai politik yang tergabung dalam Koalisi Jombang Maju, diperkuat oleh PKB yang menguasai 24 % kursi DPRD Jombang, Partai Gerindra, Partai Golkar, PKS, NasDem, serta partai ekstra parlemen PAN, Partai Gerindra dan PSI. Partai parlemen akan menguasai kursi sebesar 30 atau 60 % dari 50 kursi DPRD Jombang pada periode 2004-2029. Peluang kemenanagan Warsubi dan Salman disemua kelompok pemilih, hampir mencapai 60 %. Kuantnya elektabilitas WarSa tidak lepas dari tingginya tingkat kesukaan masyarakat terhadap pasangan ini, dengan angka 87,3 % dibandingkan 82,9 % untuk Petahana. 

Mengingat Pemilukada di Jawa Timur, pengumpulan aspirasi melalui kotak harapan merupakan langkah inovatif dan terbaru untuk mendekatkan diri dengan masyarakat lokal. Namun, kita memerlukan mekanisme yang jelas untuk tidak hanya memastikan aspirasi tersebut terwujud, namun juga untuk melaksanakannya. Setelah mengumpulkan aspirasi, mekanisme yang dilakukan Warsubi adalah membuka kotak Kita WarSa secara transparan dengan membaca keinginan dari masyarakat Jombang. Hal tersebut terpampang di media sosial Warsubi, dan saat menghadiri acara yang diadakannya. Salah satu yang dibacakan Warsubi adalah keinginan Irawan untuk memperbanyak penerangan jalan dan bagaimana mekanisme selanjutnya yang dilakukan Warsubi masih menimbulkan tanda tanya? 

Melalui kotak-kotak tersebut, mereka berupaya menangkap langsung keluh kesah dan harapan masyarakat. Pendekatan ini tampaknya mengimbangi keterbatasan waktu dan ruang dalam kampanye tradisional. Oleh karena itu, tidak ada sekat-sekat antara calon pemimpin dan masyarakat. Namun cara tersebut dinilai tidak akan terlalu praktis jika tidak diimbangi dengan cara yang konkrit untuk merealisasikan permohonan yang dihimpun. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada niat baik, implementasinya masih mempunyai tantangan yang harus diatasi.

Tantangan utamanya adalah memastikan bahwa aspirasi tersebut benar-benar tercermin dalam rencana kerja jika terpilih. Tanpa komitmen nyata untuk mewujudkan harapan masyarakat, upaya ini hanya akan dianggap sebagai isyarat simbolis belaka. Apakah kotak-kotak ini hanya sekedar alat branding politik, atau justru menjadi jembatan menuju perbaikan politik?

Fenomena Kotak Kita WarSa pada Pilkada Jombang memerlukan perhatian seluruh elemen masyarakat, baik pemilih maupun calon pemimpin, untuk bersama-sama membangun demokrasi yang lebih baik. Penting bagi seluruh partai politik untuk merenungkan makna dari fenomena “Kotak Harapan” tersebut. Hal ini bukan sekedar keputusan administratif, namun merupakan tanda bahwa masyarakat menginginkan perubahan nyata pada sistem politik dan pemerintahannya. Oleh karena itu, Warsubi dan Salman harus menaruh perhatian serius terhadap aspirasi masyarakat dan bekerja keras untuk mewujudkannya. Jika berhasil dilaksanakan, inisiatif ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain di masa depan dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan membangun pemerintahan yang lebih baik. 

Kedua kandidat ini harus mampu membuktikan bahwa Kotak Kita WarSa lebih dari sekedar gimmick politik. Karena inisiatif baru Kotak Harapan tidak hanya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, namun juga merupakan langkah menuju pemerintahan yang lebih responsif dan bertanggung jawab. Sehingga mereka harus menunjukkan komitmen nyata dengan mengintegrasikan permintaan yang mereka kumpulkan ke dalam visi dan program kerja mereka. Jika mekanisme ini tidak diatur dengan baik, Kotak Kita WarSa hanya akan menyoroti kelemahan sistem komunikasi politik pasangan calon. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat.

 Pada akhirnya, Kotak Kita WarSa adalah ide yang patut dipuji namun juga di kritisi. Tanpa transparansi, komitmen dan strategi tindak lanjut dengan jelas, upaya-upaya ini berisiko hanya menjadi formalitas belaka. Kami berharap fenomena ini menjadi langkah menuju politik yang lebih partisipatif, bukan sekadar simbolisme politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun